Mh Samsul Hadi, dari Singapura dan Kris Razianto Mada
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS Indonesia memperingatkan Amerika Serikat soal dampak perang dagang dengan China. Indonesia berusaha agar tak terdampak perang dagang itu.
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menyebutkan, perdagangan adalah salah satu isu yang dibahasnya kala bertemu Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, Sabtu (4/8/2018), di Jakarta. Indonesia menyampaikan, perang dagang AS dengan China akan berdampak ke negara lain, termasuk Indonesia.
Pompeo tidak memberikan keterangan hasil pertemuannya dengan Retno. Pompeo bertandang selama dua hari ke Indonesia mulai Sabtu. Selain menemui Retno, ia juga direncanakan bertemu Presiden Joko Widodo pada Minggu ini.
Indonesia berusaha tidak terimbas dampak perang dagang yang sudah berlangsung beberapa bulan itu. Salah satu upaya Indonesia adalah membuka dialog bilateral dengan AS.
”Menteri Perdagangan (Enggartiasto Lukita) baru-baru ini ke Washington dan bertemu mitranya di sana (Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross) dan pihak swasta,” kata Retno.
Lewat kunjungan itu, menurut Retno, Menteri Enggartiasto dan Ross ingin hubungan perdagangan dan investasi AS-Indonesia diperkuat. Mereka juga membahas soal hambatan dalam perdagangan kedua negara.
AS merupakan mitra penting Indonesia. Nilai perdagangan Indonesia-AS mencapai 11,85 miliar dollar AS untuk periode Januari-Mei 2018. Sebagai mitra ekonomi terbesar, AS menempati urutan keempat dalam daftar mitra dagang Indonesia dan urutan keenam dalam urutan asal investasi.
Indonesia juga membahas soal fasilitas tarif dari AS. Sejak lama, AS memiliki sistem untuk menentukan tarif bea masuk barang impor bagi produk mitra dagangnya. Menurut Retno, Pompeo tidak berwenang membahas lebih lanjut soal itu. Pompeo menyatakan akan menyampaikan hal itu kepada koleganya di AS.
Indonesia membutuhkan fasilitas itu untuk menjaga daya saing produknya di pasar AS. Indonesia antara lain mengekspor karet, ban mobil, emas, perhiasan, dan baterai. Indonesia selalu mencatatkan surplus dalam perdagangan dengan AS.
Peringatan hubungan
Dalam pertemuan dengan Pompeo, Retno juga menyampaikan Indonesia-AS akan memperingati 70 tahun hubungan diplomatik kedua negara pada 2019. Indonesia mengusulkan tema ”Celebrate Our Diversity, Prosper Together as Strategic Partner” sebagai tema peringatan tahun depan. Tema itu diusulkan untuk mewakili semangat Indonesia yang mengingatkan hubungan saling menguntungkan, saling menghormati, dan setara. Prinsip itu juga berlaku dalam hubungan dengan AS.
Menlu Retno dan Pompeo tak hanya membahas isu hubungan kedua negara. Mereka pun membahas isu Indo-Pasifik, ASEAN, Palestina, hingga Semenanjung Korea. Isu ASEAN dibahas antara lain karena para menlu ASEAN baru bertemu di Singapura. Pompeo dan menlu dari negara mitra ASEAN juga menghadiri pertemuan itu.
Terkait dengan Indo-Pasifik, Retno kembali menekankan, ide itu terbuka dikembangkan. Bagi Indonesia, Indo-Pasifik adalah soal inklusivitas, mengutamakan dialog, dan penghormatan terhadap hukum internasional.
Multilateral
Dari Singapura dikabarkan, pertemuan menlu ASEAN yang digelar sejak Kamis lalu resmi berakhir, Sabtu. Pertemuan itu antara lain menghasilkan komitmen ASEAN melawan proteksionisme, dengan mempertahankan sistem perdagangan multilateral di kawasan. Salah satu langkah konkretnya, menuntaskan negosiasi blok Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) akhir tahun ini.
Menutup pertemuan, Menlu Singapura Vivian Balakrishnan mengatakan, semua negara prihatin atas eskalasi perang dagang AS-China. ”Semua sepakat untuk melipatgandakan upaya menyelesaikan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional, akhir tahun ini,” katanya. RCEP dirancang menjadi blok dagang 10 negara ASEAN, didukung China, India, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.
”Keseluruhan dari 10 negara ASEAN dan mitra luar kami mengakui sistem perdagangan multilateral berbasis aturan sedang terancam,” kata Vivian.
Sejak awal pertemuan, Kamis lalu, perlawanan terhadap proteksionisme gencar disuarakan sebagian besar negara. Pada hari terakhir, Sabtu, suara perlawanan itu makin kencang dilontarkan oleh tidak hanya negara ASEAN, tetapi juga oleh negara mitra.
”Meningkatnya anti-globalisasi dan proteksionisme dagang di kalangan negara besar membangkitkan tensi dan mengancam keinginan kita akan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Menlu Korsel Kang Kyung-wha. Isu perdagangan adalah salah satu dari isu regional dan internasional yang mendominasi pembahasan dalam pertemuan-pertemuan menlu ASEAN dengan para mitra wicara.