JAKARTA, KOMPAS - Pemerintah dan pelaku usaha diminta duduk bersama untuk mencari terobosan terkait pengolahan dan industrialisasi rumput laut. Kendati ekspornya cenderung meningkat, tetapi nilai tambahnya dinilai stagnan.
Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI), Rokhmin Dahuri, saat dihubungi di Jakarta, Minggu (28/10/2018) mengemukakan, saat ini hampir 90 persen produk rumput laut diekspor dalam bentuk mentah, berupa rumput laut kering. "Kita masih minim menggarap produk olahan rumput laut yang bernilai tambah," kata Rokhmin.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, ekspor rumpur laut menunjukkan tren meningkat. Selama Januari-Juni 2018, ekspor rumput laut mencapai 92.680 ton senilai 128,65 juta dollar AS. Volume itu tumbuh 13,02 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 82.000 ton.
Pada tahun 2017, ekspor rumput laut Indonesia mencapai 191.850 ton senilai 204,87 juta dollar AS, sementara tahun 2016 sebesar 188.300 ton senilai 161,8 juta dollar AS.
Momentum
Rokhmin menambahkan, momentum diterimanya produk karaginan dan agar-agar oleh pemerintah Amerika Serikat seharusnya menjadi pemacu bagi pengembangan industri bernilai tambah.
Sebelumnya, produk karaginan dan agar-agar dari rumput laut terancam dikeluarkan dari daftar produk organik National Organic Standards Board (NOSB). Namun, Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) pada 4 April 2018 menerbitkan keputusan bahwa agar-agar dan karaginan tetap masuk dalam daftar produk organik. Keputusan ini berlaku efektif mulai 29 Mei.
Ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI), Safari Azis mengemukakan, pihaknya berharap tren ekspor rumput laut terus membaik hingga akhir tahun. Pihaknya masih berupaya mengembalikan citra positif hasil olahan rumput laut berupa agar-agar dan karaginan yang hampir dikeluarkan dari daftar produk organik di Ameriksa Serikat.
“Isu delisting agar-agar dan karaginan sempat mengurangi kebutuhan pasar terhadap hasil olahan rumput laut,” ujarnya.
Menurut Rokhmin, pemerintah perlu duduk bersama dengqn pelaku budidaya rumput laut dan industri agar daoat disusun peta jalan dan jangka waktu untuk pembangunan pabrik karaginan maupun olahan. Dengan demikian, industri hilir berkembang.
Ia menambahkan, Institut Pertanian Bogor telah mampu mengembangkan rumput laut jenis mikro alga untuk diolah menjadi minyak nabati yang dapat dimanfaatkan untuk biodiesel. "Potensi-potensi rumput laut perlu terus digali dan dioptimalkan nilai tambahnya," ujarnya.