JAKARTA, KOMPAS —Sosialisasi yang kurang dan tidak ada pemberitahuan dari Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek menyebabkan pihak pengelola parkir dan sebagian masyarakat belum mengetahui adanya titik park and ride.
Lokasi park and ride atau kantong parkir disediakan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) sebagai tempat parkir mobil milik masyarakat yang terkena dampak aturan ganjil genap.
Data dari BPTJ, Kampus Universitas Kristen Indonesia dan ITC Cempaka Mas merupakan bagian dari lokasi park and ride yang disediakan BPTJ.
Berdasarkan pantauan pada Kamis (2/8/2018) pukul 11.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB, di Universitas Kristen Indonesia (UKI), Jakarta Timur, lahan parkir yang memiliki luas hampir mencapai luas lapangan sepak bola ini dipadati mobil.
Namun, menurut salah satu petugas pengelola parkir Kampus UKI, Syfa (28), mobil-mobil yang diparkir di tempat tersebut merupakan mobil pengunjung Rumah Sakit UKI serta mahasiswa dan karyawan Kampus UKI.
Pihak pengelola parkir Kampus UKI, lanjut Syfa, belum mengetahui lahan parkir tersebut merupakan salah satu lokasi park and ride yang disediakan BPTJ untuk mobil milik masyarakat yang terkena dampak ganjil genap.
”Ini tempat parkir untuk warga yang mau ke rumah sakit dan kampus. Kalau untuk ganjil genap, saya belum tahu. Tak ada pemberitahuan juga,” ucapnya.
Ini tempat parkir untuk warga yang mau ke rumah sakit dan kampus. Kalau untuk ganjil genap, saya belum tahu. Tak ada pemberitahuan juga.
Sudin (38), warga asal Depok, mengatakan, mobilnya diparkir di Kampus UKI karena akan menjenguk sahabatnya yang sedang dirawat di Rumah Sakit UKI.
”Kalau ini jadi kantong parkir untuk ganjil genap, saya enggak tahu. Sosialisasinya, kan, hanya untuk mobil yang boleh jalan kalau pelatnya sesuai tanggal ganjil atau tanggal genap,” ujarnya.
Hal yang sama dikatakan Aguan Iskandar (27), petugas pengelola parkir ITC Cempaka Mas, Kemayoran, Jakarta Pusat. ”Belum dapat informasi. Kalau ada, biasanya ada pemberitahuan dari pemerintah,” ucapnya.
Berdasarkan pantauan di area parkir ITC Cempaka Mas pada pukul 15.00 hingga pukul 16.30, tepatnya di belakang Pos Polisi Sub-Sektor Cempaka Mas, tampak di area parkir dengan luas sekitar 100 meter persegi itu hanya terdapat 12 mobil yang diparkir. Menurut Aguan, mobil-mobil tersebut milik pengunjung ITC Cempaka Mas.
Mengubah kultur
Djoko Setijowarno, pengamat transportasi umum, mengatakan, upaya BPTJ yang menyediakan kantong parkir di beberapa titik di Jakarta dinilai sudah tepat. Namun, mengubah kultur masyarakat untuk beralih menggunakan transportasi umum dinilai tidak mudah.
”Masyarakat sudah terbiasa menggunakan kendaraan pribadi saat akan berangkat kerja. Oleh karena itu, selain sosialisasi, harus ada integrasi angkutan umum,” katanya.
Masyarakat sudah terbiasa menggunakan kendaraan pribadi saat akan berangkat kerja. Oleh karena itu, selain sosialisasi, harus ada integrasi angkutan umum.
Integrasi itu, lanjut Djoko, berupa integrasi fisik, integrasi jadwal, serta integrasi pembayaran. Integrasi fisik bertujuan memudahkan penumpang berpindah intra atau antarmoda transportasi lainnya secara mudah. Integrasi jadwal berupa kesesuaian jadwal kedatangan dan angkutan umum yang diinformasikan secara baik serta memungkinkan berkurangnya waktu tunggu penumpang.
”Kalau ini bisa dilakukan pemerintah, masyarakat dengan sendirinya akan sadar untuk beralih ke angkutan umum,” ujarnya.
Djoko menyebutkan, penyelenggaraan Olimpiade XXIX di Beijing, China, tahun 2008 merupakan contoh nyata keberhasilan menata transportasi kota.
”Saat pemberlakuan ganjil genap di China, pemerintah di sana mampu menata transportasi umum dengan baik dan ada kemudahan bagi masyarakat dalam mengakses transportasi umum,” kata Djoko.
Dengan demikian, saat selesai penyelenggaraan Olimpiade, masyarakat China tetap bertahan dengan angkutan umum. ”Kebijakan ganjil genap tersebut diminta oleh masyarakat China untuk dilanjutkan,” ujarnya. (STEFANUS ATO)