Ratusan Petugas Kebersihan Disiagakan Bersihkan Sungai
Oleh
Agnes Rita Sulistyawaty
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Petugas mewaspadai empat lokasi yang rawan penumpukan sampah jika hujan deras, yakni Season City di aliran Kanal Barat, Jembatan Warung Pojok di Kali Mookervart, serta Cengkareng Drain dan Bendungan Polor di Kelurahan Kembangan.
Kepala Satuan Pelaksana Prasarana dan Sarana Unit Pelaksana Kebersihan (UPK) Badan Air Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Barat Hariyanto Silalahi, Minggu (11/11/2018), mengatakan, 893 petugas disiagakan mengangkat sampah dari sungai. Jumlah itu ditambah 10 petugas Satgas Banjir di setiap kecamatan.
Menurut Pengawas UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Barat Deni Setiawan, Cengkareng Drain paling sulit dibersihkan dari sampah karena pengangkatan sampah masih manual. ”Ekskavator tidak bisa masuk ke sana,” katanya.
Di Cengkareng Drain, petugas UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Barat harus mengangkat sampah dengan sekop dan tangan, kemudian sampah dipindahkan ke truk pengangkut sampah. Pekerjaan itu menjadi semakin sulit karena petugas harus mengangkut sampah ke lokasi yang cukup jauh akibat truk sampah yang berukuran besar tidak dapat masuk ke lokasi.
Saat ini, UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Barat tengah menunggu tambahan kendaraan pikap agar dapat menjangkau daerah padat penduduk. ”Di lokasi yang sempit seperti Cengkareng Drain, kendaraan kecil jenis pikap sangat membantu pergerakan petugas mengangkut sampah,” ujar Deni.
Kontribusi warga
Di sisi lain, Hariyanto mengatakan perlunya kontribusi warga. ”Kalau warga sudah sadar kebersihan, petugas yang diturunkan sebenarnya tidak perlu sebanyak ini,” kata Hariyanto.
Ia mengeluhkan petugas kebersihan sering dianggap orang yang dibayar untuk memungut sampah orang lain. ”Kami sering mengalami orang melempar sampah ketika kami sedang membersihkan sungai,” ucap Deni. Menurut Deni, hal itu menyurutkan semangat petugas. ”Pekerjaan jadi sia-sia, setiap kali dibersihkan kala itu juga dikotori lagi,” lanjutnya.
Hariyanto berpendapat, sanksi tegas perlu diberlakukan terhadap warga yang membuang sampah ke sungai. Menurut dia, tanpa hukuman yang jelas, perilaku warga membuang sampah ke sungai akan terus terjadi.
Hariyanto mengemukakan, dalam satu hari setidaknya 34 ton sampah diangkat dari satu titik rawan tumpukan sampah itu. Sampah Jakarta memang telah mencapai level menakutkan. Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, rata-rata volume sampah dari DKI Jakarta yang masuk TPST Bantar Gebang sebanyak 6.850 ton per hari.
Naturalisasi sungai
Namun, upaya pembersihan sungai secara rutin saja tidak cukup menangkal datangnya banjir di Jakarta Barat. Jika pendangkalan dan penyempitan aliran sungai masih terjadi, dikhawatirkan banjir akan tetap mengancam permukiman warga setiap kali hujan deras mengguyur daerah hulu. Untuk itu, naturalisasi sungai mendesak dilakukan.
Naturalisasi sungai, yang menjadi salah satu program strategis daerah, dilakukan dengan mempertahankan belokan sungai secara alamiah. Dengan cara itu, arus sungai dapat terhambat sehingga memperbesar kesempatan air meresap ke dalam tanah sebelum sampai hilir. Cara ini juga bisa mengurangi potensi banjir di hilir (Kompas, 10/2/2018).
Hariyanto mengatakan, banjir di Jakarta Barat tidak hanya dipicu kiriman sampah yang datang dari hulu. ”Setangkas apa pun petugas kebersihan mengangkat sampah dari sungai, itu tetap belum cukup menghindarkan warga dari banjir,” ujarnya. (PANDU WIYOGA)