DUMAI, KOMPAS – Perempuan berpotensi menjadi ujung tombak dalam menjaga lahan gambut dari kebakaran hutan. Bukan hanya berperan penting dalam menghadapi perubahan iklim, perempuan bahkan bisa beradaptasi terhadap perubahan iklim dengan cara mengembangkan berbagai kegiatan yang tidak hanya berdampak terhadap lingkungan tetapi juga bernilai ekonomi tinggi.
Untuk itu, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional melalui Lembaga Perwalian Dana Perubahan Iklim/Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF), menjalankan program “Inisiasi Kelompok Perempuan dalam Mengurangi Emisi yang Berasal dari Kebakaran Hutan, Kebun dan Gambut, sebagai bagian dari Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Tata Kelola Sumber Daya Alam.
“Isu perubahan iklim tidak hanya fisikal, tetapi masih banyak isu yang bisa dilihat dari sudut pandang berbeda, yakni dari sisi isu jender. Potensi perempuan di kawasan gambut ternyata sangat besar, untuk menyelamatkan gambut, mengurangi deforestasi, yang selama ini tidak pernah kita perhatikan. Padahal peran perempuan sangat besar,” ujar Medrilzam, Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas yang juga Sekretaris Majelis Wali Amanat (MWA) ICCTF di Kelurahan Mundam, Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai, Riau, Jumat (6/7/2018).
Medrilzam bersama tim ICCTF sejak Kamis (5/7/2018) hadir di Kelurahan Pelintung dan Mundam, Kota Dumai, yang menjadi lokasi program Inisiasi Kelompok Perempuan. Staf Khusus Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Fernandez Hutagalung dan Direktur Eksekutif Gabriel A Wagey turut serta dalam kegiatan ini.
Ibu-ibu dari Kelompok Perempuan Bunga Desa di di Dusun Selinsing, Kelurahan Pelintung, Kota Dumai, Riau melakukan panen lele di Kolam Ikan Bioflog, Kamis (6/7/2018)Bersama kelompok perempuan, Medrilzam memanen lele dan demonstrasi pembuatan pelet organik di Dusun Selinsing, Kelurahan Pelintung. Jumat pagi, kegiatan dilanjutkan dengan panen jahe dan menyaksikan demonstrasi pembuatan dodol jahe dan serbuk jahe.
Sejak tahun 2017, ICCTF dengan menggandeng Riau Women Working Group (RWWG) melaksanakan program tersebut di Kelurahan Pelintung, Guntung, Mundam, dan Teluk Makmur, Kota Dumai.
Pemberdayaan ekonomi
Program tersebut dilaksanakan dengan pendekatan kolaborasi kelompok perempuan dan Masyarakat Peduli Api (MPA), sebagian bagian dari upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan untuk mengurangi emisi karbon.
Caranya dengan pendampingan terhadap perempuan yang berada di kawasan lahan gambut, melalui kegiatan pemberdayaan ekonomi melalui pengelolaan lahan gambut dengan tanaman jahe merah, memfasilitasi pembuatan kolam ikan biofloc, dan mesin pembuat pelet untuk makanan ikan.
“Kami ingin menunjukkan kisah-kisah sukses dari kelompok-kelompok perempuan di Kota Dumai agar perempuan-perempuan tidak hanya berbicara soal isu sumur, dapur, dan kasur, tetapi berperan serta dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga dan juga berperan dalam restorasi gambut,” ujar Medrilzam yang berharap kelompok perempuan di Dumai menjadi role model bagi perempuan di kawasan gambut di daerah lain.
Wagey mengungkapkan, perempuan merupakan pihak yang paling terdampak dan rentan terhadap perubahan iklim sehingga pelibatan perempuan dalam pengelolaan lahan gambut dan penanggulangan perubahan iklim memegang peranan penting.
Karena itulah, dari sejumlah program yang dikerjakan ICCTF yang didukung oleh United Kingdom Climate Change Unit (UKCCU), yang terkait dengan Tata Kelola Hutan dan Lahan Gambut untuk Mengurangi Emisi di Indonesia, terdapat program yang menyentuh kaum perempuan di beberapa wilayah gambut di Tanah Air.
Di kawasan gambut, Inisiasi Kelompok Perempuan dalam Pengelolaan Lahan Gambut merupakan salah satu dari 11 program ICCTF yang menyalurkan pendanaan kepada 11 mitra pelaksana berupa implementasi program termasuk diantaranya pembuatan sekat kanal (canal blocking), pembuatan sumur bor (deep wells), serta penanaman kembali.
Program tersebut selaras dengan konsep restorasi gambut yang diterapkan oleh Badan Restorasi Gambut (BRG). Adapun pemberdayaan perempuan yang dilakukan ICCTF masuk dalam revitalitasi mata pencarian masyarakat lokal.
Menurut Wagey menyatakan dalam pelaksanaan program, ICCTF berkomitmen dalam melakukan integrasi jender melibatkan peran aktif perempuan dan mendorong kontrol perempuan terhadap pengelolaan lahan gambut. Salah satu yang menjadi fokus adalah peran, akses dan kontrol perempuan dalam pengelolaan lahan gambut melalui program agroforestri seperti yang dilakukan di Kota Dumai.
Direktur RWWG Sri Wahyuni mengatakan, inisiasi kelompok perempuan sangat penting, tidak hanya pemberdayaan perempuan di sektor ekonomi tetapi juga meningkatkan kapasitas perempuan-perempuan yang bermukim di kawasan gambut untuk berperan serta dalam memelihara sumber daya alam.
“Melalui kegiatan kelompok tersebut, perempuan tidak perlu meninggalkan rumah tetapi menambah penghasilan keluarga. Karena semua lokasi ke kegiatannya di sekitar rumah,” katanya.