Muara Tersumbat, 25 Hektar Lahan Pertanian di Bantul Terendam Air
Oleh
Haris Firdaus
·3 menit baca
BANTUL, KOMPAS — Sedikitnya 25 hektar lahan pertanian di wilayah pesisir selatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami gagal panen karena terendam luapan air yang berasal dari laut dan sungai. Peristiwa itu terjadi karena adanya gelombang tinggi di laut selatan Jawa yang diikuti tersumbatnya muara Sungai Opak di pesisir selatan Bantul.
”Berdasarkan data terakhir, ada 25 hektar lahan pertanian yang sudah terendam. Semua lahan itu gagal panen,” kata Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan, dan Perikanan Kabupaten Bantul Pulung Haryadi, Jumat (3/8/2018), di Bantul.
Pulung menjelaskan, lahan yang terendam itu tersebar di dua desa, yakni Desa Tirtohargo, Kecamatan Kretek, Bantul, dan Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Bantul. Lahan tersebut mulai terendam sejak Selasa (31/7/2018).
Dari 25 hektar yang terendam itu, sekitar 15 hektar lahan di antaranya ditanami bawang merah, sementara sisanya ditanami aneka tanaman, misalnya padi, cabai, dan jagung. ”Kami belum menghitung nilai kerugian akibat kejadian ini, tetapi mungkin mencapai ratusan juta rupiah,” ujar Pulung.
Pulung mengatakan, air yang merendam lahan pertanian itu merupakan luapan air laut yang bercampur dengan air Sungai Opak. Luapan air laut itu muncul akibat adanya gelombang tinggi di laut selatan Jawa selama beberapa hari terakhir.
Di sisi lain, gelombang tinggi air laut itu juga membawa endapan pasir yang mengakibatkan penyumbatan muara Sungai Opak. Akibat penyumbatan itu, air tidak bisa mengalir kembali ke laut sehingga genangan di lahan pertanian kian meluas.
Menurut Pulung, untuk mengatasi persoalan tersebut, ada dua langkah yang dilakukan pemerintah dan masyarakat. Langkah pertama adalah membuat sodetan di muara Sungai Opak dengan mengeruk endapan pasir yang ada agar air yang tergenang bisa mengalir ke laut. Upaya itu dilakukan dengan alat berat ataupun kerja bakti oleh masyarakat.
Sementara itu, langkah kedua adalah melakukan pemompaan untuk mengeluarkan air yang merendam lahan pertanian. Pemompaan juga dilakukan agar genangan air tidak meluas ke lahan pertanian yang sebelumnya tidak terendam.
Berdasarkan pantauan Kompas, Jumat sore, warga dibantu petugas sejumlah instansi berhasil membuat sodetan di sekitar muara Sungai Opak. Sodetan yang dibuat dengan mengeruk endapan pasir itu diharapkan bisa menjadi jalan keluar air menuju ke laut sehingga genangan di lahan pertanian bisa dikurangi.
Namun, aliran air dari Sungai Opak menuju ke laut tampak belum lancar karena tertahan oleh adanya gelombang pasang air laut. Di sisi lain, sodetan yang telah dibuat juga rawan tertutup endapan pasir kembali karena gelombang tinggi masih terus terjadi.
Menanggapi kondisi itu, Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSO) akan mengerahkan dua ekskavator untuk membuat beberapa sodetan di muara Sungai Opak. ”Harus dibuat beberapa sodetan agar air yang terjebak bisa keluar ke laut,” kata petugas BBWSO, Suyanto, saat meninjau muara Sungai Opak.
Hingga Jumat sore, masih banyak lahan pertanian di Desa Srigading dan Tirtohargo yang terendam air. Di beberapa bidang lahan pertanian tampak air merendam seluruh tanaman yang ada. Sementara itu, sejumlah petani di Desa Srigading dan Tirtohargo juga berusaha memompa air yang mulai masuk ke lahan pertanian mereka.
Warga Desa Tirtohargo, Turbinoto (43), menuturkan, sejak tiga hari terakhir, ia terus melakukan pemompaan untuk mengeluarkan air yang mulai masuk ke lahan pertanian bawang merah miliknya. Supaya lahan pertanian seluas 5.600 meter persegi miliknya tidak terendam air, Turbinoto harus mengerahkan 8 pompa air.
Warga Desa Srigading, Yuswono Harjono (76), menuturkan, sebagian lahan pertanian lombok miliknya seluas 1.400 meter persegi sudah terendam air sejak beberapa hari lalu. Akibat kejadian tersebut, dia menambahkan, sebagian tanaman cabai miliknya kemungkinan besar mengalami gagal panen.
Yuswono menambahkan, lahan pertanian bawang merah milikinya juga terancam genangan air. Untuk mencegah agar lahan bawang merah seluas 2.000 meter persegi itu tidak terendam air, Yuswono juga melakukan pemompaan untuk mengeluarkan air yang mulai masuk. ”Sudah dua hari terakhir saya pompa airnya supaya tanaman bawang merah saya enggak terendam,” katanya.