BEKASI, KOMPAS – Tumpukan sampah masih menggunung di Jalan Raya Kali Cikarang Bekasi Laut, Kabupaten Bekasi, Senin (5/11/2018). Masalah tersebut tidak tertangani selama bertahun-tahun karena penegakan hukum yang lemah serta keterbatasan fasilitas pembuangan sampah.
Jalan Raya Kali Cikarang Bekasi Laut (CBL) yang membentang sepanjang 20 kilometer dari Kecamatan Sukawangi hingga Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi. Dari kilometer 1 hingga 10, jalan selebar tiga meter yang berada di antara Kali CBL dan hamparan sawah itu relatif bersih pada Senin siang.
Terdapat dua titik pembuangan sampah liar di wilayah yang didominasi sawah tersebut.
Namun, memasuki kilometer 11, setelah melewati jembatan besar CBL, tumpukan sampah mulai terlihat di kanan dan kiri jalan.
Wilayah itu terdiri dari permukiman, peternakan ayam, dan beberapa pabrik. Setiap 100 meter, selalu ada titik pembuangan sampah liar yang baru. Bau busuk pun menguar di sekitar tempat-tempat tersebut.
Adapun sampah terdiri dari berbagai jenis. Mulai dari organik hingga plastik, baik yang dikemas maupun tidak. Sebagian besar sampah masih basah, sedangkan sebagian lainnya sudah dibakar.
Yayah (46), warga Desa Muktiwari, Kecamatan Cibitung, mengatakan, pemandangan tersebut sudah ada sejak delapan tahun lalu. Saat itu, ia yang baru pindah dari Desa Sumberjaya, Kecamatan Tambun Selatan, kerap menemukan pengendara yang membuang sampah di tepi jalan.
“Sampai sekarang, kebanyakan orang membuang sampah sambil lewat. Ada yang pakai motor, ada juga yang pakai mobil,” ujar dia.
Selain menimbulkan bau, kata Yayah, tumpukan sampah juga mengundang lalat. Di warung makannya, lalat beterbangan di meja pelanggan. Mereka tak pernah benar-benar pergi meski sudah diusir dengan kipas atau obat pengusir serangga.
Miah (41), warga Desa Srimahi, Kecamatan Tambun Utara, mengatakan, sampah juga berasal dari pasar yang ada di sekitar CBL, antara lain Pasar Babelan, Gabus, dan Babakan. Menurut dia, setiap pembukaan pasar yang baru selaalu menambah jumlah sampah yang dibuang ke CBL.
Setiap hari, orang-orang dari pasar membawa sisa sayuran yang dibungkus karung dengan menggunakan mobil pikap. “Kira-kira lebih dari 10 mobil yang membuang sampah setiap hari,” kata Miah.
Pada pukul 15.00, sebuah mobil pikap yang membawa sampah pun lewat. Bak mobil tersebut ditambahkan tutup bambu agar bawaan mereka tak berserakan di jalan.
Meski demikian, Miah menambahkan, sebagian sampah dan air lindi yang berceceran di sepanjang jalan tidak terelakkan. Warga pun sudah terbiasa dengan bau busuk tersebut.
Kholifah (27), warga Desa Srimahi, mengatakan, warga setempat juga membuang sampah domestik di tepi jalan. Setelah dikumpulkan, lalu dibakar.
Tidak ada tempat pembuangan sementara yang dekat dengan mereka. Jarak menuju tempat pembuangan akhir (TPA) Burangkeng pun sekitar 23 kilometer. “Di sini juga tidak ada petugas dan truk yang mengangkut sampah,” kata dia.
Menurut Kholifah, sampah tersebut akan bertahan hingga terjadi banjir. Di daerah langganan banjir itu, luapan kali CBL akan menghanyutkan sampah entah kemana. “Kalau enggak ada banjir, sampah enggak akan hilang,” ujarnya.
Minim penganganan
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi Jaoharul Alam mengakui, masih ada pihak yang sembunyi-sembunyi membuang sampah di Jalan Raya Kali CBL. Mereka biasanya mengumpulkan sampah dari kompleks perumahan namun membuangnya ke jalan. "Tugas untuk mengawasi dan menangkap mereka ada pada Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)," kata dia.
Jaoharul menambahkan, pembersihan besar-besaran Jalan Raya Kali CBL terakhir kali dilakukan pada 2014. Pembersihan rutin dilakukan setiap pekan oleh unit pelaksana teknis daerah (UPTD). Akan tetapi, jumlah personel mereka terbatas. Pengangkutan juga harus menggunakan alat berat, sedangkan alat tersebut hanya ada di tempat pembuangan akhir (TPA) Burangkeng.
Selain itu, jumlah truk pengangkut sampah pun terbatas. Terdapat 87 truk saat ini, namun tidak semua bisa beroperasi.
Urusan pembuangan sampah se-Kabupaten Bekasi semakin rumit karena kapasitas TPA Burangkeng sudah tidak mampu menampung. “Setiap hari, total ada sekitar 700 ton sampah dari masyarakat. Namun yang terangkut dan masuk ke TPA Burangkeng hanya 150-200 ton per hari,” kata Jaoharul. Sisanya dijadwalkan untuk dibawa pada waktu selanjutnya.
Akibatnya, sebagian besar sampah masih berserakan dimana-mana. Bukan hanya di Jalan Raya Kali CBL, tetapi juga di kecamatan lain, termasuk di sekitar kawasan industri Cikarang. “Secara sarana dan prasarana kami memang belum memungkinkan untuk mengangkut semua sampah,” kata Jaoharul.
Menurut dia, tahun ini jumlah truk sampah yang bisa digunakan sudah bertambah. Pihaknya mendapatkan tambahan 12 truk sedangkan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, mendapatkan 20n truk. Selain itu perluasan TPA Burangkeng atau pembuatan TPA baru juga telah diusulkan.