Bom Air Sindoro Mulai Hari Ini
TEMANGGUNG, KOMPAS - Mundur sehari dari jadwal, bom air untuk memadamkan kebakaran di kawasan hutan di Gunung Sindoro dan Sumbing, Jawa Tengah direncanakan berlangsung dua hari, dimulai Jumat (14/9/2018). Bersamaan itu, ratusan personel di darat masih dikerahkan memantau dan memastikan seluruh titik api tuntas dipadamkan.
“Dengan pemadaman dari atas langsung ke titik-titik api, kami memprediksi satu hari cukup menuntaskan kebakaran di Gunung Sindoro. Satu hari lainnya cukup untuk memadamkan api di Gunung Sumbing,” kata Penjabat Bupati Temanggung, Sudaryanto, Kamis (13/8).
Pemadaman kebakaran menggunakan satu helikopter Bronco 105 milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Satu kali angkut, helikopter mampu membawa 500 liter air. Helikopter beserta tim baru mendarat di Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, Kamis sore. Jadwal pemadaman mundur, karena tim pemadaman butuh waktu mengecek lokasi pengambilan air.
Di sekitar lokasi kebakaran, sama sekali tidak ada sumber air.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Temanggung sebelumnya telah memilih dua lokasi pengambilan air. Namun, usai pembahasan, suplai air akan diambil dari obyek wisata Telaga Menjer di Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo, sekitar 30 kilometer dari basecamp pendakian Gunung Sindoro di Kledung, Temanggung.
Sudaryanto mengatakan, opsi pemadaman dengan bom air ini dipilih karena upaya pemadaman manual dengan sistem gepyok tak mungkin lagi. Sistem gepyok memukul-mukulkan ikatan ranting atau ilalang ke kobaran api. Cara ini tak bisa dilakukan di titik-titik api, mulai pucuk batang tegakan pohon hingga ke jurang-jurang dalam.
Siraman air dari udara jadi satu-satunya cara, karena tak bisa menyiram dari darat. "Di sekitar lokasi kebakaran, sama sekali tidak ada sumber air,” ujarnya.
Pelaksana tugas Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Temanggung, Gito Walngadi, mengatakan, kebakaran di kawasan hutan di Gunung Sindoro sempat padam Rabu (12/9) malam, sekitar pukul 18.50. Namun, Kamis siang, sekitar pukul 11.00, dua titik api terlihat kembali berkobar di petak sama. Di hutan di Sumbing ada lima titik api.
Total luas areal hutan di Gunung Sindoro yang terbakar sejak Jumat (7/9/), hingga Kamis ini , terdata 385,6 hektar. Adapun, total luas areal terbakar di Gunung Sumbing mencapai 393,4 hektar.
Kebakaran Lawu
Di Magetan, Jawa Timur, kebakaran di kawasan hutan di lereng Gunung Lawu dikendalikan. Namun, potensi muncul kembali kobaran api terus diwaspadai karena cuaca panas dan kering.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Magetan Fery Yoga Saputra mengatakan, kendati kebakaran hutan teratasi, jalur pendakian ke puncak Gunung Lawu dari pintu Cemoro Kandang masih ditutup. Data terkini, sekitar 20 pendaki belum turun.
“Langkah itu bagian kehati-hatian dan mengantisipasi kebakaran lagi, karena saat ini masih musim kemarau,” ujar Fery.
Api membakar hamparan semak atau savana di lereng Lawu di wilayah hutan Jogorogo, Kabupaten Ngawi, sejak akhir Agustus lalu. Dua pekan, api menghanguskan enam petak kawasan hutan dengan luas hamparan lebih dari 70 hektar.
Menurut Kepala Departemen Perlindungan Hutan Perum Perhutani Divre Jatim Arif Herlambang, potensi kebakaran hutan selama kemarau ini sangat tinggi. Lebih tinggi dibandingkan kemarau tahun sebelumnya.
Sebagai gambaran, saat ini luas kawasan hutan Perhutani yang terbakar di wilayah Jatim telah mencapai 200 hektar lebih.
“Tahun lalu luas kawasan hutan yang terbakar hanya sekitar 50-70 hektar. Sekarang sudah tiga kali lipatnya. Adapun daerah yang rawan terbakar adalah kawasan hutan di lereng gunung yang vegetasinya berupa savana,” kata Arif.
Data Perhutani Jatim, ada sembilan gunung yang kawasan hutannya rawan terbakar karena hampir setiap tahun terjadi kebakaran yakni Lawu, Kelud, Wilis, Arjuno, Botak, Panderman, Kawi, Raung dan Ijeng. Pihaknya telah membentuk satuan koordinator pelaksana (Satkorlak) bencana kebakaran hutan di setiap Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH).
Satkorlak ini melibatkan polisi hutan, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), dibantu aparat kepolisian dan TNI setempat serta BPBD di masing-masing kabupaten. Selain itu, Perhutani menggalakkan kegiatan patroli hutan untuk mendeteksi potensi kebakaran agar bisa ditangani sejak dini.
Arif menambahkan kebakaran hutan harus ditangani dengan serius agar tidak sampai menyebabkan bencana yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Mitigasi menjadi kunci sebab untuk mengatasi kebakaran hutan masih banyak menghadapi kendala di lapangan. Mulai medan terjal yang sulit dijangkau, angin kencang, peralatan yan terbatas dan ketiadaan sumber air.
Berdasarkan catatan Perhutani Jatim kebakaran hutan selama musim kemarau ini telah mengakibatkan dua warga masyarakat meninggal dunia. Korban bernama Wagimin (76) warga Desa Ngendut, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo. Dia meninggal dunia akibat luka bakar parah yang diderita. Korban terkepung api saat mencari rumput di kawasan hutan Gunung Pegat yang terbakar pertengahan Agustus lalu.
Selang satu pekan kemudian, Yatinem (52) ditemukan tewas terbakar di kawasan hutan pinus Resor Pemangkuan Hutan Sooko BKPH Wilis Selatan. Warga Desa Ngadirojo, Kecamatan Sooko, Ponorogo itu membersihkan ladang dan mengumpulkan serasahnya untuk dibakar. Naas, angin bertiup kencang menyebabkan api merambat ke hutan pinus yang berbatasan dengan ladangnya.
“Korban panik dan berupaya memadamkan kobaran api dengan memukulkan ranting basah. Namun api yang telah membesar justru membakarnya hingga meninggal dunia,” ucap Arif.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo Setyo Budiono mengatakan, potensi kebakaran hutan di wilayahnya tinggi terutama yang berada di lereng Gunung Wilis. Oleh karena itu, pihaknya telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar mewaspadai kebakaran hutan di sekitar permukiman mereka.
Dia juga mengimbau agar warga tidak melakukan kegiatan yang menyebabkan kebakaran hutan seperti membersihkan ladang dengan cara dibakar dan mencari madu hutan dengan cara membuat perapian untuk mengusir lebah.
Masyarakat juga senantiasa diingatkan agar tidak lupa mematikan api unggun, serta membuang puntung rokok yang masih menyala di sembarang tempat karena baranya bisa memicu kebakaran.