Elektabilitas Jokowi-Ma’ruf Stagnan, Partai Koalisi Perlu Kerja Keras
Oleh
Agnes Theodora Wolkh Wagunu
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Untuk mengamankan elektabilitas pasangan calon presiden-wakil presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin yang cenderung stagnan, partai-partai koalisi pendukung diminta lebih bekerja keras dan menyinergikan kampanye pemilihan legislatif dan pemilihan presiden. Jika basis suara partai solid utuh mendukung Jokowi-Ma’ruf, tim kampanye mengklaim perolehan suara pasangan nomor urut satu itu akan berada di atas 60 persen.
Untuk membahas sinergi pemenangan Pemilihan Umum 2019 itu, Senin (17/12/2018) malam, Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf mengadakan rapat koordinasi di kediaman Wakil Presiden dan Ketua Dewan Pengarah TKN Jusuf Kalla di Jakarta.
Selain dihadiri jajaran Dewan Pengarah, rapat yang sudah direncanakan sejak pekan lalu itu ikut dihadiri oleh Ketua TKN Erick Thohir, Ketua Harian TKN Moeldoko, serta sejumlah ketua umum dan perwakilan sekretaris jenderal partai-partai pendukung.
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy mengatakan, total suara seluruh partai pendukung ditambah dengan bergabungnya Partai Bulan Bintang mencapai lebih kurang 63 persen. Menurut dia, jika kampanye pileg masing-masing partai pendukung dapat disinergikan dengan kampanye Jokowi-Ma’ruf, seharusnya modal elektoral Jokowi sudah cukup kuat memenangi pilpres.
”Kalau kami bisa mengutuhkan suara semua partai pendukung Pak Jokowi, ini sudah jauh dari cukup untuk menang jika dibandingkan perolehan waktu Pilpres 2014,” kata Romi.
Pekerjaan rumah terbesar untuk mengukuhkan dukungan itu ada di tangan PPP dan Golkar sebagai partai yang pada Pemilu 2014 tidak ikut mendukung Jokowi-Kalla. ”Kami harus mengukur dengan saksama. Ini jadi pekerjaan rumah terbesar untuk PPP dan Golkar karena partai lain sudah mengusung Jokowi sejak 2014. Jadi angka dukungan mereka sudah relatif tinggi, di atas 90 persen,” kata Romi.
Sebagai contoh, hasil survei internal TKN Jokowi-Ma’ruf menunjukkan, 91 persen dari 11 juta basis pemilih Partai Kebangkitan Bangsa saat Pemilu 2014 juga mendukung Jokowi-Ma’ruf di Pilpres 2019. Hal itu disampaikan Jokowi dalam acara Pembekalan Calon Anggota Legislatif PKB di Balai Sarbini, Jakarta, Senin kemarin.
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar pun mengatakan, partainya siap menyumbang hingga 25 juta suara untuk Jokowi-Ma’ruf di Pemilu 2019. Oleh karena itu, mulai Januari PKB akan melebarkan strategi kampanyenya untuk menyasar basis pemilih di luar kelompok religius Nahdlatul Ulama (NU)—yang selama ini menjadi kekuatan PKB—ke basis pemilih nasionalis.
Selain PKB, partai yang dukungan basis pemilihnya kuat terhadap Jokowi adalah PDI-P. Berdasarkan survei internal PDI-P, per September 2018, dukungan basis PDI-P terhadap Jokowi mencapai 93,2 persen. Di bawahnya, dukungan basis Partai Nasdem ke Jokowi mencapai 78 persen per September 2018.
Sementara itu, pada kurun waktu yang sama, dukungan basis PPP dan Golkar terhadap Jokowi masih di bawah 60 persen serta berdekatan dengan dukungan terhadap Prabowo. Ada 36 persen basis Partai Golkar dan 44,4 persen basis PPP yang mendukung Prabowo.
Romi mengatakan, PPP masih harus berupaya mengonsolidasikan dukungan di internal partai agar solid mendukung Jokowi-Ma’ruf. ”Posisi sekarang sudah cukup tinggi dibandingkan dengan posisi 2014, tetapi masih perlu ditingkatkan lagi supaya angka (elektabilitas Jokowi) bisa dimaksimalkan hingga mencapai 80 persen,” ujarnya.
Sebelumnya, berdasarkan catatan PARA Syndicate yang dirilis Jumat lalu, tren elektabilitas Jokowi-Ma’ruf menurun selama periode Agustus-November 2018. Kesimpulan itu didapat dari hasil analisis PARA Syndicate terhadap hasil survei 12 lembaga, antara lain, Lingkaran Survei Indonesia Denny JA, Litbang Kompas, Indikator, Saiful Mujani Research and Consulting, Populi Center, Median, Alvara, dan Y-Publica.
Muhaimin Iskandar, selaku anggota Dewan Penasihat TKN Jokowi-Ma’ruf, mengatakan, perlu ada evaluasi total untuk mendongkrak elektabilitas pasangan capres-cawapres tersebut. Salah satunya, meningkatkan konsolidasi di internal partai pendukung ataupun antarpartai pendukung dengan tim kampanye nasional.
Saat ini, ujarnya, masing-masing partai pendukung sudah melakukan konsolidasi internal untuk memenangkan Jokowi-Ma’ruf. Strategi besar kampanye adalah menurunkan calon anggota legislatif dan struktur partai di daerah untuk mengampanyekan Jokowi-Ma’ruf secara personal melalui mendatangi rumah warga satu per satu.
Namun, itu saja belum cukup. Partai pendukung dinilai perlu meningkatkan koordinasi satu sama lain serta dengan TKN. ”Harus ada soliditas antara partai-partai pendukung dan TKN. TKN dan partai tidak bisa jalan sendiri-sendiri, tetapi harus saling berkoordinasi,” kata Muhaimin.
Tidak hanya kekuatan mesin partai pendukung, peran Ma’ruf Amin sebagai cawapres Jokowi juga akan lebih ditingkatkan memasuki bulan keempat masa kampanye pemilu. Selama ini, Ma’ruf tidak banyak turun berkampanye ke daerah-daerah, sementara Jokowi sudah berkeliling ke sejumlah daerah melakukan kunjungan kerja sejak pertengahan Oktober.
Mulai Desember ini, Ma’ruf akan diminta fokus berkampanye di tiga wilayah yang dikenal sebagai basis Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yaitu Jawa Barat dan Banten, serta DKI Jakarta.