Semangat Belajar Para Guru Membawa Perubahan Siswa
Sebenarnya dalam dua tahun mendatang, Kuleh Lenjau, guru kelas I SDN 008 Baratan, Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, bakal pensiun. Namun, di pengujung sisa pengabdiannya sebagai guru, semangat Kuleh menjadi guru yang terus belajar demi keberhasilan para siswa semakin meningkat.
Sekitar satu tahun ini, Kuleh mendapat ilmu sederhana dari program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI). Dia mendapat penguatan dalam melaksanakan pembelajaran literasi di kelas awal. Ketika dia mendapatkan contoh sejumlah inovasi untuk mengajarkan siswa kelas I SD membaca, dia pun merasa tertantang.
”Saya sering mengajar siswa kelas I. Namun, selama ini, untuk mengajarkan siswa membaca saya hanya mengenalkan huruf a-z. Di pelatihan INOVASI saya diajarkan untuk juga menyebut nama huruf dan bunyi. Bunyi huruf b, misalnya, be,” kata Kuleh saat hadir dalam temu INOVASI bertajuk ”Mendorong Budaya Baca Anak Indonesia” di Jakarta, Kamis (26/7/2018).
Perubahan mengajar Kuleh terlihat sederhana, tetapi berdampak besar pada siswa kelas I yang tidak semua mendapatkan pendidikan anak usia dini sebelum masuk SD. Kuleh juga membuat gambar huruf, suku kata, dan kalimat saat mengajar. Anak-anak jadi lebih mudah saat belajar membaca.
Perubahan mengajar Kuleh terlihat sederhana, tetapi berdampak besar pada siswa kelas I yang tidak semua mendapatkan pendidikan anak usia dini sebelum masuk SD.
Siswa menjadi semangat belajar karena Kuleh memperhatikan kemampuan setiap siswa dengan lebih baik. Ditambah lagi, dia punya kebiasaan mempersiapkan siswa belajar dengan menyapa dan mengobrol terlebih dahulu sebelum masuk ke materi pembelajaran.
”Rasanya saya ingin terus mengajar. Padahal, dua tahun lagi sudah pensiun. Saya ingin membuktikan, guru yang mau pensiun pun tetap bisa diajak untuk bersemangat melakukan perubahan dalam pembelajaran,” ujar Kuleh.
Guru lain juga bersemangat berubah, seperti yang ditunjukkan Heppi, guru kelas I di SDN 002 Malinau Kota, Kabupaten Malinau, Kalimantan Barat. Selama ini, Heppi mengajar siswa berdasarkan buku paket. Dia pun lebih banyak menjelaskan dan mencatat di papan tulis tanpa memperhatikan kebutuhan siswa satu demi satu.
”Baru April 2018 ini saya ikut pelatihan dari program INOVASI. Saya merasa tercerahkan untuk mengubah cara belajar saya yang tidak membuat siswa semangat dan senang belajar,” ujar Heppi.
Heppi bersemangat menerapkan strategi pembelajaran terkait literasi di kelas. Dia membuat sejumlah alat belajar yang memudahkan siswa untuk belajar membaca. Bermodalkan barang bekas, seperti kardus, plastik, dan kertas, Heppi berkreasi membuat papan baca dan kubus baca.
”Ketika mau mengajar membaca, saya pakai papan baca. Saya mulai dengan menunjukkan gambar. Lalu saya keluarkan kertas huruf, kertas suku kata, dan kertas kata. Wah, siswa semangat untuk mencoba. Mereka jadi senang saat belajar,” ujar Heppi.
Ketika mau mengajar membaca, saya pakai papan baca. Saya mulai dengan menunjukkan gambar. Lalu saya keluarkan kertas huruf, kertas suku kata, dan kertas kata.
Tidak hanya guru, kepala sekolah juga tertantang berinovasi. Salah satunya, Martiana Are, Kepala SDN 006 Tanjung Selor. Dia yang didaulat sebagai fasilitator daerah menerapkan inovasi kepemimpinan yang didapatnya lewat program INOVASI. Kegiatan literasi dengan membaca 15 menit setiap hari awalnya hanya dilakukan sekadar program wajib dari Kemdikbud. Namun, setelah memahami cara mengajarkan literasi, sekolah pun bertransformasi.
Menurut Martiana, kegiatan literasi dimulai dengan mendekatkan buku kepada siswa. Pojok baca di ruang kelas pun diterapkan. Para orangtua dan masyarakat sekitar juga dikenalkan dengan kegiatan membaca yang difasilitasi sekolah.
”Ada lomba orangtua membacakan cerita ke anak. Bukan hanya para ibu yang antusias, ternyata para bapak juga ikut karena di rumah juga membacakan buku untuk anak,” ujar Martiana.
