Tiga Korban Tenggelam di Laut Bengkalis Dijemput Keluarga
Oleh
Syahnan Rangkuti
·3 menit baca
PEKANBARU, KOMPAS – Jumlah korban meninggal dunia akibat kecelakaan kapal di Selat Malaka, perairan Bengkalis, Riau bertambah menjadi sembilan orang. Tiga dari empat korban yang berhasil diidentifikasi sudah diserahkan kepada keluarganya untuk dimakamkan.
“Secara forensik sebenarnya baru tiga yang teridentifikasi, yaitu Ujang Chaniago, Mimi Dewi, dan terakhir pada Senin kemarin, atas nama Marian Suhadi. Korban keempat yang sebelumnya disebut bernama Maya Karina dari Mojokerto, Jawa Timur, belum dapat dipastikan. Kami sudah berkoordinasi dengan Polres (Mojokerto), namun alamat di KTP korban tidak ditemukan,” ujar Kepala Bidang Humas Polda Riau, Komisaris Besar Sunarto, Selasa (4/12/2018) pagi.
Saat ini, kata Sunarto, Polri yang diwakili oleh Polres Bengkalis, sudah berkoordinasi dengan polisi Malaysia. Selain itu, polisi membuka posko pengaduan masyarakat di RS Bhayangkara Pekanbaru dan RSUD Bengkalis.
Sunarto menambahkan, berdasarkan keterangan Ade Andri, keluarga Mimi Dewi, Mimi sempat berkomunikasi dengan pihak keluarga pada Kamis, (22/11/2018). Pada saat itu, Mimi mengatakan masih berada di Malaka, Malaysia dan berencana pulang ke Indonesia.
Mimi mengaku akan menggunakan kapal jalur gelap menuju Bengkalis, Riau yang menurut perkiraannya berpenumpang sekitar 20 orang. Diduga kapal yang ditumpangi oleh Mimi dan korban lainnya tenggelam di Selat Malaka.
Ada sejumlah kejadian di Selat Malaka, yang dirunut polisi sejak Kamis (22//11/2018). Pada Kamis siang sekitar pukul 12.14, Kapal Indomal 5 dari Dumai tujuan Malaka, menemukan dua orang yang terombang-ambing mengapung di Selat Malaka dalam kondisi hidup namun tubuh lemas, yang diidentikasi dengan nama Jamal dan Hamid.
Menurut Nakhoda Kapal Indomal 5, Yenaldi, dua korban hanyut itu mengaku sebagai nelayan yang kapalnya tenggelam terkena ombak besar. Jamal dan Hamid kemudian dibawa ke Malaka, sesuai tujuan kapal. Namun belakangan diketahui, Jamal dan Hamid sudah kembali ke Tanah Air menumpang kapal Indomal 2 yang berlayar dari Malaka tujuan Dumai.
Setelah penyelamatan Jamal dan Hamid, nelayan Bengkalis menemukan sembilan mayat lainnya dari mulai Sabtu (24/11/2018) sampai Sabtu (1/12/2018). Polisi menduga, Jamal dan Hamid juga merupakan korban kapal karam yang ditumpangi oleh Mimi dan korban lainnya.
“Petugas sudah mendatangi rumah Jamal dan Hamid di Rupat, namun keluarganya mengatakan tidak mengetahui keberadaan dua orang itu,” kata Sunarto.
Secara terpisah, Fajar Sembiring, keluarga dari Marian Suhadi yang ditemui saat mengidentifikasi mayat di RS Bhayangkara, Pekanbaru mengatakan, ia dapat mengenali korban dari bentuk jempol kaki kanan yang bengkok. Bentuk jempol kaki itu merupakan kekhasan dari keluarga Marian, yang diturunkan dari kakek dan bapaknya. Adapun bentuk wajah Marian sudah tidak dikenali lagi.
“Dia baru empat bulan di Malaysia. Kami terakhir berkomunikasi dengannya pada 19 November. Dia bilang akan pulang kampung karena sakit. Setelah itu kami tidak dapat kontak lagi. Teleponnya tidak bisa dihubungi. WA (aplikasi WhatsApp)-nya sudah tidak aktif,” kata Sembiring.
Menurut Sembiring, pihaknya sudah beberapa kali mencari informasi ke kawan-kawan Marian di Malaysia, namun tidak ada kabar. Mereka kemudian menerima informasi mayat mengapung di perairan Bengkalis dan langsung berangkat ke Pekanbaru. Ternyata, mereka menemukan Marian dalam keadaan tidak bernyawa.
“Kami akan membawanya ke Tanjung Pura di Sumatera Utara untuk dikebumikan di tanah kelahirannya,” kata Sembiring.
Kepala Sub Bidang Pelayanan Medis Kedokteran Kepolisian RS Bhayangkara Pekanbaru, Komisaris Supriyanto mengungkapkan, masih ada enam mayat korban yang belum dapat diidentifikasi. Masing-masing tiga laki-laki dan dua perempuan.
Tentang mayat yang memiliki KTP bernama Maya Karina asal Mojokerto, kata Supriyanto, polisi tidak dapat membuktikannya. Pihaknya mengembalikan identitas sebagai sebagai perempuan yang disebut nyonya X.