Kehadiran pesohor dalam kontestasi di Pemilu 2019 menjadi indikasi partai memakai jalan pintas untuk merebut suara. Namun, butuh kerja keras untuk mengubah popularitas pesohor menjadi dukungan politik.
JAKARTA, KOMPAS - Para pesohor yang terlibat dalam kontestasi merebut kursi DPR RI di Pemilu 2019 semakin bertambah banyak jika dibandingkan dengan pemilu sebelumnya. Hal ini mengindikasikan partai politik menggunakan jalan pintas untuk mengamankan kursi di tengah makin ketatnya persaingan di Pemilu 2019.
Namun, para pesohor itu juga mesti bekerja keras untuk mengubah modal popularitas yang mereka miliki menjadi dukungan politik.
Kajian Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi), ada 97 pesohor dalam daftar calon tetap (DCT) DPR RI. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan Pemilu 2014, yang ada 83 pesohor. Para pesohor yang didata ialah penyanyi, pemain sinetron, presenter, model, musisi, pemain film, dan atlet terkenal.
Peneliti Formappi, Lucius Karus, Kamis (27/9/2018), saat dihubungi dari Jakarta menuturkan, keberadaan para pesohor itu merupakan hasil dari kondisi saling membutuhkan antara pesohor dan partai politik. Di satu sisi, pesohor membutuhkan keberlanjutan kariernya. Di sisi lain, partai politik ada kebutuhan untuk memanggungkan mereka guna mendapat suara sebanyak-banyaknya.
Philips J Vermonte, Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS), menilai, banyaknya caleg pesohor menunjukkan partai politik mencari jalan pintas untuk mencari suara di pemilu. ”Memilih pesohor menjadi paling memungkinkan. Bukan berarti pesohor tidak punya kemampuan, tetapi bahwa partai tidak menghasilkan kader internal menjadi catatan,” katanya.
Tidak mudah
Ian Kasela, mantan vokalis grup band Radja yang menjadi caleg Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) untuk daerah pemilihan (dapil) Kalimantan Selatan 1, mengatakan, caleg pesohor memang memiliki kelebihan popularitas. Popularitas ini pula yang menjadi faktor penting hingga mereka direkrut partai menjadi caleg.
Namun, Ian menyadari, modal popularitas ini tidak lantas membuatnya akan mudah dipilih di Pemilu 2019. Ini karena popularitas yang dia miliki lebih karena karya seni yang dihadirkannya kepada publik. Sementara, ketika memutuskan masuk ke PDI-P dan menjadi caleg partai itu, popularitasnya bisa saja meredup karena masih kuatnya pandangan bahwa pesohor tidak punya kapasitas untuk masuk dunia politik, apalagi menjadi wakil rakyat. Popularitas itu juga bisa meredup karena tidak semua penggemarnya mendukung PDI-P atau pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Ma’ruf Amin yang didukung PDI-P.
”Jadi, mengubah modal popularitas menjadi dukungan politik itu tidak semudah membalikkan tangan. Ini pekerjaan rumah yang berat,” ujarnya menambahkan.
Ahmad Adly Fayruz, artis yang menjadi caleg Partai Nasdem untuk dapil Jawa Tengah 1, pun sepakat bahwa popularitas yang dimiliki tidak menjamin dirinya akan mudah terpilih. Popularitas hanya pintu masuk untuk membangun hubungan yang lebih erat dengan calon pemilih.
Adly tidak membantah adanya pandangan bahwa pesohor seperti dirinya direkrut untuk memopulerkan partai agar partai lolos ambang parlemen pada 2019. ”Namun, saya juga memanfaatkan partai untuk bisa masuk dunia politik dan menjadi anggota DPR. Jadi, ini sebenarnya hubungan yang saling menguntungkan,” tuturnya.
Sekjen Partai Perindo Ahmad Rofiq mengakui, dirinya diuntungkan oleh sejumlah pesohor yang mendaftar menjadi caleg dari Perindo. Kehadiran mereka diharapkan ikut mendongkrak suara Perindo, yang merupakan partai baru di Pemilu 2019.
Namun, Perindo tidak mengistimewakan para caleg berlatar belakang pesohor. Mereka diperlakukan sama dengan caleg lainnya karena setiap caleg memiliki potensi yang sama. Menurut dia, caleg pesohor memang memiliki modal popularitas. Akan tetapi, modal itu tidak akan berguna jika caleg tersebut tidak mau bekerja keras untuk pemenangan di pemilu.
”Jadi, semua caleg, termasuk artis, tetap harus turun ke masyarakat, menyampaikan gagasan mereka sebagai caleg sekaligus program-program partai. Tanpa itu, ya, akan sulit bagi mereka meyakinkan pemilih untuk bisa dipilih,” tuturnya.