Komite sekolah pun tertular semangat perubahan sekolah. Perbaikan pembelajaran literasi di sekolah mulai menumbuhkan minat baca. Ketua Komite SDN 013 Buluh Perindu, Tanjung Selor, M Ismail terpikir untuk mendirikan taman bacaan masyarakat (TBM). Keberadaan TBM di tepi sungai yang bisa diakses anak-anak usia sekolah dan masyarakat umum menjadi penanda asa perbaikan pendidikan akan menghasilkan generasi muda yang semakin berkualitas.
Komite sekolah pun tertular semangat perubahan sekolah. Perbaikan pembelajaran literasi di sekolah mulai menumbuhkan minat baca.
Fondasi belajar
Penguatan kemampuan literasi kelas awal bagi siswa di Kalimantan Barat, khususnya Kabupaten Malinau dan Kabupaten Bulungan, menjadi salah satu fokus utama Program INOVASI yang dilaksanakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Kedutaan Besar Australia.
Program ini menggali inovasi dan praktik baik di daerah percontohan (Jawa Timur, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur) untuk menguatkan literasi dan numerasi siswa SD yang masih lemah. Padahal, literasi sebagai fondasi sukses belajar siswa di jenjang selanjutnya.
Direktur Program INOVASI Mark Heyward mengatakan, program INOVASI dijalankan dengan berfokus pada mengatasi tantangan pembelajaran siswa, terutama dalam literasi dan numerasi, di jenjang SD. Sebab, memperkuat kemampuan literasi dan numerasi bagi siswa di kelas awal penting bagi keberhasilan belajar siswa di kelas selanjutnya.
Program INOVASI dijalankan dengan berfokus pada mengatasi tantangan pembelajaran siswa, terutama dalam literasi dan numerasi, di jenjang SD.
Namun, dukungan untuk literasi dan numerasi siswa kelas I-III SD ini, mulai dari strategi mengajar membaca oleh guru hingga ketersediaan buku bacaan yang menarik minat anak, masih minim.
”Kami mendorong agar daerah bisa menemukan solusi yang inovatif dan kreatif sesuai konteks di daerah. Sinergi dari sekolah, keluarga, masyarakat, dan pemerintah daerah dibangun agar program berkelanjutan dengan semakin banyak inovasi yang efektif dalam meningkatkan mutu pendidikan di daerah,” ujar Mark.
Handoko Widagdo dari tim INOVASI di Kaltara mengatakan secara umum guru mengajar dengan mencatat di papan tulis dan menjelaskan untuk menyelesaikan buku teks. Tidak ada perhatian guru terhadap kemampuan siswa dan hambatan belajar yang dialami siswa.
”Padahal, kemampuan membaca siswa di kelas awal banyak yang belum terbangun. Kemampuan membaca siswa kelas IV Kaltara dari kajian Kemdikbud ada di bawah rata-rata nasional,” kata Handoko.
Kemampuan membaca di kelas awal yang terbangun dengan baik dapat menumbuhkan minat baca siswa. Masalahnya, ketika kemampuan guru untuk mengajar sudah mampu berpusat pada siswa dalam menyiapkan siswa di kelas awal mampu membaca, ketersediaan bacaan yang sesuai usia anak minim.
Kemampuan membaca di kelas awal yang terbangun dengan baik dapat menumbuhkan minat baca siswa.
Priscillia Suatan dari tim Monitoring, Evaluation, Research, and Learning Program INOVASI mengatakan, ketika keterampilan anak untuk membaca terbangun, akses pada buku bacaan yang bisa membangun imajinasi dan karakter anak menjadi kunci untuk membangun budaya baca.
Namun, dari survei Inovasi Pendidikan dan Pembelajaran Indonesia di Kaltara, ditemukan 85 persen siswa kelas awal suka membaca buku. Namun, 68 persen menyatakan bahwa buku yang dibaca adalah buku pelajaran serta 17 persen membaca buku cerita dan lainnya. Survei ini melibatkan 540 siswa di 20 SD di Bulungan dan Malinau.
”Perpustakaan di sekolah, perpustakaan daerah, ataupun taman bacaan masyarakat minim menyediakan buku bacaan sesuai usia anak,” kata Priscilla.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud Totok Suprayitno mengatakan, inovasi sekolah dan daerah dalam meningkatkan mutu pembelajaran harus ditumbuhkan.
”Perubahan pembelajaran yang inovatif dan kreatif dari satu sekolah dan satu daerah sepertinya terlihat kecil. Namun, jika terus disebarluaskan, perubahan besar bisa terjadi,” kata Totok.