Pertamina Kelola Pembangkit Geotermal dengan Teknologi Digital
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Memasuki era revolusi industri 4.0, penggunaan teknologi digital juga diterapkan pada pengelolaan energi panas bumi. Di sisi lain, pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi terus didorong untuk memenuhi target energi terbarukan Indonesia pada 2025.
Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Ali Mundakir di sela PGE Digital Expo Jakarta, Rabu (12/12/2018), mengatakan, penerapan digitalisasi menjadi sebuah kebutuhan karena berbeda dengan pembangkit lainnya, pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) atau geotermal terletak di lokasi yang berisiko, seperti tebing dan bukit.
”Potensi bahaya ada sehingga sebaiknya tidak bisa dioperasikan orang. Kami dorong penggunaan internet of things di lokasi yang berbahaya sehingga nanti tenaga kerja hanya datang ketika masa pemeliharaan saja,” kata Ali.
PGE menargetkan untuk menerapkan mengimplementasikan teknologi produk terkoneksi internet (internet of things/IOT) setidaknya pada tiga tahun mendatang. Selama lima tahun terakhir, penggunaan IOT dilakukan pada penyimpanan data dalam sistem yang disebut reliability centered maintenance. Di situ, laporan dapat disampaikan secara digital.
Menurut Ali, PLTP harus terbuka dengan teknologi dan ide baru agar tetap kompetitif dan ramah lingkungan. Saat ini, kapasitas PLTP milik PGE mencapai 617 megawatt (MW).
Komisaris Utama PGE dan Direktur Keuangan PT Pertamina Pahala Nugraha Mansury menambahkan, digitalisasi akan memudahkan penyimpanan data. Data yang tersimpan diolah dengan manajemen pengetahuan yang baik agar dapat mengeksplorasi dan memproduksi data yang tepat bagi perkembangan perusahaan.
”Perusahaan dapat mencari bentuk engagement consumer agar target konsumen lebih luas. Di beberapa sentra produksi, perusahaan bisa membangun transmisi yang bagus sehingga tidak bergantung pada Perusahaan Listrik Negara (PLN),” kata Pahala.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), induk perusahaan PGE, Nicke Widyawati, mengatakan, penggunaan data juga diperlukan untuk kebutuhan riset guna menciptakan teknologi mutakhir yang lebih ramah lingkungan. Beberapa terobosan energi terbarukan yang ada saat ini adalah solar panel yang dapat menyerap energi walaupun sedang berada dalam musim dingin.
”Banyak sumber energi terbarukan yang belum diekspor di Indonesia. Inovasi dibutuhkan untuk mengeksplorasi sumber-sumber tersebut,” katanya.
Target 2025
Ali menambahkan, saat ini, PGE menargetkan pembangkit listrik dengan total kapasitas 672 MW beroperasi pada awal 2019. Pada 2025, perusahaan menargetkan agar PLTP mencapai kapasitas 1.112 MW. Jumlah tersebut jauh lebih kecil daripada target awal yang mencapai 7,2 gigawatt (GW) atau 7.200 MW pada tahun yang sama.
”Potensi geotermal terbesar berada di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi,” katanya. Adapun potensi energi panas bumi di Indonesia mencapai 29 gigawatt (GW). Artinya, masih banyak potensi panas bumi yang belum dimanfaatkan.