Perayaan Kemerdekaan dan Nasionalisme
Perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia tidak hanya menjadi acara rutin setiap tahun. Selain memperkuat rasa cinta kepada Tanah Air, perayaan itu juga menjaga harapan bersama sebagai bangsa.
Perayaan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia tidak hanya menjadi agenda tahunan dan seremoni. Perayaan ini juga menjadi media memupuk dan memperkuat semangat nasionalisme.
Kesimpulan ini terekam dari hasil jajak pendapat Kompas pekan lalu. Hampir semua responden (99,2 persen) menyatakan, perayaan hari kemerdekaan dapat menumbuhkan dan memupuk rasa cinta kepada Tanah Air. Rasa cinta ini dibarengi dengan kebanggaan karena menjadi bagian dari bangsa Indonesia.
Boleh jadi rasa bangga itu pula yang tebersit dari sosok Yohanes Gama Marschal Lau, siswa kelas VII SMPN Silawan, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, yang berinisiatif memanjat tiang bendera karena tali bendera tersangkut di pucuk tiang. Aksinya viral di media sosial dan disambut apresiasi publik. Yohanes tidak saja menyelamatkan upacara bendera yang digelar di lapangan Pantai Motaain, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, itu, tetapi juga membuktikan kuatnya rasa cinta terhadap Tanah Air.
Kuatnya rasa cinta itu juga terbaca dalam jajak pendapat ini. Mayoritas responden mengaku setiap terlibat dalam acara perayaan hari kemerdekaan, mereka tak melupakan makna kemerdekaan itu sendiri. Lima dari 10 responden memaknai hari kemerdekaan sebagai momentum untuk mengingat jasa para pahlawan. Sementara sekitar 75 persen responden dari kelompok berpendidikan atas memaknai hari kemerdekaan sebagai waktu untuk menumbuhkan semangat patriotisme. Sebuah semangat yang tecermin dalam sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara.
Kuatnya rasa cinta itu juga terbaca dalam jajak pendapat ini. Mayoritas responden mengaku setiap terlibat dalam acara perayaan hari kemerdekaan, mereka tak melupakan makna kemerdekaan itu sendiri.
Kelompok responden lain memaknai hari kemerdekaan sebagai momentum untuk meningkatkan rasa persatuan. Sebagai negara yang kaya suku dan etnis, persatuan menjadi hal penting.
Sebanyak 75,2 persen responden menilai keragaman suku dan budaya yang dibalut dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika sebagai faktor utama kebanggaan sebagai warga negara. Kebanggaan sebagai bagian masyarakat Indonesia juga lahir dari rasa bangga terhadap potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia.
Perayaan
Kebanggaan terhadap Tanah Air dan menjadi bagian dari bangsa Indonesia ini kerap menjadi pendorong untuk terlibat dalam perayaan hari kemerdekaan Indonesia. Ini membuat perayaan hari kemerdekaan selalu disambut antusias dan diisi dengan berbagai kegiatan.
Perayaan peringatan hari kemerdekaan juga menjadi kekayaan tradisi dan berkah tersendiri bagi modal sosial bangsa. Selain menggelar sejumlah lomba, seperti panjat pinang, tarik tambang, dan balap karung, sejumlah daerah juga punya tradisi tersendiri saat peringatan hari kemerdekaan. Tradisi itu, misalnya, perlombaan gebuk bantal di Kelurahan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali.
Peringatan hari kemerdekaan Indonesia juga dirayakan dengan sejumlah festival. Sebut saja festival kesenian di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Pada kegiatan ini, 325 penari membawakan tarian rerere di atas lautan pasir Gunung Bromo. Penampilan tarian khas Probolinggo ini juga diikuti dengan pengibaran ratusan bendera Merah Putih.
Jajak pendapat Kompas menunjukkan, salah satu wujud perayaan hari kemerdekaan yang menjadi pilihan utama responden adalah perlombaan. Sembilan dari 10 responden mengungkapkan, lomba menjadi kegiatan yang perlu dilakukan dalam perayaan hari kemerdekaan Indonesia. Selain memperkuat nasionalisme, lomba juga memperkuat jalinan sosial dan persatuan sesama anak bangsa.
Harapan
Selain rasa cinta dan kebanggaan, perayaan hari kemerdekaan juga menumbuhkan sejumlah harapan. Hampir 40 persen responden berharap Indonesia dapat terbebas dari berbagai konflik, salah satunya konflik berlatar belakang suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Pasalnya, konflik ini dikhawatirkan dapat memecah belah bangsa Indonesia.
Harapan ini tak lepas dari kekhawatiran banyak pihak terkait potensi konflik yang terjadi, terutama terkait Pemilu 2019. Apalagi data Badan Pusat Statistik menyebutkan adanya peningkatan daerah konflik di Indonesia. Berdasarkan publikasi Statistik Kriminal 2017, jumlah desa atau kelurahan yang mengalami konflik massal terus meningkat. Konflik massal ini berupa perkelahian secara massal yang terjadi dalam satu wilayah desa atau kelurahan. Jenis konflik bisa melibatkan antarkelompok warga di satu desa/kelurahan, antardesa/kelurahan, antarsuku, antarpelajar, sampai antara warga dan aparat keamanan/pemerintah.
Pada 2008, konflik massal terjadi di 2.283 desa/kelurahan di Indonesia. Jumlah ini meningkat menjadi 2.565 desa/kelurahan pada 2011 dan 2.779 desa/ kelurahan pada 2014. Selama enam tahun, jumlah desa yang mengalami konflik meningkat hingga 21,7 persen. Meski hampir semua konflik itu bisa diselesaikan secara damai, tak lantas bisa disepelekan. Ancaman konflik ini meningkatkan kesadaran publik terhadap urgensi rasa persatuan.
Pemaknaan yang dalam dan harapan tinggi terhadap perayaan hari kemerdekaan menjadikan peristiwa itu tak sekadar seremoni atau ritual. Di satu sisi, perayaan hari kemerdekaan menjadi jalan untuk memperkuat rasa cinta terhadap Tanah Air. Di sisi lain, perayaan kemerdekaan juga menumbuhkan harapan masih kuatnya rasa kebersamaan dan persatuan sebagai bangsa Indonesia.