JAKARTA, KOMPAS — Elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin unggul atas pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Namun, keunggulan tersebut dinilai masih belum aman karena waktu kampanye masih panjang, yakni tujuh bulan.
Berdasarkan survei dari Indikator Politik Indonesia yang dirilis pada Rabu (26/9/2018), pasangan Jokowi-Ma’ruf saat ini memiliki elektabilitas 57,7 persen, unggul atas pasangan Prabowo-Sandi yang memiliki elektabilitas 32,3 persen. Sementara 1 persen menjawab golput dan 9 persen lainnya memutuskan untuk tidak menjawab.
Dalam jawaban spontan, dukungan untuk Jokowi tercatat sebesar 46 persen dan Prabowo 22 persen. Pada jawaban spontan tersebut, baik dukungan untuk Jokowi maupun Prabowo mengalami peningkatan signifikan dan relatif berimbang. Pada survei Juli 2018, elektabilitas Jokowi pada pertanyaan spontan sebesar 40,6 persen, sedangkan Prabowo 13,9 persen.
Survei tersebut dilakukan pada 1-6 September 2018 dengan menggunakan metode multistage random sampling. Populasi survei berasal dari 1.220 responden yang dipilih secara acak dengan usia 17 tahun/lebih atau sudah menikah. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka. Margin of error rata-rata dari survei ini lebih kurang 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Meski demikian, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menilai, keunggulan tersebut masih belum aman bagi pasangan Jokowi-Ma’ruf karena waktu kampanye yang masih panjang, yakni tujuh bulan.
”Partai pendukung Pak Jokowi belum bisa bernapas lega karena angka 57 persen meskipun lebih tinggi, tetapi pemilu masih jauh, tujuh bulan lagi. Dengan selisih ini, belum masuk kategori sangat aman untuk pendukung Pak Jokowi,” ujar Burhan saat rilis survei di Jakarta, Rabu.
Di samping itu, Jokowi belum aman karena di antara warga yang sudah punya pilihan, sekitar 25 persen pilihannya masih besar atau sangat besar kemungkinan berubah. Adapun 74,3 persen lainnya menyatakan kecil dan sangat kecil kemungkinan mengubah pilihannya saat ini.
Citra personal
Selain itu, hasil survei mencatat, secara umum Jokowi memiliki citra personal yang jauh lebih positif dibandingkan Prabowo pada lima dari enam aspek. Kelima aspek keunggulan Jokowi ialah perhatian pada rakyat; jujur, bisa dipercaya, dan bersih dari korupsi; mampu mengatasi permasalahan bangsa; mampu memimpin Indonesia; dan religius atau taat beragama. Hanya pada citra tegas atau berwibawa Prabowo sedikit unggul atas Jokowi.
Menurut Burhan, faktor sebagai calon petahana membuat Jokowi lebih banyak unggul dalam citra personal dibandingkan Prabowo. Faktor yang juga membuat penilaian publik menurun terhadap citra personal Prabowo ini karena pasca-Pilpres 2014, mesin politik Prabowo tak lagi diaktifkan.
Adapun pada citra personal cawapres, Sandiaga mendapat citra lebih positif pada sejumlah aspek dibanding Ma’ruf. Citra tersebut antara lain perhatian pada rakyat, tegas dan berwibawa, mampu mengatasi permasalahan bangsa, serta mampu memimpin Indonesia.
Citra Ma’ruf lebih positif daripada Sandiaga pada aspek jujur, bisa dipercaya dan bersih dari korupsi, serta citra religius atau taat beragama.
”Publik tampak lebih optimistis terhadap Sandiaga dibandingkan Kiai Ma’ruf dalam konteks kesesuaian dengan kebutuhan bangsa ke depan. Ini terlihat dari citra personal Sandi yang secara umum lebih positif ketimbang Kiai Ma’ruf dan popularitas Sandi sedikit memiliki efek elektoral bagi Prabowo,” tutur Burhan.
Wakil Ketua Badan Pemenangan Prabowo-Sandi, Mardani Ali Sera, menanggapi positif hasil survei dan elektabilitas tersebut. Ia optimistis elektabilitas Prabowo-Sandiaga akan terus meningkat seiring dengan masa kampanye yang sedang berjalan.
Selain itu, citra personal dari Sandiaga yang unggul daripada Ma’ruf juga dinilai Mardani akan berdampak pada elektabilitas Prabowo.
”Euforia masyarakat pada Sandi luar biasa. Kami melihat, salah satu senjata rahasia Pak Prabowo adalah Sandiaga ke generasi milenial dan kaum emak-emak militan. Dua aspek inilah yang dapat meningkatkan elektabilitas,” lanjutnya.