JAKARTA, KOMPAS - Bakal calon wakil presiden KH Ma’ruf Amin mengajak seluruh masyarakat mewujudkan Pemilihan Presiden 2019 yang damai dan menghindari konflik. Untuk itu, Ma’ruf akan berkonsolidasi dengan Muhammadiyah untuk mengembangkan gerakan kultural dalam menciptakan pemilu damai dan aman. Gerakan kultural sebelumnya juga dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia yang dipimpinnya.
Hal itu diungkapkan pendamping bakal calon presiden Joko Widodo tersebut saat berkunjung ke Kantor Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di Jakarta, Rabu (5/9/2018) malam. Dalam kunjungan itu, Ma’ruf disambut Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir di ruang pertemuan. Keduanya menggelar pertemuan tertutup selama 1,5 jam.
Menurut Ma’ruf, Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 merupakan pesta demokrasi. Oleh karena itu, ia juga mengingatkan seluruh masyarakat agar dapat menghindari konflik yang terkait dengan perbedaan pandangan dan pilihan.
”Pilpres jangan sampai menjadi ajang permusuhan dan konflik. Semua yang berkontestasi dapat mengemukakan hal-hal yang sejuk, bersahabat, untuk menjaga kedamaian. Saya ingin menyampaikan bahwa kita harus utuh satu, tidak ada konflik-konflik ideologis lagi,” ujarnya.
Ditanya soal hasil pertemuannya bersama Haedar, Ma’ruf mengungkapkan soal apa saja yang akan dilakukannya jika terpilih bersama Jokowi yang akan menjabat kedua kalinya sebagai Presiden RI.
”Tugas-tugas yang selama ini kami lakukan di Majelis Ulama (MUI) adalah melalui gerakan-gerakan kultural, yang akan diperbesar cakupannya demi kebaikan dan kesejahteraan bangsa dan negara. Dengan demikian, tidak lagi mencerminkan keumatan, tetapi kebangsaan dan kenegaraan,” papar Ma’ruf.
Tentang ekonomi kerakyatan, ia berjanji akan membangunnya sesuai dengan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan menghilangkan adanya kesenjangan. ”Kesenjangan yang dimaksud mencakup kesenjangan antarmasyarakat, antardaerah, dan antarproduk sehingga masyarakat dapat lebih sejahtera,” lanjutnya.
Sebelumnya, Ma’ruf menyatakan, agenda utamanya adalah silaturahmi. ”Jadi, saya ingin memberitahukan kepada Muhammadiyah penunjukan saya sebagai cawapres sekalian minta doa dan restu,” ujarnya.
Satukan bangsa
Haedar berharap semangat dan pengalaman Ma’ruf dalam keumatan ataupun kebangsaan bisa menyatukan bangsa Indonesia. ”Saya mendukung apa yang disampaikan KH Ma’ruf supaya jangan sampai terjadi kerusakan ukhuwah,” katanya.
Haedar menambahkan, perbedaan pandangan politik dan pilihan tidak seharusnya menjadikan bangsa Indonesia terpecah belah dan saling bermusuhan. ”Saya juga sering menyuarakan, jangan ada kekerasan dalam perbedaan politik,” kata Haedar.
Karakter bangsa, lanjutnya, merupakan hal yang penting untuk dibangun dengan berbasis agama dan Pancasila untuk memajukan bangsa. ”Saya harapkan juga perjuangan struktural KH Ma’ruf bisa menjadikan bangsa ini bangsa yang religius dan berkemajuan,” ujarnya.
Menurut Haedar, saat membahas ekonomi kerakyatan ada titik temu. ”Sejak dulu Muhammadiyah sering membicarakan soal kesenjangan sosial. KH Ma’ruf juga membawa semangat ekonomi Indonesia. Titik temunya adalah arus baru berkeadilan sosial,” katanya. (Fajar Ramadhan)