SOLO, KOMPAS - Muhammadiyah mengajak seluruh komponen bangsa termasuk pemerintah dan kekuatan politik nasional agar secara kolektif kolegial mengerahkan segala daya dalam menggelorakan semangat, pemikiran dan tindakan nyata untuk saling menolong dan bekerja sama demi kebaikan, kemaslahan serta kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
Hal itu disampaikan Ketua Umum PP Muhammaduyah Haedar Nashir dalam dalam Resepsi Milad Muhammadiyah ke-106 bertema Ta’awun Untuk Negeri di Pura Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah, Minggu (18/11/2018).
Dalam acara ini Muhammadiyah memberikan penghargaan Muhammadiyah Award kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla. “Bapak Yusuf Kalla telah menggoreskan sejumlah kepeloporan dan kiprah nyata dalam rekat integrasi nasional untuk tegaknya perdamaian dan nilai kemanusiaan sebagaimana telah dilakukan di Aceh, Poso dan Ambon yang sangat berarti bagi keutuhan dan persatuan Indonesia,” kata Haedar.
Haedar mengatakan, melalui tema Ta’awun Untuk Negeri Muhammadiyah membawa pesan kepada seluruh komponen bangsa termasuk pemerintah dan kekuatan politik nasional agar secara kolektif kolegial mengefrahkan segala daya dalam menggelorakan semangat, pemikiran dan tindakan-tindakan nyata untuk saling menolong dan bekerja sama demi kebaikan kemaslahatann serta kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
“Menggelorakan Ta’awun Untuk Negeri berati menyuarakan pesan kerohanian Islam dalam mengembangkan sikap saling tolong-menolong atau bekerja sama untuk terwujudnya kebaikan serta kemaslahatan bangsa dan negara Indonesia. Sebaliknya mencegah segala bentuk kerjasama atau konspirasi dalam keburukan,” katanya.
Haedar mengatakan, pesan Ta’awun Untuk Negeri digelorakan ke seluruh Tanah Air sebagai respon dan komitmen Muhammadiyah atas dua situasi yang dihadapi bangsa saat ini. Pertama, terjadinya gempa bumi di Lombok dan Sumbawa di Nusa Tenggara Barat serta di Palu, Donggala dan Sigi Sulawesi Tengah di samping musibah lainnya di negeri ini.
“Pesan utamanya adalah agar semua tergerak untuk peduli dan berbagi meringankan beban saudara sebangsa atas musibah yang terjadi seraya bergerak bersama agar saudara-saudara kita di dua wilayah musibah itu bangkit dan kembali menjalani kehidupan dengan baik,” katanya.
Kedua, situasi nasional di tahun politik yang menunjukkan egoisme kelompok dan tanda gesekan sosial politik satu sama lain. Kontestasi politik wajar dengan dinamika persaingan dan perebutan kepentingan namun jika tidak terkelola dengan baik dan dibiarkan serba bebas maka dapat memicu konflik dan retaknya hubungan sosial antar warga bangsa. “Karenanya penting dilandasi nilai ta’awun untuk saling peduli dan berbagi layaknya satu tubuh di keluarga bangsa. Perbedaan politik tetap diikat oleh rasa bersaudara dan tidak menyuburkan suasana perseturuan yang merugikan kehidupan bersama kita,” katanya.
Jusuf Kalla mengatakan, apa yang telah dikerjakan Muhammadiyah selama 106 tahun sangat luar biasa dalam bidang pendidikan mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, usaha-usaha sosial, dan kesehatan melalui pendirian rumah sakit-rumah sakit. Upaya itu memberikan sumbangan besar bagi kemakmuran bangsa Indonesia. “Usaha ini tentu usaha bersama kita semua, dengan organisasi-organisasi keagaman dan soisal di Indonesia yang begitu banyak yang telah mengabdikan dirinya untuk kemanusiaan dan kebesaran agama kita,” katanya.
Kalla mengaku selalu bersyukur, walupun terjadi sejumlah konflik di negeri ini tapi semua masih dapat diselesaikan dengan baik. Inti terjadinya konflik adaalah ketidakadilan. Karena itu, harus bisa memberikan keadilan adalah upaya yang harus dilaksanakan, ekonomi, sosial politik.