Kuba dan Korea Utara berupaya terus mempererat hubungan dan menggalang kekuatan. Karena itu, keduanya bersepakat memperluas dan memperkuat hubungan strategis bilateral, termasuk untuk segera keluar dari sanksi ekonomi Amerika Serikat yang membelenggu.
Sikap bersama ini disepakati Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel dan Pemimpin Korut Kim Jong Un ketika bertemu, Senin (5/11/2018), di Pyongyang. Kuba dan Korut, begitu pula dengan Rusia, sama-sama menjadi korban sanksi ekonomi dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Saat ini, Kuba adalah salah satu dari sedikit negara sekutu Korut.
”Pemimpin Kim dan Presiden Diaz-Canel membahas isu krusial dan situasi internasional yang menjadi keprihatinan bersama. Diaz-Canel bersedia menghadapi tantangan dari pihak-pihak yang bersikap memusuhi,” sebut kantor berita Korut, KCNA. Setelah ke Korut, Diaz-Canel akan melanjutkan lawatan ke China, Vietnam, dan Laos.
Diaz-Canel tiba di Pyongyang, Minggu, bersama istrinya. Ia dijemput Kim dan istrinya di bandara. Rombongan lalu dibawa berkeliling Pyongyang.
Konvoi disambut masyarakat yang bersorak-sorai di pinggir jalan sambil melambaikan bunga. Sejak berkuasa April lalu, kunjungan luar negeri ini merupakan yang pertama kali dilakukan Diaz-Canel.
Konvoi disambut masyarakat yang bersorak-sorai di pinggir jalan sambil melambaikan bunga.
KCNA melaporkan, Kim dan Diaz-Canel berdiskusi di Wisma Negara Paekhwawon. Selama pertemuan, mereka saling mengingatkan akan sejarah sosialis yang sama di antara keduanya dan berjanji akan terus menjaga solidaritas sesama negara sosialis.
Pertemuan Kuba dan Korut ini bisa dianggap sebagai pukulan keras terhadap AS yang tampaknya semakin kesulitan menangani isu perlucutan nuklir Korut. Sampai sekarang belum ada kemajuan yang signifikan pada isu itu. Pertemuan antara Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan Kim Yong Chol, tim perunding Korut, akan diadakan pada pekan ini. Namun, retorika Korut justru semakin keras terhadap AS.
Pekan lalu, Pyongyang lewat media-media propemerintah mengecam sikap AS yang tetap menekan Korut melalui sanksi-sanksinya. Bagi Korut, sanksi itu juga alat politik yang digunakan AS untuk menekan Kuba dan Rusia. Di media-media itu, tersirat bahwa Korut akan memulai kembali program pengembangan nuklirnya jika sikap AS tidak berubah.
Bagi Korut, sanksi itu juga alat politik yang digunakan AS untuk menekan Kuba dan Rusia.
Ketika berkunjung ke Rusia, Diaz-Canel membahas kesepakatan persenjataan senilai 50 juta dollar AS dengan Rusia. Seperti halnya bersama Korut, dengan Rusia Kuba juga mendapatkan jaminan janji perluasan hubungan politik, ekonomi, dan militer. Kuba dan Rusia kemudian mengeluarkan pernyataan bersama mengecam AS yang dinilai ikut campur dalam urusan domestik negara-negara berdaulat yang lain.
Embargo Kuba
AS memberlakukan embargo ekonomi terhadap Kuba pada 1958, kemudian diperluas dan hingga kini masih berlaku. Rusia juga mendapat sanksi dari AS dan Uni Eropa setelah mencaplok wilayah Crimea dan mendukung kelompok separatis di Ukraina timur.
Kunjungan Diaz-Canel itu dilakukan hanya beberapa hari setelah AS memberlakukan sanksi ekonomi baru lagi ke Kuba. Hubungan Washington dan Havana pulih sepenuhnya pada 2015 setelah selama lebih dari setengah abad dalam suasana tegang. Namun, kondisi ini kembali memburuk sejak Presiden AS Donald Trump berkuasa.
Mantan pemimpin Kuba, Fidel Castro, berkunjung ke Korut pada 1986 dan bertemu pemimpin negara itu, Kim Il Sung. Saking dekatnya hubungan Kuba dan Korut, pada waktu Castro meninggal, November 2016, Korut menyatakan tiga hari berkabung nasional. Pada waktu upacara pemakaman Castro, Korut mengirimkan delegasi besar yang dipimpin Choe Ryong Hae, asisten senior Kim Jong Un.
Sejak dulu, Kuba meremehkan sanksi internasional yang diberlakukan kepada Korut gara-gara program senjata nuklir Korut. Pada 2013, Panama menangkap kapal Korut yang membawa pengiriman senjata Kuba yang tidak dilaporkan. Senjata itu merupakan buatan era Soviet dan jet tempur yang disembunyikan di bawah karung-karung gula. Korut mengaku persenjataan itu dikirim untuk diperbaiki. (AFP/AP)