Salah satu isu yang disinggung pada Seminar Pembelajaran Berbasis Kerja yang Berkualitas di Indonesia, awal Desember 2018 di Jakarta, adalah soal produktivitas. Seminar mengusung tema "Penerapan Komitmen G20 untuk Pengembangan Keterampilan dan Implementasi Peta Jalan Kebijakan Pengembangan Vokasi di Indonesia 2017-2025".
Pada acara itu, Ketua Komite Pelatihan dan Pengembangan Dewan Pengurus Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Bob Azam, menyampaikan bahwa produktivitas di dunia akan meningkat dengan cepat di masa depan. Namun, butuh modal kerja yang besar untuk meningkatkan produktivitas tersebut.
Contohnya, aplikasi teknologi pada konsep pertanian cerdas atau smart farming yang butuh modal kerja 20 kali lipat dibandingkan pertanian reguler. Namun, aplikasi teknologi dalam pertanian cerdas tersebut mampu menghasilkan produk dengan produktivitas 100 kali lipat dibanding pertanian reguler.
Merujuk The Economist, Bob menyampaikan, saat ini ada sebuah perusahaan China berinvestasi di Amerika Serikat (AS) untuk memproduksi garmen. Investasinya cukup besar karena mereka menggunakan otomasi penuh.
Ada sekitar 300 robot bekerja di sana dengan sedikit pekerja manusia. Hal yang patut dicermati, perusahaan tersebut mampu menghasilkan kaos (t-shirt) seharga 16 sen dollar AS. Alhasil, kaos tersebut menjadi paling murah, bahkan dibandingkan produk garmen asal Bangladesh. Contoh-contoh tersebut mengilustrasikan betapa teknologi memiliki potensi meningkatkan produktivitas dan menggenjot daya saing.
Sebagai negara berpopulasi besar yang memiliki banyak angkatan kerja, Indonesia perlu mencermati persoalan seperti ini dengan serius. Dinamika ketenagakerjaan semestinya tidak lagi terfokus pada tarik-menarik soal pengupahan.
Isu pergeseran atau bahkan berkurangnya beberapa pekerjaan yang selama ini dilakukan pekerja seiring penerapan teknologi yang kian intensif patut mendapat perhatian sejak dini.
Tak berlebihan apabila "Outlook Apindo 2019" pun mengangkat tema Reformasi dan Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia untuk Memperkuat Kinerja Pertumbuhan 2019 serta Pemerataan Ekonomi. Di acara itu, Apindo memang masih menyoroti isu upah di beberapa daerah yang terbilang tinggi. Namun, soal tantangan dunia kerja di era industri 4.0 pun tak lupa digaungkan.
Riset Apindo, misalnya, menemukan bahwa lima tahun ke depan volume produksi di sektor alas kaki dan makanan minuman diproyeksikan dapat meningkat 2-3 kali lipat. Hal yang menggelitik, peningkatan volume produksi tersebut dapat terjadi tanpa harus menambah jumlah tenaga kerja dalam jumlah besar karena otomasi.
Tak heran apabila Apindo menilai pengembangan keterampilan sebagai salah satu isu utama ketenagakerjaan untuk mendukung industri ke depan. Ikhtiar pemerintah menaikkan anggaran pengembangan sumber daya manusia di Rancangan APBN 2019 menjadi Rp 14 triliun diapresiasi pelaku usaha. Di sisi lain ada harapan kuat agar anggaran tersebut benar-benar efektif meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, terutama di sektor-sektor prioritas.
Daya saing dan produktivitas menjadi kunci penting yang harus digenggam. Butuh upaya bersama untuk meraihnya.