JAKARTA, KOMPAS — Penjambretan yang terjadi di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, menewaskan perempuan yang menggunakan jasa ojek daring, Minggu (1/7/2018). Lokasi kejadian merupakan jalan yang ramai dilalui mobil dan motor.
Berdasarkan pemaparan Satuan Reskrim Polsek Cempaka Putih, Warsilah, warga yang berdomisili di Jalan Kebon Nanas Utara, RT 014, RW 004, Cipinang Cempedak, Jatinegara, Jakarta Pusat, tewas dijambret. Barang yang dijambret adalah sebuah ponsel yang ia gunakan saat berada di ojek daring.
Kejadian tersebut terjadi tepat di Jalan Ahmad Yani, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, tepat di depan PT Gudang Garam. Jalan tersebut juga berimpitan dengan pintu masuk Jalan Tol Cempaka Putih dari arah Cikampek dan Bogor. Peristiwa ini terekam di CCTV milik Pemprov DKI Jakarta yang berada di atas trotoar.
Menurut seorang pengemudi ojek daring, Subejo (32), di jalan tersebut tidak pernah terjadi penjambretan yang mengakibatkan kematian. Ia melihat video kejadian tersebut melalui media sosial, Selasa (3/7/2018).
”Saya sering melintas di sini dan memang selalu ramai. Sampai pukul 23.00 saja masih banyak orang yang lalu lalang. Melihat rekamannya itu di Whatsapp, saya kaget karena bisa-bisanya di tempat ini ada kejadian tersebut,” ujar Subejo.
Senada dengan Subejo, Amar (27) juga mengatakan, Jalan Ahmad Yani tergolong ramai dan tidak pernah terjadi kasus kriminalitas. Ia mengatakan, tempat yang rawan penjambretan adalah Tanjung Priok. Amar pernah melihat kasus penjambretan di Tanjung Priok beberapa bulan lalu.
”Kalau di sini, saya rasa aman, tapi terkadang saya waswas. Semalam, saya lewat sini, ada sekitar 10 atau 15 motor yang jalan juga. Jalan ini lebih ramai dibandingkan Tanjung Priok,” ucap Amar.
Lokasi penjambretan tersebut berada di jalur lambat dari Cawang menuju Tanjung Priok. Lampu-lampu penerangan yang berada di sepanjang jalan pun terpasang. Bukan hanya lampu, di trotoar juga dipasang empat CCTV dalam satu tiang. Tiang lampu, listrik, dan CCTV dipasang di atas guiding block untuk penyandang disabilitas.
Petugas keamanan di PT Gudang Garam enggan dimintai informasi terkait kejadian tersebut. Mereka mengatakan tidak mengerti kejadian tersebut. Akan tetapi, di video CCTV terekam salah satu satpam membantu menggotong korban.
Motor dan mobil di jalan tersebut biasanya melaju dengan kecepatan 60-80 km per jam. Hal itu dirasakan Kompas saat melintas di jalan tersebut. Sepanjang perjalanan tidak ada polisi yang berjaga di sepanjang jalan dan tidak ada warung ataupun halte di sekitar situ.
Menikah
Berdasarkan penuturan Sumiyati (52) kerabat terdekat Warsilah, pada Agustus ini Warsilah akan menikah. Ia mengatakan, sebelum kejadiaan tersebut Warsilah berbincang dengan Sumiyati mengenai rencana perkawinannya.
Saat kejadian tersebut, calon suami Warsilah berada di rumah kontrakannya untuk mengurusi surat-surat kelengkapan perkawinan. Namun, pada hari Minggu (1/7/2018) pukul 10.00, keluarga dihubungi oleh Polsek Cempaka Putih, Warsilah telah tiada.
”Saya mendengarnya tidak percaya karena kemarin ia baru saja cerita akan menikah,” ujar Sumiyati.
Berdasarkan pengakuan Sumiyati, Warsilah jarang menggunakan ojek daring. Setiap hari, ia naik angkutan umum untuk berangkat bekerja. Hari itu, lanjutnya, Warsilah terburu-buru untuk berangkat kerja.
”Biasanya naik angkot 02, tapi kemarin dia naik ojek. Pas berangkat, dia buru-buru takut terlambat,” ucap Sumiyati.
Menurut tetangga lain, Warsilah adalah pribadi yang selalu ceria dan ramah kepada semua orang. Warsilah sangat suka menegur tetangga dan murah senyum. Bahkan, ia dikenal sangat menyukai anak-anak.
Sesuai penelusuran Kompas (3/7/2018), Warsilah tinggal di sebuah kontrakan di kawasan Cipinang. Ia tinggal bersama kedua orangtuanya di satu rumah yang luasnya 15 meter. Tepat di sebelahnya, adiknya, Sri Wahyuni, tinggal bersama suami dan kedua anaknya.
Sehari-hari, ia bekerja di toko mainan di kawasan Kelapa Gading. Ia tinggal di daerah tersebut sudah sejak 1981. Sejak lama ayahnya berjualan tahu di Pasar Kebon Sayur, Bidara Cina, sedangkan ibunya berjualan perlengkapan mandi di rumah. (E11)