SEMARANG, KOMPAS — Aksesibilitas menuju Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, meningkat seiring dengan pengoperasian penerbangan komersial reguler Semarang-Karimunjawa. Hal tersebut menyokong geliat pariwisata di salah satu destinasi utama di Jateng itu.
Jumat (12/10/2018), maskapai Wings Air melakukan penerbangan perdana dari Bandara Jenderal Ahmad Yani, Semarang, menuju Bandara Dewadaru, Karimunjawa. Berikutnya, penerbangan dilaksanakan setiap hari, yakni pukul 11.20 WIB dari Semarang dan pukul 12.10 dari Karimunjawa.
Pesawat yang digunakan adalah ATR 72-600 dengan kapasitas 70 penumpang dari Semarang serta 50 penumpang dari Karimunjawa. Kondisi itu mengingat keterbatasan landas pacu di Bandara Dewadaru. Harga tiket Rp 407.000-Rp 490.000 dari Semarang dan Rp 460.000 dari Karimunjawa.
Area Manager Lion Group Jateng-DIY Widi Wiyanti mengatakan, rute Semarang-Karimunjawa memberi alternatif bagi masyarakat. ”Selama ini, kan, bergantung pada kapal laut dan ada keterbatasan, seperti cuaca. Dengan kehadiran rute ini, kami harapkan pariwisata Jateng terus meningkat,” ujarnya.
Widi menambahkan, Wings Air selama ini memiliki konsep pengumpan (feeder). Karena itu, rute Semarang-Karimunjawa terkoneksi dengan rute lain (penerbangan multimaskapai), baik Wings Air, Lion Air, maupun Batik Air. Rute itu antara lain menuju Bandung, Lombok, dan Halim Perdanakusuma (Jakarta).
Kepala Bandara Dewadaru Karimunjawa Dodi Dharma Cahyadi mengatakan, beberapa waktu lalu sebenarnya sudah ada penerbangan carter reguler Semarang-Karimunjawa. Namun, harganya masih terbilang mahal, mulai dari Rp 850.000. Dengan penerbangan komersial, harga lebih terjangkau.
Menurut Dodi, kondisi tersebut bagus untuk meningkatkan pariwisata di Karimunjawa mengingat saat ini waktu tempuh Semarang-Karimunjawa kini hanya 30 menit. ”Pariwisata ini bukan hanya untuk wisatawan asing atau kalangan tertentu. Rakyat pun bisa menikmati,” katanya.
Tingkatkan pelayanan
Dodi menambahkan, seiring dengan perkembangan itu, Kementerian Perhubungan akan memperpanjang landas pacu dari 1.200 meter menjadi 1.400 meter. Juga pembangunan terminal bandara seluas 800 meter persegi (saat ini 120 meter persegi). Keduanya akan dilaksanakan pada 2019.
Peningkatan pelayanan tersebut perlu dilakukan demi kenyamanan penumpang. ”Begitu juga dengan pemda yang akan menyiapkan segalanya di daerah. Ke depan, diharapkan akan ada rute lain, misalnya Halim Perdanakusuma-Karimunjawa atau Yogyakarta-Karimunjawa,” ucap Dodi.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dalam keterangannya menuturkan, dengan bergantung pada kapal laut, salah satu kendala ialah tingginya gelombang laut. Hal tersebut membuat pelancong tak bisa pulang. Dengan demikian, tersedianya transportasi udara menjadi solusi.
Ganjar menambahkan, yang perlu dipikirkan ke depan ialah sumber daya manusia (SDM) di Karimunjawa. ”SDM mesti disiapkan agar mampu mengelola daerahnya saat kunjungan wisatawan semakin meningkat, juga bagaimana membuat berbagai event agar wisatawan pun kian tertarik,” ujarnya.
Kepulauan Karimunjawa, yang terkenal akan wisata baharinya, merupakan salah satu destinasi utama di Jateng selain Candi Borobudur, Situs Purbakala Sangiran, dan Dataran Tinggi Dieng. Keempatnya menjadi penopang peningkatan pariwisata Jateng, yang ditargetkan mencapai 1,2 juta kunjungan wisatawan mancanegara pada 2019.