SURABAYA, KOMPAS - Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyambut baik penetapan delapan karya budaya asal Jawa Timur sebagai warisan budaya tak benda atau WBTB Indonesia. Dengan penetapan itu, Jawa Timur telah memiliki 37 karya budaya sebagai WBTB Indonesia.
Sidang Penetapan WBTB Indonesia 2018 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan delapan karya budaya asal Jatim itu adalah janger Banyuwangi, clurit (are’) Madura, rawon nguling Probolinggo, upacara adat manten kucing Tulungagung, reog cemandi Sidoarjo, sandur Bojonegoro-Tuban, wayang thengul Bojonegoro, dan wayang topeng Jatiduwur Jombang.
“Kami bahagia, sebab kian banyak karya budaya Jatim menjadi bagian dari warisan budaya tak benda Indonesia. Tantangan ke depan adalah pelestarian sekaligus bagaimana memberi manfaat positif bagi masyarakat,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim Jarianto, Selasa (7/8/2018) di Surabaya.
Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan, Tim Ahli WBTB Indonesia menetapkan 225 karya budaya sebagai WBTB Indonesia 2018. Ada 416 karya budaya yang diusulkan oleh 34 provinsi sebagai WBTB Indonesia 2018.
Karya budaya bisa ditetapkan sebagai WBTB Indonesia setelah melalui sejumlah tahapan. Tahapan itu seleksi administrasi, rapat penilaian oleh tim ahli, kunjungan untuk verifikasi ke daerah, dan pemaparan oleh provinsi pengusul.
Tahun 2016, karya budaya asal Jatim yang ditetapkan sebagai WBTB ialah entas-entas Tengger dan mencak Tengger Probolinggo, wayang krucil malangan Malang, jaran kecak Lumajang, keboan-aliyan Osing Banyuwangi, dan lodho Trenggalek. Adapun tahun 2017 adalah damar kurung Gresik, sandhur manduro Jombang, ceprotan Pacitan, jamasan gong kyai pradah Blitar, dan nyader Sumenep.
Tampil berkala
Seiring bertambahnya karya budaya Jatim sebagai WBTB Indonesia, Gubernur Jatim Soekarwo menegaskan perlu adanya apresiasi. “Harus menjadikan karya budaya itu tampil secara rutin,” katanya. Langkah ini harus diambil agar karya budaya tadi menjadi bagian dari ingatan kolektif warga.
Pemerintah pun siap meningkatkan alokasi anggaran untuk kebudayaan. Dalam konteks pelestarian WBTB tersebut, pemerintah perlu menanggung biaya pertunjukan sebagai bagian dari pameran atau rangkaian kegiatan rutin.
“Kami menyadari bahwa kebudayaan adalah solusi terhadap masalah sosial,” ujar Soekarwo. Maksudnya, kebudayaan mampu meredakan ketegangan sosial antarkelompok masyarakat saat berlangsung kontestasi politik dalam pemilihan umum. Terkadang, konflik di tingkat masyarakat bisa diatasi dengan menghadirkan acara-acara kebudayaan.