Boyolali, Kompas — Masyarakat lereng Gunung Merapi di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, kembali menggelar tradisi Sedekah Merapi untuk menyambut pergantian tahun baru Hijriah. Tradisi mengirim sesaji berupa potongan kepala kerbau hingga mendekati puncak Gunung Merapi tetap dilakukan meski gunung itu berstatus Waspada dan aktivitas pendakian belum diperbolehkan.
Masyarakat Desa Lencoh, Kecamatan Selo, tempat upacara tradisi itu berlangsung, memahami adanya larangan pendakian karena adanya penetapan status Waspada Merapi. ”Bagi masyarakat kami, meski keadaan bagaimanapun, baik masyarakat maupun pemerintah desa harus melaksanakan kegiatan ini (Sedekah Merapi),” ujar Kepala Desa Lencoh Sumardi saat memimpin barisan pembawa sesaji di Desa Lencoh, Senin (10/9/2018).
Sesaji dari warga untuk Merapi diantar ke kawasan Pasar Bubrah yang menjadi salah satu titik pos pendapat gunung tersebut. Warga yang mengantar sesaji ke pos itu pada tahun ini dibatasi hanya dua orang.
Sebelum mengirim sesaji ke Pasar Bubrah, belasan warga dengan pakaian tradisional Jawa berwarna hitam berjalan dalam kegelapan malam sekitar pukul 21.15 dengan diterangi cahaya api obor dengan memanggul sejumlah sesaji. Kepala kerbau sebagai sesaji utama diletakkan pada barisan paling depan.
Sesampainya di bangunan pendapa, sesaji-sesaji itu ditata pada meja. Sejumlah penari pun menyambut kedatangan sesaji tersebut dengan tari Gambyong Pareanom.
Menurut Camat Selo Jarot Purnama, tradisi Sedekah Merapi dimaksudkan memohon keselamatan serta berkah bagi warga. Tradisi itu juga menjadi upaya menjaga harmoni antara masyarakat lereng Merapi dan alam sekitarnya.
[caption id="attachment_8081426" align="alignnone" width="720"] Warga menonton prosesi tradisi Sedekah Merapi di Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Senin (10/9/2018) malam. Tradisi itu digelar setiap tahun untuk menyambut tahun baru Hijriah.[/caption]