Novak Djokovic Terlahir Kembali
Usai tersingkir pada perempat final Perancis Terbuka, Novak Djokovic tak memastikan akan tampil pada turnamen lapangan rumput. Sebulan kemudian, dia mengangkat trofi juara Grand Slam Wimbledon.
"Tak ada tempat yang lebih baik untuk kembali. Ini adalah tempat suci untuk tenis. Saya selalu bermimpi memeluk trofi ini sejak kecil, bahkan membuat trofi Wimbledon dari berbagai bahan,” kata Novak Djokovic, yang meraih gelar keempatnya di Wimbledon.
Petenis Serbia itu telah mengoleksi 12 gelar grand slam sebelum datang ke All England Club, London, Inggris tahun ini. Namun, kemenangan 6-2, 6-2, 7-6 (7-3) atas Kevin Anderson di final, Minggu (15/7/2018), sangatlah bermakna.
Ini menjadi momen lahirnya kembali Djokovic setelah menghilang dari persaingan papan atas hampir dua tahun lamanya. Kehilangan motivasi dan operasi siku, yang membuatnya absen selama paruh kedua 2017, membuat Djokovic frustasi.
Dalam lima bulan awal 2018, penampilannya belum membaik. Mantan pelatihnya, Boris Becker, dan sesama petenis Serbia, Nenad Zimonjic, bercerita, Djokovic tak menduga dia akan melalui masa sulit seperti itu.
Kelegaannya menjadi juara diluapkan dengan berteriak sambil mengangkat kedua lengan. Dia juga meneruskan tradisi memakan rumput lapangan setiap kali menjuarai Wimbledon. ”Porsinya dobel kali ini. Saya merayakan momen ini,” katanya, diiringi tepuk tangan penonton, termasuk Pangeran William dan Kate, Duchess of Cambridge.
Dia juga memeluk erat putranya, Stefan (3), saat bertemu di dalam gedung yang menjadi bagian Lapangan Utama. Stefan terlalu muda untuk menyaksikan ayahnya bertanding. Namun, dia diizinkan bergabung bersama ibunya, Jelena, dan semua anggota tim di tibun saat penyerahan penghargaan. Melihat ayahnya memeluk trofi di lapangan, dia pun berteriak, ”Daddy! Daddy!”
”Saya senang kali ini, ada yang memanggil ayah saat saya di sini. Dia adalah salah satu, kalaupun bukan yang terbesar, motivasi saya untuk Wimbledon ini. Saya selalu membayangkan ini, dia datang ke sini, merayakan momen ini bersama istri saya dan lainnya,” kata Djokovic.
Sukses Djokovic di Wimbledon memutus dominasi Roger Federer dan Rafael Nadal yang bergantian menjuarai Grand Slam sejak Australia Terbuka 2017 hingga Perancis Terbuka 2018. Djokovic pun kembali ke oeringkat 10 besar dunia yang terakhir kali ditempatinya pada 30 Oktober 2017. Dalam daftar peringkat yang dirilis Senin, Djokovic berada di urutan ke-10, naik dari peringkat ke-21 dunia.
”Saya tak menduga bisa kembali ke penampilan terbaik di Wimbledon. Jika anda bertanya setelah Roland Garros, saya meragukan itu. Saat yang sama, saya selalu yakin pada kemampuan saya. Setiap datang ke turnamen, saya selalu yakin berpeluang meraih trofi,” katanya.
Becker, yang melatih Djokovic pada 2013-2016, mengaku tak terkejut Djokovic bisa kembali juara di Wimbledon. ”Awalnya dia mengira akan kembali ke persaingan papan atas dengan cepat, tetapi ternyata sulit. Sekarang, dia telah menunjukkan komitmen dan hatinya. Dia juga memperbaiki kekurangannya. Tak ada alasan dia tak bisa juara lagi pada turnamen-turnamen berikutnya,” kata Becker kepada BBC.
Faktor pelatih
Dalam masa frustasinya, Djokovic pun mengganti tim pelatih. Dia menghentikan kerja sama dengan Andre Agassi dan Radek Stepanek, lalu kembali meminta bantuan pelatih lamanya, Marian Vajda. Agassi dipilih menggantikan Vajda, April 2017.
Setelah kalah pada babak pertama turnamen di Indian Wells dan Miami, Amerika Serikat, Maret, Djokovic meminta Vajda kembali membantunya. Pengalaman melatih petenis yang kerap dipanggil Nole sejak 2006 itu membuat Vajda menjadi sosok yang tepat untuk ”melahirkan kembali” Djokovic.
Vajda adalah sosok periang dan mudah bergaul. Dia juga orang yang paham bagaimana menangani Djokovic saat berada dalam masa gelap. Bersama Vajda, Djokovic kembali pada hal-hal dasar yang dalam tenis. Apalagi, ketika tampil pada Australia Terbuka di awal musim, dia masih merasakan sakit pada lengan.
Latihan yang dijalani ”hanya” memukul bola sebanyak-banyaknya untuk merasakan kembali kenyamanan. Meski belum ada pernyataan resmi tentang kontrak baru Vajda, pelatih 53 tahun itu tampaknya akan terus mendampingi Djokovic.
Patrick Mouratoglou, pelatih Serena Williams, berpendapat, Djokovic telah kembali pada pola pikir sebagai petenis papan atas. Dalam pandangannya sebagai pelatih, potensi seorang petenis untuk menjadi juara bisa dilihat bukan hanya dari talenta, tetapi dari semangat dalam bersaing.
”Saya melihat petenis dari semangatnya dalam pertandingan, menghadapi poin kritis, dan bagaimana cara dia membalikkan kondisi dalam keadaan tertekan. Semua ini tergantung dari pola pikir. Ini yang membedakan petenis biasa dan yang punya mental juara. Djokovic punya modal itu dan dia bisa bersaing lagi dengan Roger dan Rafa,” kata Mouratoglou seperti dikutip The New York Times.