Kreativitas Istri Prajurit TNI Jaga Kebudayaan Bangsa
Oleh
Satrio Pangarso Wisanggeni
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perkumpulan istri anggota TNI atau Dharma Pertiwi meyakini, pengembangan ekonomi kreatif merupakan sebuah cara yang tepat untuk memberdayakan perempuan. Cara ini memungkinkan peningkatan kesejahteraan keluarga, sekaligus melestarikan berbagai bentuk kebudayaan Indonesia.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto pada Sabtu (8/9/2018) di Jakarta mengatakan, pengembangan ekonomi kreatif diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga, sekaligus melestarikan kebudayaan Indonesia.
”Saya berharap, upaya pengembangan budaya bangsa ini akan menjaga kearifan lokal agar tidak tergerus arus globalisasi dunia,” ujar Hadi saat menutup acara Gebyar Karya Pertiwi dan Military Attache Spouses Culture 2018 di Balai Sudirman, Jakarta Selatan.
Gebyar Karya Pertiwi dan Military Attache Spouses Culture 2018 menampilkan berbagai usaha mikro, kecil, dan menengah yang dikelola anggota Dharma Pertiwi, baik dari unsur Persit Kartika Chandra Kirana yang beranggotakan istri prajurit TNI AD, Jalasenastri, yakni istri prajurit TNI AL, Pia Ardhya Garini yang beranggotakan istri prajurit TNI AU, maupun IKKT Pragati Wira Anggini yang mencakup istri prajurit TNI di Mabes TNI.
Dalam kesempatan ini, Dharma Pertiwi juga melucurkan situs etalase penjualan produk UKM anggota Dharma Pertiwi dengan nama ”Nayaka”. Nayaka dapat diakses dengan alamat nayakapertiwi.com.
Ketua Umum Dharma Pertiwi Nanik Hadi Tjahjanto mengatakan, dengan adanya situs nayakapertiwi.com, usaha yang dikelola para istri anggota TNI itu dapat semakin berkembang bersamaan dengan pemasaran yang semakin meluas.
Situs Nayaka memungkinkan masyarakat untuk membeli berbagai produk hasil berbagai UKM milik anggota Dharma Pertiwi secara daring (online).
Ketua Panitia Gebyar Karya Pertiwi dan Military Attache Spouses Culture 2018 Brigadir Jenderal Darwin Haroen mengatakan, transaksi yang terjadi selama tiga hari penyelenggaraan acara tersebut senilai Rp 7,4 miliar.
Dengan diselenggarakannya acara ini, pemasaran produk UKM anggota Dharma Pertiwi di daerah dapat lebih dikenal di tingkat nasional. Hal ini disampaikan anggota Dharma Pertiwi Daerah Bali, Anita Yuni. Ia menyebutkan, produk mereka dapat dikenal ke luar daerah.
”Dulu, pelanggan UKM kami, ya, sesama anggota (Dharma Pertiwi) sebelum terbantu dengan penjualan online. Akan tetapi, kini, dengan dikumpulkan di satu lokasi yang sama seperti ini, masyarakat lebih mengerti keanekaragaman dari hasil UKM para anggota Dharma Pertiwi,” tutur Anita.
Dalam pameran ini, Dharma Pertiwi Bali membawa berbagai hasil kerajinan tangan khas Bali, antara lain kain songket Bali dan kain bordir.
Ketua Dharma Pertiwi Aceh Cut Soraya Teguh Arief mengatakan, acara ini juga menjadi wadah bagi masyarakat Indonesia untuk mengenal budaya negara-negara asing yang diundang.
”Tidak hanya kebudayaan nasional kita, tetapi juga kebudayaan negara-negara lain. Kita bisa memperkenalkan budaya Indonesia dan kita bisa mengenal budaya mereka,” ucap Cut Soraya.
Booth Dharma Pertiwi Aceh berada berseberangan dengan booth dari Meksiko.
Militer asing
Selain menampilkan berbagai produk hasil UKM anggota Dharma Pertiwi, acara ini juga mengundang atase militer dari 17 negara untuk lebih mengenal kebudayaan Indonesia yang beragam. Negara-negara yang hadir antara lain Meksiko, Filipina, India, dan Rusia. Setiap negara menampilkan berbagai bentuk kebudayaan dari negara mereka di booth mereka.
Atase Militer Meksiko Jenderal Juan Osuna Gonzalez memuji penyelenggaraan acara ini. Dengan kehadiran pengurus Dharma Pertiwi dari sejumlah daerah, kebudayaan Indonesia dapat ditampilkan secara bersama-sama.
”Acara ini sangat bagus karena banyak pengunjung yang datang dan kebudayaan dari seluruh provinsi di Indonesia juga ditampilkan di sini. Saya juga mengapresiasi (Indonesia) karena telah mengundang banyak negara lain yang diwakilkan para atase militernya di sini,” ujar Osuna.
Ia juga mengapresiasi persiapan penyelenggaraan acara tersebut. Dua tahun lalu, lanjut Osuna, acara serupa pernah digelar, tetapi waktu yang diberikan untuk persiapan sangatlah singkat. Kini, ia mengungkapkan, pihaknya diberi waktu selama dua bulan untuk mempersiapkan stan kebudayaan Meksiko.
”Dengan adanya waktu ini, kami bisa mempersiapkan untuk membawa makanan khas, termasuk suvenir dan pakaian Meksiko, termasuk topi tradisional kami, yakni sombrero,” kata Osuna.