JAKARTA, KOMPAS--Pasar modal Indonesia menunjukkan daya tahan di tengah ketidakpastian perekonomian global. Fundamen perekonomian Indonesia yang terjaga turut menopang kredibilitas pasar modal Indonesia di mata investor.
Daya tahan tersebut terbentuk dari sinergi kebijakan antara sektor fiskal, moneter, dan riil. Dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN, kinerja pasar modal Indonesia masih lebih baik, dengan pelemahan 2,54 persen sepanjang 2018.
Pada penutupan perdagangan 2018, Jumat (28/12/2018), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,062 persen ke posisi 6.194,498. Posisi ini lebih rendah dari IHSG pada penutupan perdagangan 2017, yakni 6.355,654.
”Capaian BEI tahun ini sesuai target level IHSG di atas 6.000. Kinerja BEI betul-betul terasa positifnya meskipun kita tahu kondisi ekonomi global sangat dinamis dan sulit diprediksi,” kata Presiden Joko Widodo saat menutup perdagangan pasar modal di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat.
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi menambahkan, perekonomian Indonesia yang tumbuh positif, disertai inflasi yang terjaga di kisaran 3,5 persen, masih memberi rasa percaya bagi investor asing untuk menahan dana mereka di Indonesia.
Berdasarkan data BEI, sepanjang 2018, investor asing membukukan jual bersih Rp 50,74 triliun. Pelemahan IHSG dan keluarnya dana asing dari pasar modal turut memicu penurunan kapitalisasi pasar saham dari Rp 7.052 triliun pada akhir 2017 menjadi Rp 7.023 triliun pada akhir 2018.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso menyampaikan, sejak Mei 2018, pasar modal tertekan sejumlah situasi eksternal. Namun, respons cepat dari seluruh pemangku kepentingan pasar modal berhasil menjaga kepercayaan dan optimisme investor serta pelaku pasar.
Inarno menambahkan, pasar modal Indonesia masih memiliki daya tarik kuat bagi korporasi untuk mencari sumber pendanaan. Hal ini tergambar dari 57 perusahaan yang menawarkan saham perdana (IPO) pada 2018, meningkat dari 37 perusahaan pada 2017.
Kenaikan jumlah perusahaan tercatat diikuti dengan pertumbuhan dana yang dihimpun dari IPO, yakni Rp 16,01 triliun, naik 68 persen dari 2017 yang sebesar Rp 9,5 triliun.
Investor muda
Berdasarkan data BEI, jumlah investor pemilik saham bertambah 222.096 identitas investor tunggal (SID) menjadi 851.903 SID. Adapun jumlah investor di seluruh pasar modal, termasuk reksa dana, obligasi, surat berharga negara, dan efek lain, mencapai 1.613.165 SID atau tumbuh 44 persen dalam setahun.
Untuk meningkatkan kenyamanan investor dalam bertransaksi, lanjut Inarno, sejak perdagangan dua hari lalu, BEI memberlakukan program I-Suite, atau pemberian tanda khusus pada emiten bermasalah. Secara keseluruhan, 28 emiten mendapat notifikasi ini.
Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Frederica Widyasari Dewi menyatakan, persentase investor lokal saat ini sekitar 54,5 persen dari total investor. KSEI akan terus melakukan terobosan untuk meningkatkan rasio jumlah investor lokal untuk memperkuat ketahanan pasar modal.
“Menariknya, rasio investor usia muda atau yang berusia di bawah 31 tahun meningkat dari tahun lalu,” kata Friderica.
Dalam laporan pencapaian KSEI 2018, jumlah investor berusia di bawah 31 tahun sekitar 39,72 persen, disusul investor berusia 31-40 tahun yang sekitar 25,34 persen.
Analis BCA Sekuritas Ahmad Yaki mengatakan, peningkatan rasio investor lokal didorong keluarnya investor asing yang terpengaruh sentimen global. Padahal, saham-saham yang dijual investor asing masih memiliki fundamen baik. (DIM)