Lalu lintas transaksi e-dagang disebut melonjak selama hari belanja online nasional atau Harbolnas 2018. Namun, sebagian masyarakat dinilai telah memahami pola bisnis sehingga tidak antusias lagi.
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah pelaku industri di ekosistem perdagangan secara elektronik atau e-dagang optimistis pelaksanaan Harbolnas tahun ini meriah. Lalu lintas pengunjung berlipat dibandingkan hari biasa dan target transaksi Rp 7 triliun diharapkan tercapai.
Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung, saat dihubungi di Jakarta, Rabu (12/12/2018), optimistis Harbolnas 2018 tetap meriah dan segala promo diminati masyarakat. Target transaksi diharapkan bisa dicapai oleh sekitar 300 pelaku industri e-dagang yang terlibat tahun ini.
Marketing Communications Manager Blibli.com Lani Rahayu menyebutkan, promo memeriahkan Harbolnas 2018 telah dimulai Blibli.com sejak 1 Desember dan berakhir 12 Desember. Secara khusus Blibli menggelar promo ekstra diskon 12 persen tepat pada 12 Desember pukul 00.00.
Lalu lintas transaksi mulai ramai sejak promo dibuka pukul 00.00. Padahal, pada hari biasa hiruk-pikuk lalu lintas transaksi dimulai pukul 10.00. ”Puncak keramaian terpantau pukul 08.00 kemarin,” kata Lani.
Country Brand Manager Shopee Rezki Yanuar menambahkan, lalu lintas transaksi cukup besar. Penjualan didominasi konsumen yang berkunjung lewat aplikasi. ”Sekitar pukul 10.00 kemarin, sekitar 4 juta produk terjual melalui aplikasi. Sejauh ini, server kami masih stabil,” ujarnya.
Shopee mengklaim pengiriman pesanan berjalan lancar. Shopee mengandalkan JNE, J&T, Pos Indonesia, Go-Send, dan Shopee24 untuk layanan logistik lebih cepat.
Kendati demikian, menurut Ignatius, masyarakat semakin memahami pola bisnis e-dagang terkait aneka penawaran diskon, tata cara mengikutinya, dan praktik nyata. Oleh karena itu, sejumlah warga diduga tidak lagi antusias dengan Harbolnas 2018.
”Asosiasi sampai sekarang tetap menaruh perhatian pada aneka bentuk potongan harga besar-besaran yang sebenarnya dari subsidi dana pemasaran. Praktik ini cenderung melahirkan persaingan tidak sehat di industri,” ujar Ignatius.
Iklim industri
Terkait iklim industri e-dagang, Ignatius mengatakan, asosiasi menilai kondisi di Indonesia masih positif. Potensi pertumbuhan tinggi masih terbuka. Investor asing melirik Indonesia.
Pada saat bersamaan, penyedia laman pemasaran Tokopedia menerima penyertaan investasi baru sebesar 1,1 miliar dollar AS dari Softbank Vision Fund, Alibaba Group, Softbank Korea Ventures, dan diikuti partisipasi beberapa investor lama.
Founder dan CEO Tokopedia William Tanuwijaya menjelaskan, dana itu akan dipakai mengembangkan rantai bisnis Tokopedia sampai menjadi penyedia infrastructure-as-a-service (IaaS), khususnya di bidang logistik, fulfillment, pembayaran, dan layanan keuangan.
Dengan terjun ke IaaS, dia yakin Tokopedia mampu lebih memberdayakan perdagangan daring ataupun luring, meningkatkan efisiensi operasional jutaan mitra, dan memperluas pangsa pasar.
William lantas memberikan gambaran. Melalui teknologi fulfillment (inventorisasi), mitra perusahaan skala besar ataupun UMKM yang bergabung di Tokopedia tidak perlu berinvestasi besar membuka sendiri toko cabang dan gudang di seluruh pelosok Indonesia.
Mereka bisa secara strategis membuka toko cabang dan gudang di kota-kota dengan basis pelanggan yang besar dan stabil. Sementara di daerah dengan permintaan pasar fluktuatif, mitra tetap dapat menggunakan infrastruktur teknologi fulfillment untuk tetap melayani pelanggan. Hasil bisnisnya pun dipastikan lebih optimal serta efisien.
Menurut dia, masa depan industri e-dagang di Indonesia masih cerah. Pembangunan akses internet semakin merata sehingga harapannya mampu menjadi penggerak industri serta pemerataan ekonomi.
”Fokus e-dagang di negara lain adalah menjangkau konsumen akhir dengan cara memberikan pengalaman berbelanja yang lebih nyaman. Namun, di Indonesia kami melihat e-dagang memiliki peran sosial untuk perkembangan ekonomi Indonesia,” kata William.