Pemerintah memprioritaskan pembinaan narapidana dengan memberi sejumlah pelatihan keterampilan untuk bekal mereka setelah bebas.
TANGERANG, KOMPAS- Sejumlah produk karya narapidana di lembaga pemasyarakatan telah memasuki pasar ekspor. Ini menunjukkan program pembinaan sekaligus pemberdayaan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia menunjukkan titik cerah. Namun, dukungan dari masyarakat masih tetap dibutuhkan.
Kepala Seksi Kegiatan Kerja Manufaktur dan Jasa Ditjen Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM AIi Usman di sela-sela Pameran Produk Unggulan Narapidana dalam Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia Otonomi Ekspo 2018 di Tangerang, Banten, Minggu (8/7/2018), mengatakan, warga binaan tak sekadar menjalani hukuman saat ada di lembaga pemasyarakatan. Namun, mereka juga dibekali keterampilan dan keahlian agar mereka dapat memiliki bekal setelah bebas.
”Tujuan (pameran) ini untuk memperkenalkan produk narapidana. Narapidana kami bekali keahlian agar setelah mereka keluar bisa diterima dan bekerja di masyarakat. Mungkin dulu anggapan penjara (mereka) adalah (orang) penghukuman,” kata AIi Usman. Ini berarti, pembinaan narapidana mendapat prioritas untuk diberdayakan. Pasalnya, selain hasil pemberdayaan narapidana dapat membekali mereka setelah selesai menjalani hukuman dan memiliki usaha ekonomi, negara juga mendapat penerimaan dari produk yang dipasarkan dan diekspor ke mancanegara.
Bantuan napi lain
Hal senada disampaikan Kepala Subdirektorat Bimbingan Kemandirian Direktorat Bina Narapidana dan Pelayanan Tahanan Ditjen Pemasyarakatan Kemenkum dan HAM Tuti Nurhayati. Sebagai warga binaan, narapidana di sejumlah lembaga pemasyarakatan diberikan berbagai kegiatan pelatihan sejumlah bidang, mulai dari bidang industri, jasa, pertanian, perkebunan, peternakan, hingga perikanan. ”Produknya akan kami pasarkan. Dengan demikian, narapidana di dalam (lembaga) bisa berpenghasilan dari hasil kerjanya,” kata Tuti.
Untuk melatih keterampilan dan keahlian warga binaan lainnya, ujar Tuti, ada beberapa eks narapidana lain yang turut membantu narapidana lainnya. ”Ada yang dulu dilatih membuat roti di lapas, saat ini sudah bekerja di toko roti terkenal. Ada pula yang dilatih pijat refleksi, sekarang buka pijat refleksi di luar,” ucapnya.
Sebelumnya, dalam pameran yang digelar pada 6-8 Juli 2018 itu terdapat berbagai karya kerajinan narapidana dari beberapa lembaga pemasyarakatan yang ditampilkan. Produk itu di antaranya papan catur batok kelapa karya narapidana Lapas Toli-Toli, Sulawesi Tengah; batik tulis karya Lapas Narkotika Nusakambangan dan Lapas Perempuan Semarang.
Produk lain adalah kerajinan kayu dan alat makan dari Lapas Banyuwangi, kursi rotan sintetis dari Lapas Kelas I Cirebon, mebel dari Lapas Porong, bola kaki dari Lapas Cirebon, dan kerajinan plastik dari Lapas Kelas III Bekasi.
Dalam catatan Tuti, kini ada 11 lembaga pemasyarakatan yang sudah mengekspor hasil karyanya ke beberapa negara, antara lain mebel dari Lapas Porong ke Eropa, kerajinan kayu Lapas Banyuwangi ke Jepang dan Korea, kerajinan kulit ke Dubai, serta kursi rotan sintetis ke Eropa.
Pembinaan yang dilakukan oleh lembaga pemasyarakatan mendapatkan apresiasi dari pengunjung yang datang ke pameran. Pengunjung menilai, lewat pameran tersebut, narapidana dapat memberikan citra positif terhadap lembaga pemasyarakatan. Sulvi Suardi (39), pengunjung asal Luwu Timur, Sulawesi Selatan, mengatakan, karya mereka menunjukkan narapidana sekarang ini tetap memiliki harapan.