Mitigasi Bencana Kawasan Industri Cilegon Perlu Segera Dimatangkan
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·4 menit baca
CILEGON, KOMPAS - Tsunami yang menerjang pesisir Banten pada Sabtu (22/12/2018) lalu menempatkan Kawasan Industri Cilegon, yang juga berada di pesisir pantai Selat Sunda, pada posisi rawan bencana alam. Lokasi ini rentan terkana dampak aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau yang berpotensi mendatangkan gempa bumi serta tsunami. Mitigasi bencana perlu segera dipersiapkan secara serius di kawasan industri strategis nasional ini.
Dihubungi Kamis (3/1/2018), ahli tsunami Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko menjelaskan, wilayah pesisir barat Banten termasuk Cilegon dan kawasan industrinya, rawan bencana alam.
Bencana tidak hanya datang dari aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau, tetapi juga gempa bumi zona subduksi di Selat Sunda. Tsunami juga bisa dipicu oleh gempa bumi dari zona subduksi di segmen Selat Sunda. Hal ini pernah disampaikannya pada dalam seminar ilmiah di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), 3 April 2018.
Mengacu pada Peta Sumber dan Bahaya Gempa Bumi Nasional yang diluncurkan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada September 2017, potensi gempa dari zona megathrust atau patahan raksasa di segmen Selat Sunda bisa mencapai kekuatan M 8,7. Pada tahun 1903, di segmen ini terekam gempa berkekuatan M 8,1.
"Yang ingin saya sampaikan adalah daerah itu menyimpan potensi bencana. Selain kajian saya, peta sumber dan bahaya gempa bumi nasional juga menyebutkan zona megathrust itu," ujar Widjo.
Perekonomian
Di sisi lain, lokasi Kawasan Industri Cilegon sangat strategis dari sudut pandang ekonomi. Sekretaris Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri Kementerian Perindustrian Ignatius Warsito mengatakan, lokasi Cilegon yang berada di pesisir barat Banten, memungkinkan pelaku industri membuat pelabuhan sendiri. Hal ini bisa mempermudah akses barang dan menekan ongkos distribusi barang penjualan maupun bahan baku.
“Lokasi ini strategis sekali untuk kawasan industri,” ujar Warsito.
Selain itu, lanjut Warsito, kawasan industri Cilegon punya peran besar untuk perekonomian negara.
Daerah itu menyimpan potensi bencana. Selain kajian saya, peta sumber dan bahaya gempa bumi nasional juga menyebutkan zona megathrust itu
Di kawasan industri Cilegon terdapat beberapa pabrik yang menjadi tulang punggung industri nasional. Salah satunya adalah PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Pabrik baja milik negara ini pada 2017 menjual 1,9 juta ton baja. Hal tersebut setara dengan 14,1 persen dari kebutuhan baja nasional pada 2017 yang mencapai 13,4 juta ton.
Selain itu juga masih ada beberapa anak perusahaan patungan PT Krakatau Steel (KS) dengan sejumlah pihak yang juga memproduksi baja dengan berbagai varian seperti PT Krakatau Steel Nippon Sumikin, PT Krakatau POSCO, dan lain-lain. Semua pabrik baju itu berlokasi di Cilegon.
PT Krakatau Steel juga pengelola kawasan industri terbesar di Cilegon. Di bawah anak usaha mereka PT Krakatau Industrial Estate Cilegon, menjadi pengelola sebanyak 90 tenan atau perusahaan. Mereka terdiri berbagai jenis industri mulai dari baja, petrokimia, timah, hingga beton.
“Kawasan industri Cilegon ini termasuk objek vital negara,” ujar Warsito.
Mitigasi bencana
Menimbang pentingnya kawasan industri Cilegon bagi perekonomian, maka mitigasi bencana alam di kawasan industri Cilegon itu perlu disiapkan dengan serius. Apalagi pada siang tadi Gunung Anak Krakatau kembali menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanis.
Widjo mengatakan, pelaku industry tidak perlu merelokasi pabriknya. Sebab, bencana besar seperti gempa bumi megathrust dan tsunami termasuk dalam peristiwa jarang.
“Tidak perlu relokasi kawasan industri disana. Terlalu mahal harganya untuk perekonomian kita. Yang perlu kita lakukan adalah mematangkan mitigasi bencana,” ujar Widjo.
Ia mengatakan, untuk meningkatkan mitigasi bencana ada tiga hal yang harus dimatangkan. Yang pertama adalah mengetahui dan menyadari ancaman serta upaya meminimalkan ancaman. Kedua adalah mengukur kerentanan lokasi terhadap bencana. Yang ketiga adalah meningkatkan kapasitas daerah tersebut.
“Pemerintah daerah, pengelola kawasan industri, hingga perusahaan harus memahami dan menyiapkan semuanya ini dengan matang,” ujar Widjo.
Warsito mengatakan, dengan ditetapkannya Kawasan Industri Cilegon sebagai Objek Vital Nasional, maka pihaknya telah berkoordinasi dengan Kepolisian Daerah Banten untuk membantu upaya mitigasi.
“Koordinasi terkait mitigasi risiko kemarin sudah dilakukan dengan Polda dan Walikota. Diantaranya dibahas terkait mitigasi,” ujar Warsito.
Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim mengatakan, saat tsunami terjadi pada 22 Desember lalu, perusahaannya dan kawasan industri Cilegon tidak kena dampak. Namun, lanjut Silmy, setelah kejadian itu, pihaknya terus mengupayakan keselamatan kerja dan mitigasi bencana.
Krakatau Steel tengah memaksimalkan bagian health, safety, and environment (HSE) untuk meningkatkan keselamatan kerja dan mitigasi bencana. “Perusahaannya memiliki standar prosedur operasi mengenai penanganan bencana alam,” ujar Silmy.
Sekretaris Perusahaan PT Krakatau POSCO Wisnu Kuncara menjelaskan, pihaknya memiliki prosedur untuk mematikan mesin tertentu ketika terjadi bencana alam.
“Ini untuk meminimalkan risiko, meningkatkan keselamat pekerja, dan lingkungan,” ujar Wisnu.