TANGERANG, KOMPAS - Konflik terkait pengoperasian bus Trans Kota Tangerang Koridor 2 masih berlanjut, Selasa (16/10/2018). Operasional bus rute Poris Plawad-Perumnas Karawaci-Cibodas dibatasi pukul 09.00 hingga 15.00.
Di luar jam itu, bus berkapasitas 40 penumpang ini hanya boleh sampai di pertengahan rute, yakni kawasan Palem Semi.
Sementara, dua angkot yang memiliki irisan rute, diperkenankan beroperasi normal. Dua angkot itu adalah R11 Poris Plawad-Perumnas 3 dan T02 rute Poris Plawad-Perumnas 1. Sebelumnya, pengemudi angkot mengklaim bahwa pendapatan mereka turun 50-70 persen setelah Trans Kota Tangerang Koridor 2 beroperasi.
Keputusan pembatasan pengoperasian bus BRT diambil dalam pertemuan antara Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangerang Saeful Rohman dengan perwakilan Paguyuban Pengemudi Abbas Asri di Ruang Asda 3 Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, Senin malam.
"Kami ambil jalan tengahnya, angkot mengisi di jam sibuk, BRT masuk di jam sembilan sampai jam 15.00," kata Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah di Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, Selasa (16/10/2018).
Pemberlakuan pembatasan waktu operasional itu hanya sementara sampai ada pembahasan bersama antara pengemudi, pengusaha, DPRD, dan Pemkot Tangerang.
Angkutan pengumpan
Arief mengatakan, pihaknya juga menawarkan solusi antara lain menjadikan angkot sebagai bus pengumpan untuk BRT.
Solusi lain, kata Arief, Pemkot berencana memberikan subsidi operasional bagi angkot. "Ini masih sebatas rencana. Semua perlu proses pembahasan lebih lanjut. Mekanismenya masih dibahas oleh Dinas Perhubungan dan Sekda (Sekretaris Daerah)," jelas Arief.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangerang, Saeful Rohman mengatakan, pihaknya masih membahas detail kedua solusi itu.
Di lapangan, keberadaan bus Trans Kota Tangerang memberikan kenyaman bagi pengguna. Bus yang dilengkapi pendingin ruangan ini juga menawarkan keamanan bagi penumpang. Saat ini, tarif bus dipatok Rp 2.000 per penumpang.
"Kami lebih senang naik BRT. Sudah nyaman, murah lagi. Enggak ada pengamen dalam bus," kata Anggita (25), warga Jalan Borobudur, Karawaci kemarin.
Adapun pelayanan angkot masih jauh dari nyaman dan aman. Sopir dengan mudah menghentikan angkot dimana saja, ngetem, dan mengemudikan mobil ugal-ugalan.
Kerap kali pengemudi tidak sampai tujuan akhir dan separuh memaksa penumpang turun saat ia akan putar balik. "Bapak dan ibu turun di mana? Di Tangerang City saja. Atau kalau mau saya cuma sampai di kolong jembatan saja. Mau mutar balik," kata Deni (25), pengemudi R11, Selasa.
Deni mengatakan, seharusnya angkot sampai Terminal Poris Plawad. Akan tetapi, sebagian besar pengemudi angkot tidak mau mengantar penumpang sampai ke terminal karena jarak ke terminal terlalu jauh dan sepi penumpang.
Pengemudi pun masih ada yang merokok saat membawa penumpang. Angkot tidak dilengkapi dengan pendingin ruangan. Dari sisi tarif, angkot memberlakukan tarif sesuai jarak, dengan tarif tertinggi Rp 7.000 per penumpang.