PALANGKARAYA, KOMPAS – Kinerja usaha mikro, kecil, dan menengah di Kalimantan Tengah mulai ditingkatkan melalui pemberdayaan dan kemudahan akses keuangan. Meskipun memiliki 36.180 unit usaha yang tersebar di 14 kabupaten, namun belum bisa mendongkrak perekonomian di Kalimantan Tengah.
Hal itu diungkap Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalteng Wuryanto di sela-sela acara Temu Akbar 1.000 UMKM di Palangkaraya, Sabtu (17/11/2018). Acara tersebut diselenggarakan atas kerja sama BI, Otoritas Jasa Keuangan dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Sedikitnya 1.200 peserta mengikuti kegiatan tersebut.
“Selama ini Kalteng masih sangat bertumpu pada kekayaan sumber daya alam dan ekspor bahan mentah. Ini riskan, karena sangat bergantung dengan perekonomian global, harus ada inisiatif lain, salah satunya UMKM,” kata Wuryanto.
Wuryanto mengungkapkan, terdapat tiga masalah utama UMKM di Kalteng tidak berkembang pesat, yakni akses perbankan, pemasaran, dan produktifitas. Dalam acara tersebut, ia berharap semua pengusaha bbisa terdaftar agar bisa diketahui permasalahan yang dihadapi.
“Sehingga saat memberikan pendampingan atau pemberdayaan itu bisa tepat sasaran sesuai kebutuhan. Ada pengusaha yang bermasalah pada modal, maka akses keuangannya dibantu, ada juga soal kualitas produk, dan berbagai macam lagi,” ungkap Wuryanto.
Proporsi penyaluran kredit kepada UMKM di Kalteng mencpai 21 persen atau lebih tinggi satu persen dari ketentuan penyaluran kredit oleh perbankan yang hanya 20 persen. Angka itu dinilai belum maksimal.
Gubernur Kalteng Sugianto Sabran mengakui, selama ini unit UMKM belum diperhatikan secara baik perkembangannya. Untuk itu, tahun 2019 pihaknya berencana mengucurkan Rp 50 miliar untuk membantu modal pengusaha UMKM di Kalteng.
“Tetapi, pengusaha juga harus kreatif dan menyesuaikan diri dengan revolusi industri 4.0 sehingga menghasilkan terobosan baru dalam dunia bisnis di Kalteng. Saya berjanji ke depan pasti akan lebih diperjuangkan lagi,” ungkap Sugianto.
Lembaga kredit
Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM Yuana Sutyowati mengungkapkan, kesulitan akses keuangan di perbankan dirasa oleh semua UMKM di Indonesia. Namun, pelaku usaha kecil tidak perlu khawatir dan bisa menggunakan lembaga keuangan lain yang aman seperti koperasi atau credit union.
“Lembaga-lembaga seperti ini juga harus didorong sehingga pelaku usaha gak lagi minjam uang ke rentenir,” ungkap Yuana.
Yuana menambahkan, jumlah UMKM di Kalteng sebanyak 36.180 unit masih sekitar 1,4 persen dari jumlah penduduk. Perlu ada ransangan baru agar meningkat dan bisa sesuai standar nasional yakni 3,1 persen dari jumlah penduduk.
“Tahun depan targetnya naik lagi ke 5 persen dari jumlah penduduk, jadi Temu Akbar ini seperti titik awal untuk merangsang semua orang terlibat dan berkomitmen. Sudah banyak juga upaya yang pemerintah pusat lakukan,” kata Yuana.
Beberapa upaya yang dilakukan untuk merangsang iklim berusaha, tambah Yuana, adalah dengan bekerja sama dengan perguruan tinggi, sudah ada 59 perguruan tinggi yang menciptakan gerakan mahasiswa pengusaha. Sayangnya, di Kalteng belum ada.
“Tahun depan bisa diajukan karena masih ada program itu. Kami membantu dan memberdayakan mereka sesuai kebutuhan pengusahanya. Sekarang malah sudah next level sampai kami beri startup,” tambah Yuana. (IDO)