Transportasi Penonton Difabel Disiapkan Jelang Asian Para Games 2018
JAKARTA, KOMPAS— PT Transjakarta dan Panitia Penyelenggara Asian Para Games 2018 (Inapgoc) menyiapkan fasilitas transportasi untuk penonton difabel menjelang penyelenggaraan Asian Para Games 2018. Selain tarif bus digratiskan, layanan shuttle di area Stadion Utama Gelora Bung Karno juga disiapkan.
Kepala Hubungan Masyarakat PT Transjakarta Wibowo mengatakan, layanan bus transjakarta akan digratiskan pada akhir pekan selama Asian Para Games 2018 berlangsung pada 6-13 Oktober 2018. Artinya, layanan gratis dapat dinikmati selama tiga hari, yaitu 6-7 Oktober serta 13 Oktober.
”Pak Gubernur (DKI Jakarta Anies Baswedan) sudah menyampaikan sendiri, bus transjakarta gratis saat weekend. Namun, tidak sebanyak saat Asian Games 2018 karena penyelenggaraan Asian Para Games lebih pendek, hanya satu minggu,” kata Wibowo, Selasa (25/9/2018).
Selama Asian Games 2018 pada 18 Agustus-2 September, penumpang dapat menikmati layanan gratis selama tujuh hari, yaitu 18, 19, 22, 25, dan 26 Agustus serta 1 dan 2 September. Hari raya Idul Adha jatuh pada Rabu, 22 Agustus, sehingga layanan digratiskan. Tidak ada tanggal merah selama perhelatan Asian Para Games 2018.
Wibowo memperkirakan, jumlah penumpang difabel akan meningkat selama Asian Para Games. PT Transjakarta telah siap dengan layanan Transjakarta Cares yang aktif sejak 2016. Untuk mengakses layanan ini, penyandang disabilitas dapat mendaftarkan diri melalui telepon sehari sebelumnya.
Permintaan akan layanan Transjakarta Cares yang terbatas di daerah DKI Jakarta dapat mencapai 200 klien per hari. Penumpang akan dijemput dengan mobil di rumah atau di lokasi yang diminta, kemudian diantar ke halte transjakarta terdekat. Sesampainya di halte tujuan, penumpang difabel akan dijemput dan diantarkan ke tempat tujuan.
”Penumpang difabel harus naik bus supaya bisa bersosialisasi dengan penumpang lain. Harapannya, kepercayaan diri mereka bisa meningkat dengan mengakses fasilitas publik. Bertepatan dengan Asian Para Games, harapannya teman-teman difabel juga menonton sehingga mereka terinspirasi oleh para atlet,” ujar Wibowo.
PT Transjakarta juga melakukan perbaikan halte. Halte Bank Indonesia dan Sarinah, misalnya, telah dilengkapi dengan ramp dan pelican crossing sehingga pengguna kursi roda tidak perlu naik ke jembatan penyeberangan untuk sampai ke halte.
Di samping itu, telah disediakan bus nonkoridor Metrotrans, seperti rute Bundaran Senayan-Harmoni, yang melewati area Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK). Pijakan bus ini rendah dan bisa dinaiki dengan mudah dari halte di area pejalan kaki.
Untuk layanan di Stadion Utama GBK, PT Transjakarta telah menyiapkan 10-15 bus low entry untuk melayani perpindahan para penonton. Namun, bus dengan tipe tersebut hanya dapat memuat maksimal dua kursi roda. Untuk mengatasi hal tersebut, Wakil Direktur Transportasi Inapgoc Tony Effendi mengatakan, pihaknya telah bekerja sama dengan Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia DPD DKI Jakarta.
”Teman-teman difabel DKI Jakarta akan menyediakan 35 sepeda motor roda tiga yang dapat mengangkut penonton berkursi roda ke berbagai venue di dalam GBK,” kata Tony.
Terdapat delapan cabang olahraga yang dipertandingkan di delapan arena berbeda di area Stadion Utama GBK. Tony mengatakan, tidak ada sukarelawan yang akan ditugaskan di dalam shuttle. Bus akan berhenti di halte-halte terdekat dengan arena tempat pertandingan yang ingin dituju penonton.
Perlu perhatian
Tony berharap para penyandang disabilitas beramai-ramai menonton Asian Para Games 2018. Dengan banyaknya penonton difabel, kepedulian pihak pemerintah ataupun swasta terhadap keberadaan penyandang disabilitas bisa meningkat, terutama terkait penyediaan infrastruktur.
”Transjakarta, misalnya, sudah berbuat banyak untuk teman-teman difabel. Tetapi, masalah utama untuk mereka bukan di alat transportasinya, melainkan tidak tersedianya fasilitas lain khusus difabel di halte. Semoga teman-teman difabel menjadi perhatian pemerintah dan swasta dalam membangun infrastruktur sehingga mereka nyaman beraktivitas di luar rumah,” papar Tony.
Pantauan Kompas, akses menuju arena Asian Para Games 2018 masih belum ramah difabel. Contohnya adalah akses menuju Balai Kartini, Jakarta Selatan, yang akan menjadi arena cabang olahraga goalball, dari Halte Kuningan Barat di Jalan Gatot Subroto. Penumpang harus melalui jembatan penyeberangan yang berada di Jalan HR Rasuna Said.
Jalur menuju jembatan penyeberangan berupa bidang miring dari besi dengan kemiringan lebih kurang 15 derajat. Jalur menanjak tersebut mencapai 150 meter. Untuk turun dari jembatan penyeberangan hanya tersedia tangga.
Trotoar menuju Balai Kartini pun tidak dapat dilalui pengguna kursi roda karena terhalang pohon dan tiang serta tidak dilengkapi bidang miring. Tactile paving untuk penyandang tunanetra juga sudah rusak seperti batu-batu paving lain. Para penyandang disabilitas juga harus berhadapan dengan gundukan pintu lintas bawah untuk kabel telepon.
Akses keluar dari Halte Velodrome, Jakarta Timur, yang berada di jalur hijau di Jalan Pemuda juga menggunakan jembatan penyeberangan. Namun, jalur menuju trotoar di sisi utara bukan berupa tangga, melainkan bidang miring yang tidak curam.
Adapun trotoar menuju Jakarta International Velodrome berada dalam kondisi layak dan dapat dilalui kursi roda. Tactile paving untuk penyandang tunanetra tersusun dengan rapi tanpa kerusakan.
Sementara itu, di tiga bus transjakarta yang dinaiki Kompas hanya ada satu ruang khusus di bagian tengah bus untuk kursi roda. Ruang tersebut menjadi satu dengan ruang khusus wanita.
Menurut Budi (24), petugas transjakarta Koridor 4A TU Gas-Grogol 2, bus transjakarta tipe high entry dapat menampung maksimal dua penumpang berkursi roda. Salah satu kursi roda harus ditempatkan di sebelah pintu bersama penumpang yang berdiri.
”Di koridor ini biasanya banyak penumpang dengan kursi roda, soalnya rutenya melewati RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo),” kata Budi. Dalam sehari, ia dapat membantu satu hingga dua penumpang berkursi roda. (KRISTIAN OKA PRASETYADI)