JAKARTA, KOMPAS — Asosiasi peternak ayam meminta pemerintah mempertimbangkan impor jagung tahap kedua untuk menyelamatkan harga telur dan daging ayam di triwulan pertama 2019. Saat ini, harga jagung sebagai bahan baku pakan terus naik.
Presiden Peternak Layer (ayam petelur) Nasional, Ki Musbar Mesdi, berharap pemerintah mau membuka impor jagung tahap kedua untuk memenuhi kebutuhan jagung pada Februari dan Maret.
”Kalau tidak ada impor jagung lagi, perkiraan saya harga jagung bisa menyentuh Rp 7.000 per kilogram,” kata Musbar kepada Kompas, Kamis (3/1/2018), di Jakarta.
Kenaikan harga jagung sudah terjadi sejak September 2018. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 58 Tahun 2018 telah menetapkan Harga Acuan Pembelian di Petani sebesar Rp 3.150 per kilogram. Sementara itu, untuk harga acuan penjualan di konsumen sebesar Rp 4.000 per kilogram di pabrik pakan.
Menurut Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia Singgih Januratmoko, saat ini harga jagung sudah berkisar Rp 6.000 sampai Rp 6.200 per kilogram.
”Hal itu berperan besar terhadap peningkatan biaya produksi sekitar Rp 2.000 (per kilogram pakan),” ujar Singgih.
Singgih berharap harga batas atas dan bawah pembelian telur ayam di tingkat peternak yang semula Rp 18.000 sampai Rp 20.000 per kilogram disesuaikan menjadi Rp 20.000 sampai Rp 22.000 per kilogram. Jika tidak, Singgih khawatir peternak akan merugi.
Pada saat dihubungi, Selasa (1/1/2018) Direktur Pakan Direktorat Jenderal Peternakan, Kementerian Pertanian Sri Widayati mengatakan, impor jagung dibatasi Indonesia akan panen raya jagung pada Februari sampai dengan Maret mendatang.
Jika impor jagung dilakukan saat ini, kemungkinan jagung akan tiba bersamaan dengan panen raya. Hal itu berpotensi membuat produksi jagung dalam negeri tidak bisa terserap.
Alternatif pakan
Menurut Sri, pakan bisa dimodofikasi menggunakan bahan pengganti ketika jagung mahal. Sri menyebutnya sebagai minimum cost formulation atau formulasi biaya minimal. Peternak bisa memilih bahan-bahan pakan yang harganya paling memungkinkan untuk menggantikan jagung. Bahan-bahan pengganti yang bisa digunakan tersebut antara lain sorgum dan gandum.
Singgih mengatakan, sebagian besar peternak menggunakan pakan yang 50 persen bahannya terbuat dari jagung untuk menjaga kualitas telur dan daging ayam yang dihasilkan. Jagung dinilai sebagai bahan terbaik untuk pakan ungas. Penggunaan bahan pakan pengganti jagung dikhawatirkan akan menurunkan kualitas produksi.
Selama Desember 2018, harga telur dan daging ayam di sejumlah pasar tradisional meroket, menjauhi harga acuan yang ditetapkan pemerintah. Pemerintah mengatur harga telur di tingkat konsumen sebesar Rp 23.000 per kilogram. Adapun untuk daging ayam harga ditingkat konsumennya adalah Rp 34.000.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional per 3 Januari 2018, hanya ada empat provinsi yang menjual harga telur di bawah atau sesuai dengan harga acuan, yakni Sumatera Utara sebesar Rp 20.800 per kilogram, Jambi dan Sulawesi Barat Rp 21.650 per kilogram, serta Sulawesi Selatan sebesar Rp 22.250 per kilogram. (KRISTI DWI UTAMI)