Kedepankan Pendekatan Khusus dan Substandi Program
Oleh
M Fajar Marta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kampanye yang dilancarkan kedua pasangan calon kepada generasi muda masih cenderung berupa gimik politik. Pendekatan khusus kepada masing-masing kelompok muda sesuai dengan visi-misi diharapkan lebih diintensifkan memasuki tahun 2019.
Direktur Eksekutif Para Syndicate Ari Nurcahyo mengatakan, selama kurang lebih tiga bulan masa kampanye, kedua pasangan calon (paslon) calon presiden dan wakil presiden masih berkutat pada isu yang kurang substantif seperti hoaks, suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) serta ujaran kebencian. Tipe kampanye kedua paslon pun tidak banyak berubah.
“Pergerakan masing-masing paslon belum sampai ke akar rumput. Oposisi mengkritik petahana dan petahana cenderung reaktif terhadap kritikan,” ujar Ari saat dihubungi Senin (24/12/2018).
Ari mengatakan, sejauh ini kampanye yang dilakukan kedua paslon terhadap kaum muda baru sebatas pendekatan kepada komunitas pemuda. Namun, mereka belum memiliki program jelas yang diintegrasikan dengan visi-misi masing-masing calon. Akibatnya, isu penting dalam sebuah perkumpulan tidak dapat dikaitkan dengan program kerja paslon.
Bila model kampanye seperti ini tetap dipertahankan, kedua paslon berpotensi kehilangan suara dari generasi milenial. Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum, jumlah pemilih berusia 17-35 tahun mencapai 80 juta orang dari sekitar 185 juta pemilih. Artinya, jumlah pemilih milenial pada Pemilu 2019 nanti sekitar 43 persen dari semua pemilih.
Ari melanjutkan, pemilih muda kurang menyukai isu yang tidak memiliki substansi jelas. Mereka juga amat selektif dalam memilih informasi. Umumnya, mereka terbagi ke dalam sejumlah sub kelompok dengan minat yang berbeda-beda, sehingga kepentingan yang dinilai penting pada satu komunitas belum tentu berguna bagi komunitas lainnya.
Hal tersebut harus dimanfaatkan kedua pasangan calon untuk melakukan kampanye dengan berbagai pendekatan khusus. Kelompok-kelompok diajak untuk mengenal visi-misi calon dan mengintegrasikan isu-isu penting perkumpulan itu pada program kerja bila nanti terpilih. Perkembangan teknologi informatika atau ekonomi kreatif menjadi dua contoh isu yang kini menjadi perhatian banyak milenial.
“Strategi politik zaman sekarang sudah tidak jauh berbeda dengan trik pemasaran pada umumnya, yakni langsung menyasar pangsa pasar tertentu. Untuk melakukannya, narasi politik umum kedua paslon juga perlu dipecah dalam beberapa bagian untuk membuat pesan khusus bagi komunitas yang menjadi sasaran.” lanjutnya.
Ketua Sekretariat Nasional Badan Pemenangan Nasional (Seknas BPN) Prabowo-Sandi M. Taufik mengatakan, strategi yang dilakukan oleh BPN untuk menarik generasi muda adalah melakukan diskusi terkait topik yang dinilai penting seperti usaha menengah,kecil, dan mikro (UMKM). Ia mengatakan kegiatan tersebut rutin diadakan dan terkadang turut dihadiri Sandi.
Selain itu, Sandi juga kerap turun langsung ke masyarakat, terutama generasi muda. Ia mendatangi lapangan basket pada beberapa wilayah di Jakarta atau mengikuti perlombaan lari jarak pendek atau maraton. “Saya yakin suara milenial akan banyak yang ke paslon nomor 02. Salah satu faktornya adalah Pak Sandi yang kerap terlibat dalam komunitas pemuda,” ujar Taufik.
Sementara itu, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin Ace Hasan Syadzily menuturkan, selama empat tahun pemerintahan Jokowi sudah banyak program yang mendukung kebijakan pro generasi muda. Ia mencontohkan penggiatan aktivitas ekonomi kreatif untuk mendorong anak muda membuka usahanya sendiri demi memperluas lapangan kerja di Indonesia.
Ace menambahkan, TKN akan fokus menggaet suara milenial dengan memberi bukti nyata kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan untuk anak muda dan menjelaskan program selanjutnya yang akan dikerjakan oleh Jokowi-Ma’ruf jika kembali terpilih. (Lorenzo Anugrah Mahardhika)