TIMIKA, KOMPAS — Lima belas warga yang terdiri dari tenaga pengajar dan paramedis yang disandera kelompok kriminal bersenjata telah dievakuasi dari Distrik Mapenduma, Kabupaten Nduga, Papua, sejak 18 Oktober 2018. Sebelumnya, kelompok di bawah pimpinan Egianus Kogoya menyandera mereka sejak 3 Oktober 2018.
Hal itu ditegaskan Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal saat dihubungi dari Timika, Kabupaten Mimika, Senin (22/10/2018). Ahmad mengatakan, 14 korban dievakuasi ke Wamena, Kabupaten Jayawijaya, sedangkan satu perempuan dievakuasi ke Rumah Sakit Bhayangkara di Jayapura untuk mendapatkan pelayanan medis yang memadai.
Kelompok kriminal bersenjata melepaskan para korban berdasarkan hasil negosiasi dengan Kepala Puskesmas Distrik Mapenduma Naftali Wandik. ”Korban yang dievakuasi ke Jayapura berinisial M sejak Minggu (21/10/2018) kemarin. Ia mengalami trauma mendalam, diduga kekerasan dari sejumlah penyandera. Sampai saat ini dia belum dapat memberikan keterangan,” ujar Ahmad.
Ia menyatakan, KKB pimpinan Egianus menyandera para korban karena tak ingin ada layanan kesehatan dan pendidikan di Mapenduma.
Secara administratif, Distrik Mapenduma memiliki dua sekolah, yaitu SD YPGRI 1 Mapenduma dan SMPN 1 Mapenduma, serta 1 puskesmas.
Distrik Mapenduma dapat diakses dari Wamena dengan jalur udara menggunakan pesawat berbadan kecil, seperti karavan, dan jalur darat melalui perjalanan mobil selama 8 jam ke Distrik Yal. Kemudian, disambung 2 jam jalan kaki menuju Mapenduma. Tidak ada akses jaringan telekomunikasi di sana.
”Kami sangat menyesalkan insiden ini. Kelompok tersebut telah menghambat layanan publik bagi masyarakat setempat. Kami akan mengambil langkah tegas untuk masalah ini,” kata Ahmad.
Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Nduga Fredik Samuel Bapundu membenarkan adanya ancaman dan penolakan terhadap para guru dan tenaga kesehatan tersebut. Para pelaku mencurigai 15 sandera itu sebagai aparat keamanan yang menyamar dalam rangka mencari informasi pergerakan kelompok KKB.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Aloysius Giay mengatakan, Kabupaten Nduga salah satu daerah dengan cakupan imunisasi campak, rubella, dan polio paling rendah dari 28 kabupaten dan 1 kota di Papua. Persentase cakupan imunisasi di Nduga baru 6,99 persen dari target nasional 95 persen.
”Selain faktor minimnya sarana transportasi udara, masalah keamanan juga yang menghambat pelaksanaan imunisasi di sejumlah daerah Papua, seperti Nduga,” kata Aloysius.