Infrastruktur Warisan 1962 Kini Menjadi Andalan Utama
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·4 menit baca
Infrastruktur atau fasilitas yang dibangun untuk mendukung perhelatan akbar Asian Games 1962 di Jakarta hingga kini menjadi penopang utama aktivitas sehari-hari masyarakat Ibu Kota. Padahal, pada masa itu Indonesia masih dipandang sebelah mata oleh dunia internasional karena belum memiliki fasilitas yang memadai dan situasi politik yang masih tak menentu.
Peneliti sejarah dan penulis buku Asian Games 1962, Amin Rahayu, menjelaskan, setelah merdeka Pemerintah Indonesia beberapa kali ingin segera tampil dalam ajang internasional. ”Keinginan itu terus kandas karena Pemerintah Indonesia dianggap belum mampu menjamin kelancaran atas berlangsungnya Asian Games kedua,” kata Amin dalam bincang-bincang Pameran Asian Games di Museum Sejarah Jakarta, Minggu (19/8/2018).
Amin menceritakan, pada masa-masa awal setelah kemerdekaan, kondisi ekonomi, politik, dan keamanan di Indonesia dalam keadaan memprihatinkan. Berdasarkan penelitian, motivasi terbesar Indonesia ingin menjadi tuan rumah Asian Games ialah untuk mengangkat nama, harkat, dan martabat bangsa Indonesia di mata internasional.
Keinginan tersebut akhirnya tercapai pada Asian Games keempat pada 1962. Pemerintah Indonesia yang dipimpin Presiden Soekarno mempersiapkannya dengan matang.
Bahkan, semua jalan dan jembatan yang dibangun dalam rangka pelaksanaan Asian Games 1962 sampai sekarang masih ada. Itulah aset yang diwariskan Asian Games 58 tahun silam. Pembangunan sarana dan prasarana pendukung pesta olahraga terbesar Asia yang dilakukan oleh Soekarno masa itu telah menjadi infrastruktur utama yang mendukung aktivitas sehari-hari masyarakat kota Jakarta hingga saat ini.
Mereka membangun sarana dan prasarana gedung olahraga, sarana transportasi, gedung penginapan, tempat perbelanjaan modern, dan lain-lain dengan mencari dana dari luar negeri. Sebagai contoh, dana tersebut didapat dari komitmen penyelesaian pampasan perang dari Jepang dan pinjaman dana dari Uni Soviet.
Untuk menyiapkan Asian Games 1962, Soekarno membangun kompleks olahraga Gelora Bung Karno (GBK) di wilayah Senayan. Di kompleks ini juga dibangun gedung TVRI. Kompleks tersebut berada dalam satu jalur yang terhubung dengan pembangunan jalan sepanjang 10 kilometer dari bandara udara (Kemayoran) dan pelabuhan laut Tanjung Priok.
Pembangunan GBK sangat penting. Pada masa itu, Jakarta hanya memiliki lapangan Ikada yang memiliki daya tampung 15.000 penonton. Pembangunan GBK masuk dalam rencana pembangunan serangkaian monumen, seperti patung pembebasan Irian Barat, Patung Dirgantara, dan Monumen Nasional yang menjadi tonggak batas kota Jakarta.
Soekarno juga membangun Hotel Indonesia sebagai sarana hotel modern berstandar internasional. Di depan hotel tersebut terdapat Patung Selamat Datang untuk menyambut peserta Asian Games 1962 dan tamu yang datang ke Jakarta.
Sarana transportasi pun diperbaiki. Untuk membangun GBK, pemerintah membangun jalan Jakarta-Serpong melalui Ciputat dan Pamulang untuk mengambil bahan baku dari Sungai Cisadane di Serpong, Tangerang Selatan.
Jalan Sudirman yang menghubungkan kota Jakarta dan Kebayoran melalui kawasan Senayan diperlebar dan diperbagus. Dibangun pula jalan lingkar dari Jakarta Barat ke timur, yaitu dari Cawang ke Grogol melalui Slipi.
Pada persimpangan Jalan Jenderal Sudirman dan Cawang ke Grogol dibangun jembatan layang Semanggi. Soekarno memberi nama Semanggi karena bentuknya menyerupai daun Semanggi.
Asian Games 2018
Pendiri Komunitas Historia Indonesia Asep Kambali mengatakan, semangat Indonesia menyelenggarakan Asian Games 1962 sangat berpengaruh besar pada terselenggaranya Asian Games 2018. ”Ada relevansi sejarah antara Asian Games 1962 dan Asian Games 2018,” ujar Asep.
Ia menjelaskan, sebelum diselenggarakan Asian Games 1962, situasi Indonesia masih morat-marit. Indonesia belum mempunyai fasilitas yang memadai dan terjadi pemberontakan.
Berkat keteguhan hati Soekarno dan Pemerintah Indonesia pada masa itu, serta didukung oleh masyarakat, akhirnya Indonesia mampu menjadi tuan rumah yang baik.
”Masyarakat pada masa itu sangat mendukung rencana pemerintah, bahkan warga yang tinggal di Senayan rela pindah ke Tebet, Jakarta Selatan,” kata Asep.
Ia menambahkan, nama Indonesia pun mulai dikenal dunia yang menyebabkan sejumlah negara maju mulai khawatir dengan kekuatan Indonesia. Harkat martabat bangsa Indonesia pun terangkat dan tidak dipandang sebelah mata.
Kesuksesan Asian Games 1962 berdampak pada dipercayanya Indonesia kembali menyelenggarakan Asian Games pada 2018. Asep mengatakan, sama seperti pada 1962, saat ini masyarakat juga berbondong-bondong mau menjadi relawan. ”Ada 15.000 relawan yang mau bekerja keras atas terselenggaranya Asian Games di Jakarta dan Palembang,” ujarnya.
Ia berharap kesuksesan Indonesa menjadi juara umum kedua di bawah Jepang pada Asian Games 1962 akan terulang pada Asian Games 2018. Meskipun berat, Asep optimistis Indonesia dapat memperoleh peringkat 10 besar.
Amin menegaskan, kunci sukses Asian Games terletak pada penyelenggaraan dan prestasi. Selain itu, perlu sukses dalam administrasi (tidak ada korupsi) dan mampu menjadi sejarah bangsa Indonesia.