GENEVA, KAMIS — Seorang warga Yaman yang pernah ditawan milisi pemberontak Houthi, Hisham al-Omeisy, mengkritik Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dialog yang digagas lembaga itu dinyatakan bisa menghapus kesalahan Houthi.
Jurnalis sekaligus aktivis Yaman itu ditawan milisi Houthi pada Agustus 2017 hingga Januari 2018. ”Saya disiksa di penjara. Mereka menggunakan cara barbar,” ujar Omeisy, Kamis (27/9/2018) di Geneva, Swiss.
Ia menyebut upaya PBB mendorong dialog antarpihak yang bertikai di Yaman sebagai langkah naif. PBB disebutnya dipermainkan Houthi. Ia memperingatkan, dialog itu akan membuat Houthi tidak bersalah.
Perang Yaman menjadi ajang pertempuran antara pasukan loyalis pemerintahan Presiden Abedrabbo Mansour Hadi dan milisi pemberontak Houthi dukungan Iran. Houthi mengontrol ibu kota Sana’a sejak tahun 2014.
Sekitar 10.000 orang tewas sejak konflik di negara Arab paling miskin itu bereskalasi pada tahun 2015 saat koalisi pimpinan Arab Saudi melancarkan operasi militer ke Yaman untuk mendukung pemerintahan Hadi. Awal bulan ini, mediator PBB, Martin Griffiths, mencoba menggelar negosiasi pertama di antara dua kubu yang bertikai di Geneva, Swiss. Namun, perwakilan Houthi tidak hadir.
Ketidakhadiran Houthi, lanjut Omeisy, sudah diduga. Kesalahan terbesar dari upaya itu adalah mencoba memanusiakan Houthi.
Disiksa
”Mereka menggantung saya di tembok, memukul saya. Ada banyak memar dan lecet di sekujur tubuh saya,” ujar Omeisy.
Penyiksaan itu dialami Omeisy selama pemeriksaan. Ia dituding sebagai mata-mata. Selama ditawan, ia ditempatkan dalam sel kecil tanpa penerangan dan toilet serta kerap tidak diberi makan.
”Mereka tidak memanusiakan,” ujar Omeisy seraya menyebut setidaknya 16 jurnalis lain ditawan di tempat yang sama dengan dia.
Ia juga mengkritik pilihan PBB untuk menghindari opsi militer di Yaman. Menurut dia, lebih baik segera mengambil alih seluruh wilayah dari Houthi daripada membiarkan konflik terus berlangsung.
”Masyarakat internasional, khususnya Arab Saudi, siap berperang sampai titik darah penghabisan,” kata Omeisy.
Konflik Yaman dinyatakan akan lebih buruk daripada perang saudara di Suriah. Omeisy khawatir perang saudara di Yaman akan berlangsung puluhan tahun.
”Proses yang digagas PBB banyak kelemahan. Butuh lebih dari niat baik. Perlu strategi kuat dan penerapan kuat,” katanya.
Di sisi lain, ia mendukung penyelidikan oleh Dewan HAM PBB di Yaman. Dalam penyelidikan itu, Dewan HAM PBB menyimpulkan seluruh pihak dalam konflik Yaman telah melakukan kejahatan perang. ”Penyelidiknya independen dan punya kredibilitas,” ujar Omeisy. (AFP)