Janji Terakhir Pemain Bas Seventeen kepada Orangtuanya
Oleh
Haris Firdaus/Nino Citra Anugrahanto
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Pemain bas band Seventeen, Muhammad Awal Purbani, ikut menjadi korban meninggal akibat bencana gelombang tinggi dan tsunami Selat Sunda, Sabtu (22/12/2018) malam. Beberapa hari sebelum kejadian naas itu, pria yang akrab dipanggil Bani itu berjanji kepada orangtuanya untuk membantu biaya sekolah adik bungsunya.
”Dia sempat bilang mau membantu biaya sekolah adiknya yang terakhir karena ada tagihan dari sekolah sekian juta. Itu pesan WA (WhatsApp) terakhir dia,” kata ayah Bani, Fajar Wibowo (57), saat ditemui di rumah duka di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (23/12/2018) siang.
Seperti diberitakan, telah terjadi tsunami di Banten dan Lampung pada Sabtu malam yang hingga Minggu siang sudah menyebabkan 168 orang meninggal dan ratusan orang lagi menderita luka-luka. Saat tsunami berlangsung, Bani dan para pemain Seventeen tengah bermain di acara kumpul-kumpul keluarga besar PT Perusahaan Listrik Negara/PLN (Persero) di Tanjung Lesung, Banten.
Ketika grup musik itu tampil, tiba-tiba air datang dan menghantam panggung yang lokasinya berdekatan dengan pantai. Bani dan Road Manager Seventeen Oki Wijaya meninggal dalam peristiwa itu.
Fajar menjelaskan, dirinya baru mendengar kabar meninggalnya Bani pada Minggu sekitar pukul 02.00 WIB. Selain mendapat informasi, keluarga juga mendapat foto saat Bani tampil di panggung dan foto jenazah Bani yang telah ditemukan. ”Ada foto pas manggung dan pas posisi sudah tertelungkup di lokasi kejadian,” ujarnya.
Menurut Fajar, hingga Minggu siang, keluarga belum bisa memastikan kapan jenazah Bani bisa sampai di Sleman. Hal ini karena masih ada prosedur pemulangan jenazah yang harus diurus keluarga. Apabila jenazah Bani bisa tiba di Sleman pada Minggu sore atau malam, pemakaman akan digelar pada Senin (24/12/2018).
Menurut rencana, jenazah Bani akan dimakamkan di tempat pemakaman tak jauh dari rumah kedua orangtua Bani. ”Kami berharap sekali nanti sore atau malam jenazah sudah bisa sampai di sini,” kata Fajar.
Fajar mengatakan, Bani meninggalkan seorang istri yang tengah hamil 3 bulan dan seorang putri yang berusia 2 tahun. Fajar menyebut, ia dan istrinya terakhir kali bertemu Bani pada 4 Desember lalu. Saat itu, Bani yang sehari-hari tinggal bersama keluarganya di Kabupaten Bantul, DIY, mampir ke rumah orangtuanya.
Fajar menambahkan, Bani merupakan anak sulung dari lima bersaudara. ”Bani itu anak yang baik, dengan tetangga dan teman juga baik. Istilah orang Jawa dia itu grapyak (ramah),” katanya.
Selamat
Sementara itu, Manajer Seventeen Resa Prihadi dipastikan selamat dari bencana tsunami yang terjadi pada Sabtu malam. Menurut Andi Rahadian (26), adik kandung Resa Prihadi, kabar mengenai kakaknya yang selamat dari tsunami di Banten baru didapatkannya pada Minggu pagi.
”Semalam benar-benar enggak ada kabar. Kami tidak bisa tidur dan terus menunggu. Baru dapat kabar tadi jam 07.00,” kata Andi, saat ditemui di rumahnya, di Mergangsan, Kota Yogyakarta.
Andi menceritakan, terjadinya bencana itu diketahui dari unggahan Erix Soekamti, vokalis dan pemain bas grup musik Endank Soekamti, pukul 01.00, Minggu. Dalam unggahan itu disebutkan, Seventeen sedang mengalami musibah karena terkena tsunami saat sedang tampil.
”Saya langsung cari informasi. Mas Resa saya telepon juga tidak bisa tersambung,” kata Andi.
Andi mengatakan, kabar bahwa Resa selamat didapatkannya dari istri Resa. Istrinya berhasil menelepon Reifan (Ifan) Fajarsyah, vokalis Seventeen, Minggu pagi.
Hingga saat ini, yang berhasil selamat dari bencana itu baru Resa dan Ifan. Namun, Resa menderita luka di kepala.
”Istri Mas Resa telepon saya tadi pagi. Dia sudah dengar suara Mas Resa. Ada selamat dan ada yang meninggal, yaitu Mas Bani (pemain bass Seventeen) dan Mas Oki (Manajer Seventeen). Ada juga yang masih belum ditemukan,” kata Andi.