YOGYAKARTA, KOMPAS – Untuk mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan, Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta terus melakukan pengembangan infrastruktur dan fasilitas pendukung di berbagai destinasi wisata di provinsi itu. Tahun ini, upaya pengembangan difokuskan di 18 destinasi di empat kabupaten di DIY. Sebagian destinasi itu belum dikenal luas tetapi mempunyai potensi untuk mendatangkan banyak wisatawan.
“Tahun ini, ada 18 destinasi yang menjadi sasaran pengembangan. Ini merupakan upaya agar Yogyakarta semakin menarik untuk wisatawan,” kata Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Dinas Pariwisata DIY Aria Nugrahadi, Kamis (6/9/2018), di Yogyakarta.
Aria menjelaskan, 18 destinasi wisata yang menjadi sasaran pengembangan itu tersebar di empat kabupaten di DIY, yakni Sleman, Bantul, Gunung Kidul, dan Kulon Progo. Sebagian destinasi wisata yang dipilih itu merupakan destinasi yang mengalami kemajuan signifikan selama beberapa waktu terakhir, sementara sebagian lainnya adalah destinasi yang belum terlalu dikenal tapi potensial untuk dikembangkan.
“Kami menyasar destinasi yang ada peningkatan jumlah wisatawan cukup signifikan serta destinasi yang kami rasa akan menjadi daya tarik baru wisata,” ujar Aria.
Aria menuturkan, salah satu destinasi wisata yang menjadi sasaran pengembangan adalah Bukit Mojo di Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Bantul. Bukit Mojo dinilai potensial untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata alam, tetapi selama ini akses menuju ke sana terhambat oleh kondisi jalan yang belum memadai. Oleh karena itu, tahun ini, Dinas Pariwisata DIY membangun jalan akses menuju Bukit Mojo.
Berdasarkan data di situs Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Pemda DIY, pagu atau alokasi anggaran pembangunan jalan menuju Bukit Mojo itu mencapai Rp 2,3 miliar. “Jalan yang sebelumnya sempit dan masuk pemukiman, sekarang jalannya relatif lebar dan langsung menuju lokasi wisata. Harapannya, jalan baru menuju Bukit Mojo ini bisa dinikmati oleh wisatawan pada akhir tahun ini,” kata Aria.
Destinasi wisata lain yang menjadi sasaran pengembangan adalah Tebing Breksi di Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Sleman. Di destinasi itu, Dinas Pariwisata DIY mengembangkan daya tarik baru berupa camping ground (tempat berkemah) yang dinamai Watu Tapak. Dari lokasi itu, pengunjung bisa menikmati pemandangan empat candi di sekitarnya, yakni Candi Prambanan, Candi Ratu Boko, Candi Barong, dan Candi Banyunibo.
Berdasarkan data di situs LPSE Pemda DIY, Dinas Pariwisata DIY menganggarkan Rp 956 juta untuk membangun akses jalan dan fasilitas camping ground di Watu Tapak. “Mungkin dalam satu atau dua bulan ke depan sudah bisa dinikmati oleh wisatawan,” tutur Aria.
Dinas Pariwisata DIY juga berencana mengembangkan fasilitas pendukung di kawasan wisata Ngingrong di Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Gunung Kidul. Data di situs LPSE Pemda DIY menunjukkan, Dinas Pariwisata DIY menganggarkan Rp 1,4 miliar untuk penataan lanskap serta membangun sejumlah fasilitas, seperti toilet dan tempat wisata kuliner, di kawasan itu. Di tempat itu, akan dikembangkan pasar kuliner tradisional dan cendera mata serta camping ground.
Aria menuturkan, Dinas Pariwisata DIY juga mengembangkan Pantai Watu Lumbung di Desa Balong, Kecamatan Girisubo, Gunung Kidul. Dia menyebut, selama ini, akses menuju Pantai Watu Lumbung masih sulit karena jalan yang belum memadai. Oleh karena itu, Dinas Pariwisata DIY akan membuka akses jalan baru untuk memudahkan wisatawan menuju ke pantai di dekat Pantai Wediombo, Gunung Kidul, itu. Selain itu, masih ada sejumlah destinasi wisata lain yang akan dikembangkan Dinas Pariwisata DIY tahun ini.
Upaya pengembangan destinasi wisata itu disambut baik oleh kelompok masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan pariwisata. Purwo Harsono, Ketua Koperasi Notowono yang mengelola sejumlah destinasi wisata di wilayah Mangunan, Bantul, menyambut baik pembangunan jalan menuju Bukit Mojo. Menurut Purwo, pihaknya memang mengusulkan pembangunan jalan itu untuk memudahkan akses menuju ke Bukit Mojo sehingga kunjungan wisatawan bisa meningkat.
Purwo menambahkan, selama ini, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bukit Mojo relatif sedikit dibanding destinasi lain di Mangunan. “Padahal, masyarakat di sana sudah telanjur menggantungkan diri pada wisata sehingga mau tidak mau kita harus mendukung pengembangan wisata di sana,” tuturnya.