MH Thamrin Ramah bagi Pejalan Kaki dan Penyandang Disabilitas
Oleh
Irene Sarwindaningrum
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jalan MH Thamrin dicanangkan menjadi proyek percontohan kawasan ramah bagi pejalan kaki dan warga dengan disabilitas. Melengkapi trotoar yang sudah diperlebar, pelican crossing (penyeberangan swakendali) akan dibangun di persimpangan-persimpangan dan halte transjakarta di ruas jalan ini.
Penyeberangan swakendali yang tersambung dengan halte transjakarta Bank Indonesia diresmikan penggunaannya bertepatan dengan Hari Pelanggan Nasional, Selasa (4/9/2018). Fasilitas ini membuat pejalan kaki tak perlu naik jembatan penyeberangan orang (JPO) yang tinggi dan panjang untuk masuk ke halte transjakarta. Sejumlah pelanggan bus transjakarta berkursi roda pun dengan mudah naik ke halte itu.
Penyeberangan swakendali merupakan fasilitas menyeberang dengan menggunakan lampu lalu lintas.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, pembangunan fasilitas ini untuk memastikan Jakarta semakin ramah untuk semua warganya, baik yang menyandang disabilitas, orang tua, ibu yang mengandung, maupun warga lainnya.
”Terobosan ini akan kami lakukan dan akan kami perbanyak. Saya sudah sampaikan kepada pimpinan Transjakarta (PT Transportasi Jakarta) bahwa fasilitas umum kita setahap demi setahap harus bisa memfasilitasi semua warganya,” katanya.
Menurut Anies, Jalan MH Thamrin menjadi proyek percontohan.
Di jalan ini terdapat empat persimpangan, yaitu persimpangan Hotel Indonesia (HI), Kebon Sirih, Sarinah, dan Wahid Hasyim. Keempatnya menjadi proyek awal untuk dilengkapi pelican crossing.
”Itu empat (persimpangan) yang patut kita jadikan sebagai proyek awal di sini, yang harus kita review cara mengelolanya,” katanya.
Fasilitas pejalan kaki sudah diterapkan menuju halte transjakarta Sarinah. Penyeberangan swakendali juga dibuat sekitar 100 meter dari Bundaran HI sejak akhir Juli.
JPO yang ada, kata Anies, tak langsung dirobohkan karena JPO merupakan aset yang membutuhkan proses administrasi panjang untuk mengubahnya.
Menurut Anies, adanya pelican crossing juga bertujuan agar semua warga menghormati pejalan kaki. Sebab, berjalan kaki adalah prioritas sehingga pejalan kaki harus diutamakan. Karena itu, pengendara harus memperhatikan marka jalan saat ada pejalan kaki menyeberang.
Direktur Utama Transjakarta Budi Kaliwono mengatakan, pihaknya tengah mengevaluasi halte-halte yang bisa dilengkapi penyeberangan swakendali. Selain Koridor 1, kawasan lain yang tengah dikaji adalah Koridor 6 yang juga mempunyai beberapa persimpangan.
”Jadi, intinya, saat di persimpangan ada lampu merah, ada jeda, kami bisa bikin pelican crossing,” katanya.
Untuk membuat penyeberangan tersebut, kata Budi, dibutuhkan juga trotoar yang lebarnya memenuhi syarat kelayakan. Lebar trotoar yang memenuhi syarat layak ini idealnya tiga meter. Adapun trotoar yang lebarnya dua meter sedang dalam kajian.
Anggota Masyarakat Transportasi Indonesia Andi Rahmah mengatakan, Jalan MH Thamrin sangat ideal menjadi proyek awal kawasan ramah bagi pejalan kaki karena sudah dilengkapi dengan moda transportasi umum massal yang memadai. (Insan Alfajri)