Di Depan Pangeran Saudi, Dubes Keluhkan Antrean Haji 20 Tahun
Oleh
Khaerudin
·3 menit baca
RIYADH, KOMPAS — Pemerintah Indonesia tak kurang berupaya melobi pemerintah Kerajaan Arab Saudi untuk menambah jumlah kuota jemaah haji asal Indonesia. Dalam sebuah seminar internasional tentang sejarah haji di Riyadh, Arab Saudi, Duta Besar Republik Indonesia untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel di hadapan salah seorang pangeran kerajaan bahkan langsung mengeluhkan tentang antrean jemaah haji Indonesia yang bisa mencapai 20 tahun.
Dalam seminar tersebut, Agus Maftuh juga tampil sebagai narasumber. Seminar diselenggarakan oleh Forum Jurnalis SIHAFIYYUN Arab Saudi di Gedung Riyadh Chamber of Commerce, Riyadh, Arab Saudi, 30 Juli 2018. Seminar itu bertemakan ”al Mamlakah, Masirah Tarikh fi Khidmah dhuyuf ar-Rahman” atau ”Kerajaan Arab Saudi, Perjalanan dan Sejarah dalam Melayani Para Tamu Allah”.
Dalam seminar tersebut, hadir antara lain Pangeran Faisal bin Sultan Al Saud, sejumlah duta besar, akademisi, peneliti haji, dan jurnalis. Narasumber lain dalam forum ini adalah Dr Nabil Haidar dari Inggris dan peneliti haji asal Arab Saudi, Dr Aiman Bana.
Selain mengeluhkan antrean lama calon jemaah haji asal Indonesia untuk berangkat menunaikan rukun Islam kelima tersebut, Agus Maftuh juga memberikan apresiasi kepada Kerajaan Arab Saudi atas pemberian kemudahan-kemudahan kepada jemaah haji Indonesia, juga fasilitas dan sambutan yang luar biasa yang sebelumnya tidak pernah ada.
Tentang antrean haji di Indonesia yang sampai 20 tahun itu, Agus Maftuh menegaskan akan melakukan diplomasi penambahan kuota 30.000 lagi untuk tahun depan. Apalagi, desain pengaturan kapasitas Mina direncanakan Kerajaan Arab Saudi lebih baik lagi. Dengan tambahan kuota ini, Agus Maftuh berharap, tahun depan jumlah kuota Indonesia bisa mencapai 250.000 anggota jemaah untuk mempercepat dan memperpendek antrean.
Penambahan kuota selama ini tidak dibarengi dengan kapasitas di Mina yang memang sudah melebihi daya tampung. Ada beberapa desain untuk solusi kepadatan Mina yang saat ini hanya rasio 0,9 meter persegi per anggota jemaah.
Solusi tersebut antara lain pembangunan kemah bertingkat di Mina 2, pemanfaatan hotel-hotel yang berdekatan dengan Mina, dan penyediaan perkemahan di luar Mina dengan akses jalan yang bisa keluar masuk Mina secara lancar.
Pangeran Faisal bin Sultan Al Saud yang berbicara dalam forum tersebut juga memberikan apresiasi kepada Indonesia yang sangat intensif melakukan koordinasi dengan pihak Kerajaan Arab Saudi sehingga jemaah haji Indonesia, meski dengan jumlah terbesar, dikenal sebagai jemaah paling disiplin dan patuh terhadap aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh Kerajaan Arab Saudi.
Pangeran Faisal menegaskan, Kerajaan Arab Saudi sangat serius dalam memberikan pelayanan kepada seluruh jemaah haji dan menyiapkan berbagai infrastruktur untuk kenyamanan tamu-tamu Allah, dalam hal ini yang terbesar adalah dari Indonesia. Pangeran progresif ini juga berharap Indonesia bisa berbagi pengalaman dalam manajerial dan tata kelola haji kepada negara-negara lain.
Peserta lain yang memberikan apresiasi terhadap Indonesia adalah aktivis perempuan yang juga Project Manager Kementerian Kesehatan Arab Saudi Nuwayer Al-Shalawiy yang memberikan testimoni bahwa jemaah haji Indonesia sangat dikenal dalam aspek kebersihan dan menjaga kesehatan ketika berada di Masyair Muqaddasah (Mekkah, Madinah, Arafah, dan Mina). Nota kesepahaman (MOU) kesehatan yang ditandatangani ketika kunjungan Raja Salman sangat menginspirasi dan perlu penguatan lebih lanjut.
Dalam forum tersebut, Dubes Agus Maftuh juga membagikan lencana Saunesia (Saudi-Indonesia) kepada para peserta dan memasangkannya di jubah Pangeran Faisal bin Sultan Al Saud sebagai bentuk apresiasi Indonesia terhadap hubungan bilateral yang berada dalam masa keemasan ini. (*)