JAKARTA, KOMPAS—Forum Warga Betawi Se-Jabodetabek berencana menggelar rangkaian peringatan Peristiwa Rapat Ikada yang salah satu tujuannya menggalang dukungan lebih besar untuk pengusulan pemberian gelar pahlawan nasional bagi tokoh Betawi, Letnan Kolonel (Purnawirawan) Mochamad Moeffreni Moe’min. Namanya masih dalam kajian di seleksi tingkat nasional.
Peran Moeffreni vital bagi kesuksesan Rapat Raksasa Ikada tanggal 19 September 1945. Adapun Rapat Ikada di Lapangan Ikatan Atletik Djakarta (Ikada)—yang sekarang bagian dari Lapangan Monas di Jakarta Pusat—menjadi legitimasi bahwa Proklamasi Kemerdekaan RI merupakan kehendak rakyat Indonesia, karena diperkirakan dihadiri 250.000 orang, sedangkan proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 dihadiri 200-an orang yang kebanyakan tokoh elite sehingga dipandang tidak merepresentasikan seluruh rakyat.
Ketua tim pengusul gelar pahlawan nasional Moch Moeffreni Moe’min, Ahmad Syaropi, menunjukkan foto saat Moeffreni mendampingi Presiden Pertama RI Soekarno menuju podium di Lapangan Ikada. Moeffreni yang seorang tentara dan kala itu menjabat Ketua Badan Keamanan Rakyat Jakarta Raya sengaja tidak mengenakan seragam tetapi kemeja berjas agar dapat menyembunyikan senjata guna melindungi Bung Karno yang bakal berpidato.
“Yang saya terima datanya, beliau (Moeffreni) mengantongi empat geranat nanas dan dua pucuk senjata. Dia siap ledakkan kalau tentara Jepang macam-macam. Itu nilai heroiknya,” ucap Syaropi dalam jumpa media di Balai Kota, Jakarta, Jumat (14/9/2018). Rapat raksasa Ikada menjadi peristiwa penting dalam sejarah RI bukan hanya karena dihadiri ratusan ribu orang, melainkan juga terlaksana di bawah ancaman senjata dan tank tentara Jepang. Nyawa rakyat yang hadir, serta Bung Karno, senantiasa terancam.
Syaropi mengatakan, pihaknya sudah dua tahun meriset untuk meyakinkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pemerintah pusat bahwa Moeffreni layak ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Keluarga Moeffreni pun menyatakan menyetujui pencalonannya. “Bola” sekarang berada di tangan tujuh anggota Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan yang diketuai (ex officio) Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.
Selain dalam Rapat Ikada, lanjut Syaropi, Moeffreni juga punya jasa-jasa besar untuk mempertahankan kemerdekaan. Wakil Ketua DPRD DCI Jakarta Raya (sekarang DKI Jakarta) periode 1971-1977 tersebut memimpin perebutan senjata di tangsi militer Jepang serta menduduki gedung jawatan publik untuk dijadikan milik republik, sebagai tindak lanjut proklamasi kemerdekaan.
Moeffreni juga memimpin Perang Front Timur Jakarta (Cakung-Bekasi-Karawang) untuk mempertahankan demarkasi wilayah RI dari serbuan pasukan Belanda, Nederlandsch Indië Civil Administratie (NICA). Saat Perundingan Linggarjati, ia yang saat itu Komandan Tentara RI (TRI) Resimen XII Cirebon bertugas mengamankan jalan yang dilintasi delegasi Belanda dari Pelabuhan Cirebon hingga gedung perundingan, dengan jarak sekitar 30 kilometer. Itu agar keselamatan delegasi terjaga.
Reka ulang
Pemerhati sejarah JJ Rizal menuturkan, peringatan Rapat Ikada yang diinisiasi Forum Warga Betawi Se-Jabodetabek bakal dimulai dengan reka ulang peristiwa Rapat Ikada, pada Minggu (14/9/2018) pukul 14.00-17.00 di Lapangan Monas. Sebanyak 76 organisasi silat Betawi sudah mengkonfirmasi kehadiran. “Yang menarik, pesilat yang mendapat emas di Asian Games akan ikut ambil bagian dalam rekonstruksi sejarah peristiwa Ikada,” ujarnya.
Setelah itu, panitia mengadakan diskusi di Balai Kota DKI dengan topik “Rapat Ikada dan Orang Betawi” hari Rabu (19/9/2018), serta dengan topik “Pahlawan Nasional dan Orang Betawi: Peran Sejarah Moeffreni Moe’min di Rapat Ikada” pada Kamis (20/9/2018).
Pameran foto langka terkait Rapat Ikada juga akan dihelat pada Rabu-Kamis di Balai Kota. Rizal mengatakan, sebanyak enam foto yang baru saja diperoleh dari Arsip Nasional RI akan dicetak dalam ukuran raksasa.