Peluang calon mahasiswa dari keluarga tidak mampu untuk kuliah semakin lebar. Banyak dari mereka diterima dalam Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri 2018.
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 165.831 orang diterima di 85 perguruan tinggi negeri lewat ujian tulis Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau SBMPTN 2018, yang diumumkan secara daring, Selasa (3/7/2018). Dari daya saing pendaftar yang diterima pada tahun ini, pendaftar Bidikmisi atau keluarga tidak mampu lebih banyak diterima dibandingkan dengan pendaftar non-Bidikmisi.
Jumlah mahasiswa baru yang diterima lewat jalur SBMPTN sebesar 19,25 persen dari total pendaftar 860.001 orang. Jika dibandingkan antara pendaftar dan jumlah yang diterima, untuk yang berstatus Bidikmisi, tingkat penerimaannya mencapai 23,12 persen, sedangkan non-Bidikmisi 18,22 persen.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir di Jakarta mengatakan, seleksi masuk PTN lewat jalur prestasi, tulis, ataupun mandiri terbuka untuk semua anak bangsa. Bagi calon mahasiswa dari keluarga tidak mampu tetap berpeluang besar kuliah hingga tuntas di PTN melalui beasiswa Bidikmisi dari pemerintah. Demikian pula penyandang disabilitas yang lulus ujian juga diterima kuliah di berbagai PTN.
”Daya tampung PTN terbatas meski untuk tahun ini naik hingga 29 persen dari tahun lalu. Nanti daya tampung bisa ditingkatkan dengan kuliah secara daring. Namun, masyarakat tetap punya pilihan kuliah di perguruan tinggi swasta,” kata Nasir.
Nasir juga menegaskan bahwa lulusan dari pendidikan nonformal Paket C (setara SMA/SMK) diperlakukan sama dalam mengakses kuliah di PTN. Mereka mampu berdaya saing dengan capaian rerata nilai diterima untuk bidang sains dan teknologi 580,79 dan sosial humaniora 555,55. Pendaftar berstatus Bidikmisi juga meningkat. Kenaikannya mencapai 27 persen jika dibandingkan pendaftar non-Bidikmisi yang naik hanya 8 persen.
Menurut Nasir, penerima beasiswa Bidikmisi membuka peluang mahasiswa dari keluarga tidak mampu yang berprestasi untuk berkuliah tanpa terkendala biaya. Pemerintah menanggung biaya kuliah dan memberikan biaya hidup Rp 600.000 per bulan. Tahun ini, Kemristek dan Dikti mengalokasikan Bidikmisi untuk 90.000 orang. Ada pula beasiswa afirmasi untuk mahasiswa baru dari daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).
Ketua Panitia Pusat Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Negeri (SNPMBPTN) 2018 Ravik Karsidi mengatakan, pendaftar berstatus Bidikmisi yang diterima di PTN masih perlu diverifikasi. Tiap PTN memiliki mekanisme sendiri untuk memastikan penerima Bidikmisi berasal dari keluarga tidak mampu.
Pemanfaatan TIK
Ravik yang juga Rektor Universitas Sebelas Maret, Solo, mengatakan, selanjutnya masih ada kesempatan untuk masuk PTN melalui jalur mandiri yang kuotanya ditetapkan maksimal 30 persen. Saat ini, semakin banyak PTN yang memakai hasil SBMPTN untuk menerima mahasiswa baru melalui jalur mandiri.
Terkait pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam ujian tulis, Sekretaris SNPMBPTN 2018 Joni Hermana mengatakan, ujian tulis berbasis komputer (UTBK) berjalan baik. Peserta yang ikut UTBK terus ditingkatkan. Tahun ini, kata Ravik, pesertanya mencapai 26.000 orang.
”Bahkan, UTBK dengan aplikasi Android sudah dilakukan untuk 1.000 peserta di Bandung tahun ini. Sistem itu sebenarnya sudah siap, tetapi masih dikhawatirkan keamanannya,” kata Joni, yang juga Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember di Surabaya, Jawa Timur.
UTBK menggunakan aplikasi Android, kata Joni, dilakukan dengan memanfaatkan telepon genggam peserta. Sebelum ujian, ada waktu sekitar 15 menit bagi peserta untuk mengunduh aplikasi itu.
”Dengan sistem Android ini, masih perlu penyempurnaan. Masih ada keluhan soal gambar yang tidak jelas. Yang paling dikhawatirkan adalah keamanannya jika digunakan lebih luas,” kata Joni.