Tangkap Peluang dan Bangun SDM untuk Hadapi Ketidakpastian Ekonomi Dunia
Oleh
NINA SUSILO
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mengarahkan para CEO dari berbagai industri di Indonesia untuk menangkap peluang-peluang akibat ketidakpastian perekonomian dunia karena perang dagang ataupun kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed. Peluang yang dapat dimanfaatkan ialah perluasan jangkauan ekspor dan pengembangan potensi pariwisata.
Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) 2018 di Papua Niugini gagal menghasilkan kesepakatan akhir. Pemimpin Amerika Serikat dan China bersitegang dan sulit dipersatukan. Indonesia mencoba menjembatani (posisi tengah), tetapi upaya itu gagal. Artinya, kondisi ekonomi dunia sangat berpotensi dilanda ketidakpastian dan perang dagang masih akan berlanjut.
Presiden Jokowi menuturkan, dalam pertemuan APEC di Port Moresby, Papua Niugini, yang dihadiri Presiden Jokowi, beberapa waktu lalu, Indonesia berusaha menjembatani. Namun, upaya ini masih gagal dan akhirnya pertama kali dalam 29 tahun pertemuan APEC gagal menghasilkan komunike. ”Itu faktanya. Kondisi ekonomi dunia masih sangat berpotensi dilanda ketidakpastian. Hal ini pun terjadi saat Bank Sentral AS terus menaikkan suku bunga dollar,” ungkap Presiden.
”CEO perlu menanggapi kondisi global dengan optimistis. Dalam kesempitan ada kesempatan, kesulitan menawarkan peluang. Dalam suasana perang dagang terbuka peluang dan harus kita manfaatkan,” ucap Presiden Jokowi dalam Kompas100 CEO Forum yang kesembilan, Selasa (27/11/2018), di Jakarta Convention Center, Jakarta.
CEO perlu menanggapi kondisi global dengan optimistis. Dalam kesempitan ada kesempatan, kesulitan menawarkan peluang. Dalam suasana perang dagang terbuka peluang dan harus kita manfaatkan
Presiden Jokowi mengemukakan, perang dagang membuka peluang pindahnya pabrik-pabrik ke Asia, termasuk Indonesia, agar terhindar dari kenaikan tarif impor. Pabrik itu berasal dari China ataupun Amerika Serikat dan ada peluang ekspor untuk mengisi potensi pasar yang berkurang karena mitra perang dagang membatasi ekspor. Indonesia perlu memperkuat industri dan meningkatkan ekspor agar bisa mengambil peluang dan kesempatan.
”Tolong ditelusuri peluang yang semakin terbuka lebar ini. Peluang ekspor yang belum dimanfaatkan sebelum terjadi perang dagang perlu diambil. Pemerintah sepenuhnya mendukung industri dalam memanfaatkan peluang tersebut. Terkait dengan isu global dan regional, jangan lengah dan kehilangan fokus pada peluang yang ada di depan kita,” kata Presiden.
Presiden mengatakan, banyak peluang dari sektor e-dagang, yaitu peralihan transaksi perdagangan dari luring ke daring dan pertumbuhan sektor pariwisata sebagai penggerak ekonomi baru.
E-dagang diyakini akan terus tumbuh, sedangkan pertumbuhan pariwisata dunia yang mencapai 7 persen, lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi dunia yang 3,5 persen, perlu dimanfaatkan. Pemerintah memanfaatkan hal itu dengan membangun 10 destinasi Bali baru.
”Jumlah wisman terus tumbuh walaupun melambat karena berita gempa bumi dan tsunami. Akan tetapi, fundamental tren masih kuat. Tidak perlu khawatir,” ujar Presiden.
Pembangunan manusia
Presiden Jokowi mengutarakan, pembangunan sumber daya manusia menjadi hal penting saat ini. Ia mengatakan, saat ini pemerintah sedang mendorong pendidikan vokasi untuk menyiapkan tenaga kerja yang sudah siap bekerja dengan bekal kemampuan yang mumpuni.
Selain itu, Presiden menyatakan bahwa Indonesia perlu mengubah pola pikir masyarakatnya dari konsumtif ke produktif. Sebab, itu peluang dari revolusi industri 4.0. Untuk mewujudkan hal itu, Presiden Jokowi mengatakan penguatan kapasitas dari desa sampai kota akan ditingkatkan.
”Penguatan kapasitas dari sektoral ke keutuhan. Kita tidak akan maju kalau kita masih berpikir sektoral,” ujar Presiden.
Banyak keterampilan baru yang diperlukan dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Karena itu, tenaga kerja perlu dibekali dengan kemampuan baru agar pekerja naik kelas. Selain oleh pemerintah, hal itu juga perlu dilakukan perusahaan dan lembaga negara.
”Melatih tenaga kerja menjadi strategi penting. Efeknya, tenaga kerja akan memberikan dedikasi penuh untuk perusahaan,” katanya.
Presiden Jokowi mengatakan, selain karyawan yang diperkuat, pemimpin perusahaan juga perlu diperkuat dengan cara pandang yang terbuka di era revolusi industri 4.0. Era digital sangat berkaitan erat dengan keterbukaan. Akibatnya, perubahan begitu cepat terjadi sehingga memunculkan hal-hal tidak terduga dalam dunia bisnis, ekonomi, politik, dan budaya.
Presiden mengatakan, untuk menghadapi itu semua, para pemimpin di setiap sektor harus mampu menghadapi ketidakterdugaan. Kemampuan untuk bereaksi cepat dan mengambil keputusan yang cepat serta tepat dibutuhkan oleh pemimpin. Presiden menuturkan, permasalahan dan perubahan itu perlu juga dihadapi dengan semangat kolaborasi yang baik.
Untuk menyesuaikan perubahan yang begitu cepat, Presiden mengatakan, pemerintah juga perlu menyesuaikan diri melalui peraturan-peraturan yang dibuat.
”Sistem kerja dan regulasi akan terus disederhanakan. Semakin sedikit regulasi dan peraturan, negara akan lincah memutuskan setiap perubahan yang ada di dunia. Negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat,” ujar Presiden.
Hasil kerja
Pada akhir tahun, pemerintah akan meresmikan infrastruktur yang dibangun selama empat tahun ini. Pada Desember 2018 akan diresmikan Jalan Tol Jakarta-Surabaya dan Trans-Sumatera sepanjang 148 kilometer. Juga diupayakan percepatan pembangunan jalan tol yang menghubungkan Merak-Banyuwangi dan Bakauheni-Palembang sepanjang 350 kilometer.
Pemerintah juga mengembangkan Pelabuhan Kuala Tanjung, Sumatera Utara, Makassar New Port, Sulawesi Selatan, dan landasan pacu ketiga Bandara Soekarno-Hatta.
”Pekerjaan rumah yang perlu diatasi ialah mengurangi defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan. Infrastruktur dibangun untuk memanfaatkan potensi ekspor ataupun pariwisata. Landas pacu terlambat dibangun sehingga slot penerbangan langsung permintaan dari India, Qatar, UEA, China, Singapura, dan Thailand tidak bisa dipenuhi karena penuh. Keterlambatan infrastruktur ini perlu dikejar dan selesaikan agar mampu bersaing dan berkompetisi dengan negara lain,” papar Presiden Jokowi.
Presiden mengharapkan ada hasil positif dari pertemuan negara-negara G-20 mendatang agar perekonomian dunia bisa lebih baik. (FRANSISKUS WISNU WARDHANA DHANY/SUCIPTO)