Kontingen Garuda Duta Bangsa
Jakarta, Kompas - Kontingen Garuda yang bertugas sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB adalah duta bangsa. Bukan hanya melalui perannya dalam menjaga perdamaian, tetapi kemampuannya berinteraksi dan berkontribusi dalam kehidupan masyarakat setempat menghasilkan kepercayaan dunia pada Indonesia.
Indonesia ikut serta menjadi bagian penjaga perdamaian bersama pasukan PBB sejak 1957. Saat itu, Kontingen Garuda atau disebut Konga bertugas menjaga perbatasan Israel dan Mesir bersama pasukan PBB. Sejak 1957, sudah lebih dari 38.000 personil pasukan perdamaian dikirim Indonesia. Karenanya, Indonesia adalah satu di antara sepuluh besar negara pengirim pasukan PBB.
Tahun 2018 ini, direncanakan 4.000 personil yang akan bertugas sebagai pasukan perdamaian. Presiden Joko Widodo melepas keberangkatan Satuan Tugas (Satgas) RDB Kontingen Garuda XXXIX-A Kongo dan Satgas MTF Kontingen Garuda XXVIII-K Lebanon di Lapangan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI, Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (31/8/2018). Dengan dua Satgas ini, sudah lebih dari 3.500 prajurit dikirim bergabung dengan pasukan PBB.
Satgas RDB (Rapidly Deployable Battalion) akan terdiri atas 850 personil yang bergabung dalam misi PBB untuk perdamaian di Republik Demokratik Kongo (Monusco). Pasukan yang dipimpin Kolonel Inf Dwi Sasongko ini semacam pasukan gerak cepat yang tak hanya menjaga mobilitas pekerja PBB dan mengawasi pelucutan senjata, tetapi juga membantu mengawasi pelaksanaan pemilu Kongo yang berlangsung November mendatang.
Adapun Satgas MTF (Maritime Task Force) terdiri atas 120 personil yang akan bertugas di perairan Lebanon. Pasukan akan berangkat menggunakan KRI Hasanuddin-366 yang dikomandani Letnan Kolonel Laut (P) Cecep Hidayat. Satgas ini menggantikan pasukan yang berada di KRI Usman Harun-359 dan sudah bertugas satu tahun.
Presiden Joko Widodo, dalam sambutannya, kemarin, menyatakan Indonesia sangat bangga melepas Kontingen Garuda untuk mengisi perdamaian di Republik Demokratik Kongo dan Lebanon. “Hari ini indonesia bangga, bangga turut menjaga perdamaian dan ketertiban dunia, itu adalah amanat konstitusi kita. Sebagai wujud kontribusi Indonesia untuk dunia, sekaligus kita ingin mengharumkan nama baik bangsa dan negara,” tutur Presiden.
Hadir pula dalam acara ini, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan Penjabat Gubernur Jawa Barat M Iriawan.
Selama ini, kontingen Indonesia selalu diterima oleh PBB maupun masyarakat setempat. Sebab, setiap personil Konga umumnya bisa berbaur baik dengan masyarakat setempat. Kepercayaan dunia pada Indonesia pun semakin besar yang kini membawa Indonesia sebagai salah satu anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Oleh karenanya, Presiden berpesan supaya semua prajurit Konga untuk menjaga nama baik bangsa, mematuhi aturan setempat, selalu mengikuti prosedur berlaku, dan menghormati budaya setempat. Menjaga sikap dan perilaku menjadi penting saat bertemu rakyat setempat dan pasukan PBB lainnya. Disiplin, dedikasi, loyalitas, dan profesionalisme juga akan membedakan pasukan Konga.
Hal yang juga membanggakan dalam kontingen ini, menurut Presiden Joko Widodo, adalah alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang dibawa kedua Satgas ini adalah alat-alat buatan anak bangsa. “Ini etalase produk strategis Indonesia,” katanya.
Alutsista yang dibawa antara lain Anoa dan Komodo. Selain itu, senjata organik yang dibawa setiap prajurit adalah senapan serbu SS-2. Anoa adalah kendaraan militer lapis baja yang bisa digunakan untuk mengangkut personil berukuran medium. Adapun Komodo adalah kendaraan taktis yang bisa digunakan sebagai pengintai di medan berat. Ketiga alutsista ini adalah buatan PT Pindad.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, prajurit umumnya sangat senang ditugaskan dalam misi PBB. Sebab, tidak semua prajurit TNI bisa mendapatkan kesempatan menjadi penjaga perdamaian. Setidaknya, ada beberapa kriteria terkait kesehatan, psikologi, dan kemampuan berbahasa Inggris yang menentukan prajurit untuk menjadi bagian dari pasukan Konga. Selain itu, mereka harus memiliki kemampuan teknis radio, mengemudi, kemampuan diplomasi, negosiasi, komunikasi sosial.
Komandan Satgas RDB Kongo Kolonel Inf Dwi Sasongko menambahkan, pembekalan selama delapan bulan juga mempersiapkan setiap prajurit untuk memahami cara memperlakukan anak, dewasa, dan perempuan pengungsi serta netralitas dalam bertugas di Pemilu Kongo. Pemahaman atas berbagai aturan internasional seperti Hukum Humanitarian, Hak Azasi Manusia, serta hak anak dan perempuan. Untuk itu, di antara pasukannya, terdapat pula 23 personil perempuan TNI.
Dengan kesiapan ini, Presiden mengharap semua prajurit bertugas dengan terus menjaga keindonesiaan dalam setiap langkah, nafas, tindak-tanduk, senyum, kehangatan, dan ketegasan. “Saudara-saudara adalah Garuda yang terbang dengan kepala tegak dan pulang dengan kecintaan yang lebih untuk negara kita, Indonesia,” tutur Presiden.