Menikmati Keaslian Alam ”Maramba Beach” Sumba
Meski berjarak hanya 4 kilometer dari Waingapu, ibu kota Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Maramba Beach, cukup menyajikan suasana hening dan nyaman. Deru gelombang laut dan gesekan dahan pohon di tepi pantai membuat suasana Maramba Beach tetap favorit dikunjungi.
Maramba Beach ditata dengan tetap mempertahankan keaslian alam dan menyerupai penginapan di Nihiwatu, Sumba Barat, 130 kilometer arah barat dari Waingapu.
Suasana sepi, jauh dari ingar bingar kota, diperlukan orang untuk berdiam diri, berefleksi, bahkan membaca, dan menulis. Relaksasi diri sambil menikmati pemandangan alam yang masih asli tersaji di Maramba Beach, Desa Huta, Kecamatan Kanatang, itu.
Elvis Esar alias Hok (48), pengelola Maramba Beach di Cottage Maramba Beach, pekan lalu, mengatakan, Maramba Beach tidak memiliki pantai berpasir yang indah seperti pantai-pantai lain. Pantai ini memiliki posisi terjal dan berhubungan langsung dengan laut.
Kontur tanah di pantai itu pun bergelombang sehingga harus ditimbuni, sekadar mendapatkan ruang untuk membangun. Jika ada batu karang, atau kondisi tanah yang unik, tetap dipertahankan. Hanya ditata sekadarnya agar bisa dibangun dan lebih nyaman bagi tamu.
Namun, sebanyak 10 cottage dan restoran serta bar dan live music di Maramba Beach tetap digandrungi tamu dari dalam dan luar negeri. Setiap hari 20-50 orang mengunjungi pantai itu.
Pada areal seluas 2.300 meter persegi itu dibangun 10 cottage, lopo (rumah kecil atap kerucut, berlantai melingkar untuk tempat duduk dan bersantai) sebanyak enam unit, dan satu unit bangunan untuk live music.
Semua bangunan tidak merubah kontur tanah atau posisi alam sebelumnya. Bangunan-bangunan itu hanya disesuaikan dengan posisi tanah atau letak batu karang di atasnya. Lorong antara bangunan pun tetap asli, yakni jalan setapak, dibentang pasir dan kerikil.
Satu lopo (rumah kecil) berada sekitar 30 meter di atas permukaan laut, berukuran 5 meter x 10 meter. Lopo ini ini biasanya digunakan pengantin baru atau tamu-tamu yang ingin mencari sensasi khusus. Deru gelombang Laut Sawu yang terkenal ganas dan kencang tidak mengganggu rasa nyaman pengunjung. Bangunan lopo di atas permukaan laut ini selalu kokoh meski semua bahan bangunan dari alam, lokal.
Setiap cottage berukuran 5 m x 5 m sampai dengan 8 m x 10 m. Sebuah restoran berukuran 20 m x 50 m dengan menu makan lokal dan nasional di dalamnya. Juru masak di restoran Maramba Beach adalah putra lokal Sumba yang dikirim belajar khusus di Jakarta.
Setiap kamar cottage dilengkapi berbagai kebutuhan pengunjung layaknya sebuah hotel bintang. Pengunjung benar-benar dimanjakan selama berada di dalam cottage.
”Sejak tahun 2006, sebanyak 10 cottage saya bangun. Saat angin badai datang, cottage-cottage ini tetap aman meski hanya dibangun dengan material bahan lokal,” kata Hok.
Arsitektur bangunan menyerupai rumah adat tradisional Sumba dengan puncak bangunan cenderung mengerucut. Lantai panggung dengan bahan dari kayu lokal berkualitas.
Restoran pun sangat digemari pengunjung dari Waingapu. Meski tidak menginap di cottage-cottage itu, setiap hari mereka datang dari Waingapu untuk menikmati menu masakan khas Sumba yang dipadu dengan menu nasional di restoran itu. Di situ sering dimanfaatkan warga untuk merayakan ulang tahun, pertemuan, atau seminar dengan kapasitas pengunjung sekitar 100 orang.
Danny Christian (47), salah satu tamu yang rutin mengunjungi Maramba Beach, mengatakan, selalu memanfaatkan waktu senggang untuk mengunjungi Maramba Beach. Danny datang bersama istri dan anak-anak, terkadang sendirian, sekadar melepas lelah, bersantai, dan refreshing.
”Ulang tahun anak dan istri, saya rayakan di sini. Tempat ini sangat aman dan menyenangkan untuk dikunjungi. Kondisi bangunan dan alam secara keseluruhan masih asli. Yang terpenting, yakni jauh dari hiruk pikuk suasana Kota Waingapu,” kata Danny.
Danny paling suka menikmati beberapa menu masakan di restoran itu. Selain enak, harganya juga jauh lebih murah dibandingkan beberapa restoran di Waingapu. Untuk pengunjung yang selalu menjaga kesehatan, seperti kolesterol, darah tinggi, jantung, dan asam urat, sebaiknya mencicipi menu di restoran Maramba Beach.
Meski ada rumah di Waingapu, pada hari tertentu, seperti Sabtu dan Minggu malam, Danny sering menginap di Maramba Beach bersama istri dan anak-anak.
”Di tempat ini, saya biasanya menepi dari kesibukan harian sebagai dokter agar bisa berdoa bersama anak dan istri, berefleksi, bermeditasi, dan berekreasi bersama keluarga. Kami memanfaatkan saran dan prasarana yang ada. Tubuh ini bukan mesin, tubuh juga butuh istirahat, rekreasi, dan bersenang-senang. Mesin saja kalau sudah tua harus diregenerasi, apalagi tubuh manusia,” kata Danny sambil tertawa.
Ia mengatakan, hampir seluruh pantai di Sumba selalu menarik. Tidak hanya pantai berpasir putih. Pantai-pantai terjal dan bebatuan pun selalu menarik karena keindahan panorama alam.