Serius Gapai Perdamaian, Kim Jong Un Undang Paus Fransiskus
Oleh
Benny D Koestanto
·3 menit baca
SEOUL, SELASA — Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengundang Paus Fransiskus mengunjungi Pyongyang. Hal itu dinilai sebagai upaya pemerintah Korut membuktikan upaya seriusnya menggapai perdamaian dengan Korea Selatan sekaligus menunjukkan membaiknya kondisi Semenanjung Korea. Kantor kepresidenan Korea Selatan, Selasa (9/10/2018), mengatakan, dalam sebuah pernyataan bahwa Kim mengatakan kepada Presiden Korsel Moon Jae-in, selama pertemuan puncak mereka bulan lalu, bahwa paus akan secara antusias disambut di Korut.
Kim telah sangat terlibat dalam diplomasi beberapa bulan terakhir dalam apa yang dilihat sebagai upaya untuk meninggalkan program senjata nuklir demi mengurangi sanksi ekonomi dan tekanan militer. Padahal, selama ini pihak Korut dinilai secara ketat mengontrol kegiatan keagamaan rakyatnya. Apalagi, undangan serupa bagi Paus Yohanes Paulus II untuk berkunjung setelah pertemuan antar-Korea pada 2000 tidak pernah menghasilkan pertemuan. Vatikan bersikeras pada waktu itu bahwa kunjungan paus hanya akan mungkin jika para imam Katolik diterima di Korut.
Para imam Vatikan diusir oleh Korut sejak lama dan pemerintah setempat menunjuk orang-orang awam untuk melayani umat secara umum. Saat ini diperkirakan jumlah umat Katolik di Korut berkisar 800-3.000 orang, kalah dari sisi jumlah dibandingkan dengan umat Katolik di Korsel yang jumlahnya diperkirakan lebih dari 5 juta orang.
Moon berencana menyampaikan keinginan Kim itu ketika dirinya melakukan perjalanan ke Vatikan pekan depan. Moon pada awal pekan ini mengatakan, dirinya mengharapkan Kim untuk mengunjungi Rusia segera dan mungkin mengadakan pertemuan puncak dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.
Sejauh ini Vatikan tidak berkomentar tentang kemungkinan kunjungan paus. Namun, kantor pers Vatikan merilis sebuah pernyataan yang menegaskan bahwa paus akan menerima presiden Korea Selatan dalam audiensi di Vatikan pada 18 Oktober 2018. Juru bicara Vatikan Greg Burke mengatakan, audiensi akan digelar sehari setelah Menteri Luar Negeri Vatikan Kardinal Pietro Parolin merayakan misa perdamaian di Semenanjung Korea di Basilika Santo Petrus. Dalam kegiatan keagamaan itu Moon dijadwalkan ikut hadir.
Paus Fransiskus sendiri pernah mengunjungi Korea Selatan pada Agustus 2014. Dalam perjalanan kembali ke Roma, dia menyatakan harapan bahwa perpecahan dua Korea itu dapat diatasi dengan mengatakan, kedua Korea adalah saudara. Mereka berbicara dalam bahasa yang sama. ”Ketika Anda berbicara bahasa yang sama itu karena Anda memiliki ibu yang sama dan ini memberi kita harapan,” kata Paus. ”Penderitaan akibat sebuah perpecahan itu menyakitkan dan saya mengerti ini dan berdoa agar itu berakhir.”
Pendapat Korut terkait wacana undangan kepada Paus itu muncul beberapa pekan setelah Vatikan menandatangani perjanjian penting dengan China sebagai sekutu terdekat Korut. Perjanjian itu terkait nominasi uskup, yang bertujuan mengakhiri ketegangan yang berkontribusi dalam keberadaan gereja di China dan menghambat upaya peningkatan hubungan China-Vatikan.
Wacana oleh Pyongyang itu seiring dengan upaya diplomatik Kim sejak awal tahun. Kim telah menampilkan diri sebagai negarawan internasional, berbagi makanan, anggur, dan tertawa dengan para pejabat Korsel dan tampak sangat nyaman selama pertemuannya dengan Presiden AS Donald Trump di Singapura. (AP/REUTERS)