Golkar Dekati Demokrat, Koalisi Pendukung Jokowi Mengaku Masih Solid
Oleh
DHANANG DAVID ARITONANG
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah partai koalisi pendukung Presiden Joko Widodo mengatakan tetap solid meskipun Partai Golkar bermanuver mendekati Partai Demokrat. Upaya Golkar mendekati Demokrat dianggap wajar dan dinilai jadi bagian dari strategi merangkul mereka agar mendukung Jokowi.
Sebelumnya, Selasa (10/7/2018), Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menemui Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di kediamannya, Kuningan, Jakarta. Pertemuan tersebut memunculkan spekulasi bahwa Golkar mempertimbangkan opsi lain jika Airlangga tak dipilih menjadi calon wakil presiden.
Menanggapi manuver Golkar tersebut, sejumlah politisi dari partai koalisi pendukung Jokowi menilai langkah tersebut masih wajar.
Wakil Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arwani Thomafi menjelaskan, partai koalisi pendukung Jokowi masih solid hingga saat ini. PPP tak terlalu khawatir soal potensi dan spekulasi bahwa Golkar bakal meninggalkan koalisi.
”Waktu seperti ini memang digunakan parpol untuk membuka komunikasi ke semua elemen masyarakat, terutama ke elite parpol lainnya di luar koalisi,” ujar Arwani di Jakarta, Rabu (11/7/2018).
Arwani menilai, upaya yang dilakukan Airlangga bisa jadi untuk merangkul Partai Demokrat agar mendukung Jokowi. ”Hal tersebut menjadi salah satu cara untuk menambah dukungan bagi Pak Jokowi. Namun, jika partai yang dirangkul tersebut memang tidak mau mendukung Jokowi, ya, tidak masalah. Kami akan jalan terus,” tuturnya.
Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Johnny G Plate mengungkapkan, spekulasi keluarnya Partai Golkar tersebut hanyalah imajinasi yang dibangun oleh partai di luar koalisi Jokowi.
”Spekulasi tersebut wajar saja muncul di tengah politik yang dinamis saat ini. Namun, kami menganggap, langkah yang dilakukan Airlangga tersebut merupakan upaya komunikasi politik untuk menjalin silaturahmi demi kepentingan bangsa,” katanya.
Spekulasi soal keluarnya Golkar dari koalisi ini muncul setelah Wakil Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional Yandri Susanto memprediksi Golkar bakal membentuk poros koalisi ketiga.
Selain itu, Wakil Sekjen Partai Demokrat Rachland Nashidik menduga, keinginan Airlangga bertemu SBY menunjukkan Golkar sedang mempertimbangkan opsi lain jika Airlangga tidak dipilih menjadi cawapres dari Jokowi (Kompas, 11/7/2018).
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto memastikan bahwa koalisi pendukung Jokowi tidak akan bubar karena manuver yang dilakukan Airlangga.
”Menurut saya, yang dilakukan Partai Golkar adalah hal yang baik, semua partai juga berkeliling, tetapi tidak ada yang saling meninggalkan,” ucapnya di kantor DPP PDI-P, Jakarta.
Menurut Hasto, PDI-P pernah memiliki pengalaman seperti ini sebelumnya, yaitu ketika Pemilu 2014, banyak nama yang diusung untuk bersanding dengan Jokowi. ”Akhirnya Jokowi berpasangan dengan Jusuf Kalla dan semua partai koalisi kami menerimanya,” katanya.
Politisi dari Partai Hanura, Nurdin Tampubolon, menjelaskan, saat ini Jokowi masih layak didukung untuk maju kembali dalam Pemilu 2019. ”Kami juga tidak masalah dengan siapa pun cawapres yang akan Jokowi pilih karena kami hanya memberikan usulan. Namun, hak prerogatif ada di Jokowi,” ucapnya.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Ace Hasan Syadzily, di Jakarta, Rabu, mengatakan, Partai Golkar akan tetap konsisten berada dalam barisan koalisi partai pendukung pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. ”Tidak benar memperkirakan Partai Golkar akan keluar dari koalisi pemerintahan Jokowi,” ujarnya.
Ace menuturkan, keputusan untuk mendukung Jokowi sudah ditetapkan dalam forum Rapat Pimpinan Nasional 2016 dan Musyawarah Nasional Luar Biasa 2017. Keputusan itu diambil bersamaan dengan terpilihnya Airlangga sebagai Ketua Umum Partai Golkar.