MAKASSAR, KOMPAS – Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno mendorong Perum Perikanan Indonesia dan PT Perikanan Nusantara terus meningkatkan ekspor produk perikanan. Dengan begitu, Indonesia dapat bersaing di pasar internasional sekaligus turut membantu nelayan setempat.
“BUMN jangan berkompetisi di skala domestik saja. Tetapi, harus ke luar negeri,” ujar Rini saat melepas lima kontainer produk perikanan dengan nilai ekspor sekitar 480.000 dollar AS di Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (5/10/2018). Turut hadir Wakil Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaeman, Dirut Perum Perikanan Indonesia Risyanto Suanda, Dirut PT Perikanan Nusantara (Persero) Dendi Anggi Gumilang.
Tiga kontainer merupakan produk perikanan Perindo dengan muatan ikan kakap, tenggiri, gurita dan cumi-cumi seberat 54 ton. Produk itu dikirim ke sejumlah negara di Eropa. Sementara dua kontainer lainnya yang diekspor oleh PT Perinus berisi 30 ton gurita dingin dengan Jepang sebagai tujuan ekspor.
Rini mengapresiasi kinerja kedua perusahaan BUMN tersebut. Menurut dia, selain dapat bersaing di dunia perikanan di pasar internasional, ekspor juga akan membantu nelayan. “Nelayan bisa mendapatkan pendapatan yang pasti. Kami juga membuat sistem, nelayan jika butuh modal bisa bekerja sama dengan perbankan milik BUMN dengan Perindo dan Perinus,” ujarnya.
Pihaknya juga terus berkomitmen agar perusahaan BUMN yang terkait dengan perikanan dapat bersinergi, bukan bersaing. Di Makassar, misalnya, melalui PT Pelindo IV (Persero), BUMN tengah membangun Pelabuhan Baru Makassar. Pelabuhan ini dapat mengangkut hasil perikanan langsung ke luar negeri.
Selama ini, kapal pengangkut produk ekspor harus terlebih dahulu melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. “Ini memakan banyak waktu dan biaya logistik bertambah. Dengan Pelabuhan Baru Makassar, kapal tidak lagi harus singgah di Jakarta. Pelabuhan ini beroperasi akhir Oktober,” ujar Rini.
Menurut Dendi, PT Perinus terus meningkatkan ekspor produk perikanan. Pada 2017, misalnya, ekspor produk perikanan hanya 50 ton. Jumlah itu diprediksi melonjak hingga 372 ton pada 2018. Pada Oktober saja, Perinus akan mengekspor tuna ke Jepang sesuai nilai kontrak 15 juta dollar AS serta kakap merah dan tenggiri ke Singapura dengan nilai kontrak 6,5 juta dollar AS. Ditargetkan, ekspor mencapai 3.280 ton pada 2019.
Apalagi, unit pengelolaan ikan Perinus cabang Makassar dengan kapasitas 5 ton per hari telah mendapatkan sertifikat HACCP (Hazard Analisis Critical Control Point) B. Sertifikat itu menjadi persyaratan untuk mengekspor produk perikanan ke sejumlah negara, seperti Jepang. “Kami juga bekerja sama dengan 640 nelayan dari Makassar sampai Selayar. Saat musim gurita, nelayan yang menjadi mitra kami bisa lebih dari 1.000,” ujarnya.
Potensi besar
Dirut Perum Perindo Risyanto mengatakan, potensi ekspor perikanan sangat besar. Namun, jumlah bahan baku yang tersedia belum memadai. “Tahun ini, kami memiliki kontrak dengan dua perusahaan di Amerika Serikat untuk mengekspor produk perikanan dengan nilai 22 juta dollar AS. Tetapi, kami hanya mampu penuhi 3,8 juta dollar AS hingga saat ini,” ujarnya.
Pihaknya telah bermitra dengan lebih dari 300 nelayan dan pedagang di Makassar. Sebab, potensi perikanan tangkap terbesar, lanjutnya, berasal dari timur Indonesia. Menurut dia, permintaan akan ekspor produk perikanan sangat besar. Untuk itu, penambahan kapal diperlukan untuk meningkatkan hasil tangkapan perikanan.
Wagub Sulsel Andi Sudirman mengatakan, persoalan yang kerap dihadapi nelayan ialah jatuhnya harga ikan ketika produks melimpah. Untuk itu, pihaknya tengah merancang hilirisasi perikanan dengan bantuan alat tangkap dan gudang pendingin. “Potensi perikanan Sulsel sangat besar dengan garis pantai lebih dari 2.000 kilometer. Kami berharap, BUMN dapat menyediakan infrastruktur, seperti pelabuhan dengan kapasitas ekspor lebih tinggi,” ujarnya.