Presiden Joko Widodo Imami Shalat Maghrib di Pengungsian
Oleh
Nina Susilo
·2 menit baca
LOMBOK UTARA, KOMPAS - Presiden Joko Widodo menyambangi beberapa titik posko pengungsian secara random, Jumat (13/8/2018). Tak hanya berdialog dengan warga, Presiden juga menyempatkan shalat Maghrib bersama pengungsi. Presiden mengimami mereka di tenda pengungsian.
Setiba di Lombok Utara, Jumat sore, Presiden dan rombongan langsung melihat posko pengungsian di Kecamatan Tanjung. Di wilayah ini, terdapat rumah sakit darurat, dapur umum, serta posko BNPB. Selain itu, terdapat pula posko trauma healing untuk anak-anak pengungsi.
Dari Kecamatan Tanjung, Presiden melanjutkan perjalanan ke Desa Lekok, Kecamatan Gangga, Lombok Utara. Di posko ini, Presiden sempat berdialog dengan pengungsi. Salah seorang pengungsi, Fatihin (35) menyampaikan kesulitan yang mereka hadapi karena rumah-rumah warga rusak dan pekerjaan juga tak ada akibat gempa.
Dalam pertemuan itu, Presiden pun menyampaikan adanya bantuan senilai Rp 50 juta untuk rumah yang rusak berat dan Rp 25 juta untuk rumah rusak sedang. Adapun perbaikan dilakukan secara gotong-royong oleh warga dengan konstruksi yang dipandu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat supaya tahan gempa. Namun, untuk itu, verifikasi dilakukan terlebih dahulu.
Di titik berikut, Presiden berhenti di Dusun Karangkates, Desa Gondang, Kecamatan Gangga. Di pengungsian ini, warga juga meminta bantuan untuk perbaikan rumah.
Salah seorang pengungsi, Nurnamita (29) mengatakan, warga sudah sepuluh hari mengungsi di kebun keluarganya. Kebun ini belum ditanami karena menunggu hujan. Namun, karena gempa dan rumah-rumah warga rusak, kebun pun dipasangi tenda-tenda darurat. Adapun air bersih dikirim mobil bantuan.
Saat tiba di Dusun Karangkates ini, matahari semakin tenggelam. Presiden pun menunaikan shalat Maghrib di pengungsian bersama warga. Presiden yang didampingi Gubernur NTB Tuan Guru Bajang Zainul Majdi, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian pun shalat berjamaah bersama warga.
Tuan Guru Bajang yang juga ulama besar di Nusa Tenggara Barat pun meminta Presiden menjadi imam. Seusai shalat, Presiden kembali ke Kecamatan Tanjung untuk menggelar rapat terbatas.